"Apa yang kamu temukan?"
"Semua nampak normal di mataku," jawab Rama yang memperhatikan Dilan sibuk sana dan sini, di sekitar mobil tetangga papinya yang sedang diservis. Dilan sedang bertanya perihal orang yang dicurigai sebagai pelaku pencurian stok barang di bengkel. "Well, sejauh ini tidak ada yang terlalu mencurigakan. Justru kamu yang mencurigakan."
"Aku?" Telunjuk Dilan yang belepotan minyak oli, menunjuk ke arah wajahnya sendiri. "Kenapa jadi aku yang mencurigakan?"
Rama mengangguk sambil berdiri lalu menghampiri Dilan yang berada terpisahkan oleh mobil yang sedang diperbaikinya. Kemudian Rama merangkul bahu Dilan dan membawanya berjongkok ke sisi mobil yang tidak terekspos mata orang lain.
"Dua," ucap Rama pelan, dengan kepala saling berdekatan dengan kepala Dilan.
"Dua?" ulang Dilan bingung sambil menjauhkan kepalanya. "Apanya yang dua?"
"Bosmu datang menyapamu sebanyak dua kali."
"Memangnya kenapa?" desak Dilan dengan mata berkedip-kedip, bingung. Dilan tidak tahu apalagi mengerti, dengan apa yang dimaksud oleh sahabatnya. "Dia bosku. Tentu saja dia akan datang untuk mengecek pekerjaanku. Itu normal, bukan hal yang mencurigakan."
Rama tersenyum misterius. "Your bos likes you, bro."
Plak..
"Brengsek! Jangan membuat gosip disini," omel Dilan sambil memukul belakang kepala Rama yang langsung membungkuk dan mengerang kesakitan. "Tugasmu mencari orang yang mencurigakan di bengkel, bukan malah mencurigaiku dengan alasan yang tidak bermutu," omelnya sambil berjalan kembali ke roda belakang mobil yang sedang diceknya.
Ketika Dilan menghandle mobil Rama, lady bos memang datang mendekatinya sebanyak dua kali. Wanita cantik itu datang dengan membawa segelas air oralit dan sebungkus roti manis harum yang masih hangat, berukuran jumbo. Kemudian saat datang kedua kalinya, lady bos membawa air rebusan jahe dan menyuruhnya untuk pulang. Pekerjaannya bisa dilanjutkan besok.
Dilan menarik nafas panjang. Tidak salah jika Rama menyimpulkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi, jika lady bos mengabaikan dirinya. Dilan pun yakin bahwa gosip tentang sikap lady bos yang terlalu peduli padanya, juga pasti santer beredar di bengkel.
"Rama please deh, serius dong," mohon Dilan yang mulai mengerjakan kaki-kaki mobil untuk diberikan perawatan spooring dan balancing. "Aku sangat ingin menangkap pencuri itu, agar my bos tidak kepikiran terus."
Kemudian raut wajah Rama perlahan berubah menjadi serius. Jarinya kembali membentuk angka dua. "Sebenarnya ada dua oknum yang menunjukkan gelagat mencurigakan. Meski nampak seperti aktivitas normal, tapi instingku mengatakan ada yang tidak beres. Satu, kita sebut saja Mickey mouse dan yang kedua adalah Donald duck."
Dilan memutar bola matanya. "Aku tidak heran jika atasanmu selalu naik darah jika bicara denganmu," komentarnya kesal seraya mengayun-ayunkan kunci inggris ke arah Rama, dari kejauhan. Dilan tidak habis pikir dengan Rama yang memberi kode panggilan pada tersangka dengan menggunakan nama kartun. "Otakmu benar-benar sudah terkontaminasi fantasi yang akut, Rama."
Rama mengabaikan sindiran Dilan dengan mengibaskan tangan. Rama melanjutkan penjelasannya, sambil mengedikkan dagunya ke arah kanan dan kirinya untuk menunjukkan lokasi dimana si miki dan si donal.
"Mickey mouse bolak-balik ke area stok, tanpa membawa apa pun dari sana. Dia hanya memindai barang-barang itu, lalu kemudian bermain dengan ponselnya. Sedangkan Donald duck bolak-balik tidak jelas di sekitar kita. Ada saja yang dilakukan, seperti tidak sengaja menjatuhkan barang, mengambil peralatan di dekatmu, atau menawarkan sesuatu padaku."
"Benarkah?" ucap Dilan seraya menegakkan tubuh dan memindai area bengkel. Well, tidak ada rekan kerjanya yang nganggur. Semuanya sedang sibuk mengerjakan sesuatu. "Aku tidak menyadarinya."
"Dua," ucap Rama yang jarinya lagi-lagi membentuk angka dua.
"Dua apa lagi sih, Rama?"
"Ada dua alasan, kenapa kamu tidak menyadari sekitarmu. Pertama, kondisi tubuhmu yang tidak fit karena sedang sakit diare. Kedua, kamu terus menerus melamun ketika bekerja mengerjakan servis mobil. Dan kamu melamunkan your bos."
