"Menurutmu.. bagaimana undangan pernikahanku, Dilan?"
Deg..
Tangan Dilan berhenti mengoreksi laporan stok opname yang baru saja selesai dilakukan bersama lady bos, setengah jam yang lalu. Kepala Dilan perlahan mendongak dan menatap wajah cantik wanita yang selalu mengusik mimpinya. Kemudian matanya melirik pada sebuah undangan berwarna merah marun dengan motif bunga keemasan.
"Un-undangan pernikahan?" ulang Dilan syok. "Bos, akan menikah... dalam waktu dekat?" tanya Dilan memastikan.
Sialan! Jadi, hubungan bos dan kekasihnya semakin baik rupanya. Dilan menggertakkan gigi, menahan amarah yang mulai menguasainya dengan cepat. Rasanya seumur-umur, Dilan belum pernah sedemikan rupa membenci sebuah benda mati. Dan kini, Dilan sangat membenci undangan cantik yang sangat menyakitkan mata itu. Dilan mengepalkan erat kedua tangannya, mencegah dirinya yang ingin merobek-robek undangan itu lalu membakarnya di api unggun.