Sssssshhhh...
Suara air dari shower menggema di bilik kamar mandi. Kedua tangan Dilan menyangga tubuhnya pada dinding ubin yang lembab. Kepalanya membungkuk dibawahnya dan air hangat dari shower itu membasahinya.
Sssssshhhh...
"Sialan! Brengsek! Keparat!"
Dilan memejamkan mata dengan erat dan menghantamkan beberapa kali pukulan ke dinding ubin kamar mandi, berusaha menghilangkan bayangan pasrah lady bos yang dilahap si barbie man ketika keduanya berada di mobil mereka.
Dilan menyelesaikan mobil Rama pukul enam sore tadi. Dilan masih sibuk membereskan peralatan ketika semua rekan kerjanya berpamitan pulang, satu per satu. Kemudian..
"Dilan, belum pulang?"
Dilan berbalik dan mendapati lady bos berdiri di belakangnya. Matanya membelak dan mulutnya sedikit ternganga melihat penampilan bosnya yang berseri-seri cantik dan segar. Dilan juga menelusuri tubuh lady bos dengan tatapan kagum. Baru kali ini, dirinya mendapati lady bos yang terlihat sangat menawan ketika mengenakan gaun berwarna coklat muda, yang tipis dan sedikit transparan.
"Wow," puji Dilan tanpa suara.
"Kenapa seharian ini, kamu sangat keras kepala, Dilan? Aku sudah berulangkali menyuruhmu untuk segera pulang karena tubuhmu yang tidak fit. Tapi kenapa justru kamu pulang paling akhir? Aku tidak mau kamu jatuh sakit, Dilan."
"Ini.. ini juga mau pulang," sahut Dilan yang sedikit gugup berada di dekat lady bos yang nampak cantik dan juga seksi. "Bos, bos baru sembuh, kenapa pakai gaun terbuka dan transparan begitu? Nanti sakit lagi lo." Dilan menduga, lady bos akan berkencan. Karena itulah perlahan perasaan kagumnya berubah menjadi rasa tidak suka melihat penampilan mempesona lady bos ini ditujukan untuk pria lain.
"Aku sudah sehat," jawab Diandra sambil tersenyum manis dan Dilan terpesona. "Baiklah, aku pergi dulu. Aku mau kencan dengan Bernard. Bye Dilan."
"Keparat!" umpatnya dalam hati.
Benar dugaannya. Dilan hanya bisa mengangguk kaku bak robot. Mata Dilan memandang nanar punggung mulus lady bos yang berjalan menjauh dan menghilang keluar dari bengkel. Kencan.. Lady bos berdandan cantik untuk berkencan. Sialan! Dilan benar-benar kebakaran jenggot. Biasanya Dilan tidak pernah menggubris bosnya akan pergi berkencan dengan barbie man, tunangannya. Tapi hari ini, hati Dilan begitu sakit mendengar wanita cantik itu akan masuk dalam pelukan laki-laki lain. Saat ini, Dilan hanya bisa merutuki dirinya yang tidak berguna.
Kemudian.
Blam. Ceklik. Pintu bengkel telah terkunci. Dilan menghela nafas panjang. Dengan lesu, Dilan berjalan ke arah mobil Jeep miliknya. Tiba-tiba sudut matanya menangkap sesuatu... disana dalam keremangan cahaya.
Sssssshhhh.
Air shower yang mengguyur kepala Dilan tanpa henti, membuat matanya perih. Dan sekali lagi Dilan melayangkan kepalan tinjunya pada ubin kamar mandi yang tidak bersalah. Dilan bahkan tidak menyadari jika buku-buku jarinya telah memar dan mengeluarkan darah.
Benaknya kembali memutar kejadian itu...
Di lahan parkir bengkel itu, Dilan melihat dua kepala menyatu di tengah, di dalam mobil yang dikenalinya sebagai milik si barbie man, tunangan dari lady bos. Seolah kakinya mempunyai kemauan sendiri. Dalam hitungan detik, Dilan sudah berdiri bersembunyi dan menonton lady bos bercumbu dengan hot.
Dilan mengepalkan kedua tangannya dengan marah. Dilan harus mengendalikan diri untuk tidak berlari dan meremukkan rahang si barbie man, karena telah menjelajah tulang selangka lady bos. Wanita itu mendongak dan membiarkan lelaki tunangannya untuk menghisap leher jenjangnya serta meremas buah dadanya yang membusung indah.
Sssssshhhh.
"Aaarrgghh.."
Teriakan frustasi Dilan menggema di kamar mandi. Darahnya mendidih mendapati wanita itu pasrah dibawah kendali laki-laki lain. Dilan tidak terima. Amarah cemburunya memuncak. Lady bos adalah miliknya. Miliknya. Dilan merasa sangat frustasi dan putus asa karena tidak bisa memiliki wanita cantik itu.
Sssssshhhh.