"Ck." Dilan berdecak sebal karena sahabatnya juga memperhatikan dirinya dengan teliti. "Jangan pedulikan aku."
"Jika aku tidak mempedulikanmu, maka aku tidak akan ada disini, bro."
"Baiklah, baiklah," gerutu Dilan kesal. "Jadi siapa si miki dan si donal ini? Tunjuk pakai warna baju saja. Aku mumet dengan omonganmu."
"Kita harus menggunakan kode, Dilan. Jika tidak, pelaku akan mengetahui gerak-gerik kita, kemudian meloloskan diri."
"Ya tapi kan tidak perlu bawa-bawa disneyland juga," gerutu Dilan sambil melemparkan lap pada Rama yang cengengesan.
"Soalnya aku baru saja bertemu dengan Pluto," tutur Rama malu-malu sambil mengusap tengkuknya. "Jadi nama-nama itu yang terlintas di otakku."
"Pluto? Anjing peliharaannya si Mickey mouse itu?" cecar Dilan yang alisnya terangkat tinggi. "Kapan kamu pergi ke disneyland dan ketemu si guk-guk itu?"
"Guk-guk sembarangan," sewot Rama sambil mengepalkan tangannya ke arah Dilan yang hanya mengangkat bahu. "Ingat, aku pernah bercerita padamu tentang wanita yang kusukai di dunia virtual, tapi belum pernah bertemu. Inilah dia. Wanita yang selalu bermain game bersamaku."
"Oya?" Dilan merespon dengan tidak bersemangat.
"Yup," sahut Rama dengan mata menerawang ke langit-langit bengkel. "Kamu tahu Dilan, aku sama sekali tidak menyangka bahwa wanita yang mempunyai nama akun pluto ini adalah seorang yang wow. Dia sungguh amat cantik dan juga cerdas. Dia nyaris sempurna, bro."
"Oya?" komentar Dilan sarkas.
"Kenapa nadamu sewot gitu?" gerutu Rama cemberut. "Ah, pasti kamu iri padaku kan, karena aku punya wanita cantik yang dekat denganku."
"Ingat ya! Kamu bukan lagi pria lajang yang bebas," tegur Dilan dengan menudingkan jarinya ke arah dada Rama.
"Ck, jangan ungkit-ungkit soal menyebalkan itu," gerutu Rama jengkel, yang diingatkan perihal perjodohannya.
"Dengar Rama. Tidak ada wanita yang sempurna di dunia ini. Jangan menilai seseorang dari penampilannya saja. Belum tentu dia adalah malaikat. Mungkin saja, dia adalah hantu yang sedang menyamar."
"Kamu yang hantu, Sialan!" umpat Rama mengamuk. "Sudah selesai belum servis nya, aku mau pulang."
"Pulang saja naik mobil roda tiga," sahut Dilan sambil menunjuk ke arah salah satu ban belakang mobil yang sedang dilepas, untuk bisa dikembalikan sesuai dengan posisinya.
"Ck, menyebalkan."
"Kenapa kamu ngambek?" tanya Dilan lagi sambil mendekati sahabatnya. "Aku kan hanya berkomentar saja, kenapa kamu jadi sensitif. Toh, wanita sempurna itu juga bukan milikmu."
"Aku tidak suka mendengarmu mencemooh wanita idamanku yang baru kutemui hari ini."
"Sori bro," sesal Dilan seraya menepuk bahu Rama. "Anggap saja aku yang terlalu berlebihan karena mencemaskan dirimu. Jujur, perasaanku selalu tidak nyaman ketika kamu membicarakan wanita ini. Ada perasaan aneh yang menekan di ulu hatiku."
"Aku juga minta maaf, bro. Mungkin aku terlalu lelah sehingga menjadi sensitif."
Kemudian seseorang menyela...
"Maaf Bang Dilan, aku mengganggu sebentar."
"Ya ada apa?"
"Ada beberapa stok barang yang habis. Ini catatannya. Abang harus segera memesannya, karena ..."
"Lo, bukannya barang-barang ini baru tiba minggu lalu?" sela Dilan heran. "Kenapa sekarang sudah habis lagi? Servis selama rentang waktu minggu ini juga tidak banyak menggunakan barang-barang itu."
"Aku tidak tahu bang. Aku hanya menyampaikan pesan dari Bang Didik."
"Didik? Apa dia baru saja melakukan stok opname?"
"Mungkin. Tapi tadi aku melihatnya mondar-mandir di area stok."
"Begitu ya. Baiklah. Terima kasih."
"Baik bang."
"Hei, apa yang salah dengannya? Kenapa kamu melihatnya seperti itu?" tanya heran Dilan pada Rama yang memandang punggung anak magang yang berjalan itu, dengan raut wajah polisi.
"Kurasa kamu perlu lebih memperhatikan dia," kata Rama serius. "Aku mencurigainya karena dia adalah Donald duck."
Bersambung...