Kemudian tanpa semangat, Dilan mematikan air shower. Dengan langkah gontai, kakinya melangkah keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamarnya. Dilan mengunci kamar karena dirinya yang lelah, ingin segera tidur. Selain itu, jika pintu kamar tidak dikunci, maka akan banyak gangguan yang berwujud bocil-bocil yang keluar masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Malam ini, Dilan tidak ingin diganggu.
"Lo Dyra? Kenapa kamu ada disini?"
Dilan berbalik dan terkejut mendapati sahabatnya sedang duduk bersila di tengah ranjangnya. Dengan tangan yang terus mengacak-acak rambutnya dengan handuk untuk mengeringkannya Dilan berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil kaos usang yang nyaman.
"Aku.. aku kemari karena ada yang ingin aku bicarakan."
Gerakan Dilan yang merapikan kaosnya, terhenti dan memandang Dyra. "Besok saja curhatnya. Aku sedang badmood."
"Begitu ya. Baiklah," jawabnya seraya beranjak turun dari ranjang. Tiba-tiba...
"Hei Dyra, hati-hati," teriak Dilan yang bergegas menggapai tubuh Dyra yang berdiri dengan limbung.
Namun karena posisi Dyra yang sudah condong ke arah ranjang, maka Dilan pun ikut tertarik jatuh ke ranjang yang empuk itu. Keduanya bertumpuk di atas ranjang, dengan posisi Dilan menindih Dyra dibawahnya.
Dilan terkesiap tajam saat menyadari tubuhnya menekan tubuh lembut Dyra, sahabatnya. Mata Dilan memaku tatapan wanita yang berbaring dibawahnya. Pandangannya menelusuri guratan wajah Dyra yang nampak halus dan cantik. Kenapa Dilan tidak pernah menyadari sebelumnya jika ternyata Dyra secantik ini?
"Dyra," bisik Dilan pelan.
Manik matanya memandang lidah mungil Dyra yang terlihat di sudut mulut untuk membasahi bibirnya yang lembut, yang terlihat lezat untuk dicicipi. Dilan tidak menyadari jika bibirnya telah bergerak menuju bibir sahabatnya.
Cup.
Sungguh nikmat, ketika bibirnya melakukan kecupan pertama yang ringan yang seolah hanya ingin mencicipi dan merasakan kekenyalan dari bibir yang lezat itu. Lalu Dilan mengangkat kepalanya dan menatap Dyra untuk meminta izin meneruskan ciumannya. Tidak ada penolakan dari sahabatnya yang menatapnya nanar. Kemudian Dilan kembali menurunkan bibirnya untuk memagut bibir lembutnya.
Kecupan berikutnya bukanlah ciuman yang ringan. Dilan memperdalam ciumannya, mengisap bibirnya, menerobos lebih dalam dan melilitkan lidah dengan lidah Dyra. Kemudian dirasakannya tangan Dyra merangkul tengkuknya.
Tiba-tiba, bayangan sosok lady bos yang sangat cantik dan menawan, berkelebat di benaknya. Dilan semakin bersemangat, bertukar saliva dengan wanita yang berbaring dibawahnya. Hasrat Dilan pada lady bos nya benar-benar tidak tertahankan. Terutama ketika mendengar rengekan manja dari wanita itu. Dalam benak Dilan, dirinya sedang mencumbu lady bos yang cantik itu.
"Aku menyukaimu, Diandra. Aku menginginkanmu," ucap Dilan lirih ketika mengambil jeda dalam ciuman hot keduanya. "Aku sangat menginginkanmu," lanjutnya dengan wajah terbenam di leher Dyra yang mendongak. Dilan sama sekali tidak menyadari jika tubuh Dyra menegang kaku seketika.
Tangan Dilan meraba gundukan lembut Dyra dan meremasnya perlahan lalu semakin lama semakin kuat. Bibirnya mengisap leher jenjang Dyra. Dilan tidak menyadari adanya penolakan dari wanita itu. Dilan hanya menyangka bahwa tubuh Dyra yang menggeliat, akibat rangsangan gairah diantara keduanya.
"Hentikan Dilan," pekik Dyra sambil mendorong tubuh Dilan menjauh.
Dilan yang terguling di sebelah Dyra, tersentak dan langsung menoleh ke arah Dyra. Dilan terkesiap ketika melihat dengan jelas siapa wanita yang telah dicumbunya. Secepat kilat, Dilan bergegas berdiri dari ranjang dan berdiri menjauh dari tempat Dyra terbaring.
"Dy-Dyra ma-maafkan aku. Aku.. aku tidak tahu apa yang kupikirkan. Ma-maaf," sesal Dilan yang tidak berani menatap mata Dyra yang seakan memberinya tuduhan untuk kesalahan yang tidak terampuni.
"Boleh aku bertanya satu hal?"
"A-apa?"
Dilan mengangkat kepala dan menatap Dyra yang berdiri sambil memperbaiki bajunya. Dilan sempat melihat tanda merah yang telah dibuatnya di leher sahabatnya itu. Dikepalkannya kedua tangannya karena sudah teledor dan menyentuh wanita yang seharusnya tidak boleh disentuhnya.
"Apakah kamu memikirkanku ketika bercumbu denganku?"
Bersambung...