"Maaf ya Pak Bu bukannya Citra tidak menghargai kalian tapi Citra masih ingin sendiri dulu dan lagi pula usia Citra belum terlalu pantas untuk menikah," jawab Citra dengan tegas.
Keluarga Hasan pun terdiam dan memandang ke arah Hasan.
"Cantik ya, tapi sombong orang melamar saja dia bicaranya seperti itu tidak menghargai orang yang datang ke rumahnya gumam Ibu Hasan kepada Bapaknya Hasan.
"Maaf, Pak Bu Mas Hasan saya dengar kok apa yang di bicarakan oleh Ibunya Mas Hasan.
"Saya disini berhak dong untuk memilih siapa pendamping hidup saya dan tidak harus ditentukan oleh siapapun jadi mohon pengertiannya atas jawaban dari saya tolong dimengerti sekali lagi," ucap Citra kepada keluarga Hasan.
"Kalau memang itu sudah keputusan kamu, ya saya tidak bisa berbuat apa-apa karena memang perjodohan atau menyatukan antara dua insan tidak ada yang saling terpaksa," ucap Hasan kepada Citra.
Citra pun mulai lega ketika mendengarkan perkataan dari Hasan itu tetapi sangat terlihat wajah marah dari Ibu dari Hasan.
"Maaf ya Pak, Bu, Citra kalau kedatangan keluarga saya kesini mengganggu kalian dan saya juga meminta maaf kalau saya sudah lancang berbicara seperti ini," ucap Hasan.
Wajah kecewa marah dan kesal pun terlihat di wajah Ibu Hasan.
"Ya terima kasih kalau itu jawaban dari nak Citra saya dan keluarga mau pamit pulang terima kasih untuk jawabannya," ucap Ibu Hasan kepada keluarga Citra.
"Sekali lagi saya minta maaf ya Bu atas jawaban anak saya karena saya juga tidak bisa memaksakan anak gadis saya untuk menikah dengan siapapun, itu hak dia untuk memilih pendamping hidupnya," ucap Ibu Citra.
Tidak lama kemudian keluarga dari Hasan pun berpamitan untuk pulang karena sudah selesai pembicaraan antara keluarga Hasan dan keluarga Citra
Setelah keluarga Hasan pulang Bapak Citra itu memanggil Citra dan menyuruh Citra untuk duduk di kursi tamu.
"Sebenarnya ini bagaimana Citra apa kamu memang dekat sama Hasan atau gimana, kenapa kamu tidak pernah bicara sama Bapak sama Ibu Kenapa nak coba jujur, cerita apa yang terjadi kenapa sampai tiba-tiba melamar kamu seperti ini sudah berapa kali Pemuda Desa melamar kamu nak bapak malu," ucap Bapaknya Citra itu kepada anak gadisnya.
"Aku tidak pernah dekat Pak sama Mas Hasan atau pun sama siapapun aku menjaga diri dan tidak mendekati pemuda desa, aku tidak tau Pak kenapa tiba-tiba Mas Hasan datang ke rumah," ucap Citra kepada Bapaknya.
Bapaknya pun tak kaget mendengarkan perkataan yang dikatakan oleh anak gadisnya itu.
"Lantas apa yang membuat Hasan datang ke rumah Citra dan untuk melamar Citra tapi kenapa dia datang dan tiba-tiba melamar kamu, dan membawa kedua orang tuanya kan ini semacam jadi hal yang mendadak sedangkan kita tidak mempunyai persiapan apa-apa," ucap Bapak Sinta.
"Sinta saja kenal sama Mas Hasan baru tadi Pak kan Bapak juga tau kalau Sinta jarang keluar dari rumah karena banyak para pemuda desa yang mengganggu Citra di luar sana," ucap Citra kepada Bapaknya.
"Iya bapak tahmu sebenarnya kamu kan memang banyak yang menyukai ya Bapak aku sendiri anak Bapak cantik dan juga sopan dengan orang," ucap itu kepada Citra.
"Ya ampun Bapak ngapain sih malah ngomong gitu aku kan jadi malu Pak ya kan Bu, aku juga kan ya pastilah aku mirip Ibu waktu muda ucap," Citra dengan tersenyum kecil di bibirnya.
"Halah-halah malah bahas itu ngapain sih? ya udahlah ayo kita istirahat saja yang berlalu ya sudah berlalu kan kita juga tidak tau kenapa mereka datang ke sini," ucap Ibunya Citra kepada Bapak dan Citra.
"Iya, ya sudah cuman aku terpikir saja kenapa sampai seperti ini sampai banyak Pemuda datang ke rumah kita," ucap Bapaknya Citra itu.
"Sudahlah Jangan dipikirkan kan kamu tau sendiri bagaimana anak kita di desa ini sudah menjadi Primadona, ya jelas lah makanya itu kan banyak para pemuda desa yang datang ke rumah kita, hanya untuk menemui dan menanyakan tentang ,Citra Iya kan," ucap Ibunya Citra kepada Bapaknya.
"Iya juga sih resiko ya punya anak cantik,"ucap Bapaknya dengan tersenyum.
Setelah itu mereka beristirahat di kamar masing-masing Citra masih kepikiran dengan kedatangan keluarga Hasan.
"Harusnya sih aku bisa berpenampilan biasa saja supaya para pemuda Desa tidak tertarik kepadaku lagi kalau seperti ini terus aku juga enggak bisa karena hidup seperti dikejar-kejar," ucap Citra dengan pelan.
Citra pun berbaring di ranjangnya dan terus memikirkan hal yang barusan terjadi.
"Kalau begini terus aku tidak tahu siapa sebenarnya jodohku dan aku menjadi takut kalau mau keluar rumah jika terus-terusan seperti ini," gumam Citra dengan pelan.
Citra selalu merasa bersalah ketika para pemuda untuk menanyakan dirinya dan mencoba untuk melamarnya tetapi Citra selalu menolak mereka.
"Besok Kayaknya aku harus ke rumah Rani dan bercerita kepadanya mungkin Rina dengan Rani ada solusi buat aku kalau aku pendam semuanya sendiri aku jadi sesak," gumam Citra dengan pelan.
Citra pun beristirahat dan tidur di kamarnya keesokan harinya Citra berniat untuk pergi ke rumah Rani dan Rina ingin menjelaskan semua apa yang terjadi kepada dirinya, agar tidak menjadi beban dalam pikirannya, dan karena jika tidak dibicarakan atau tidak
meluapkan semua pikirannya Citra akan terus kepikiran.
Citra pun mandi dan bersiap-siap untuk ke rumah Rina dan Rani.
"Loh kok sudah rapi gitu mau ke mana Citra?" tanya Ibunya itu kepada anak gadisnya.
"Ini Bu Citra mau ke rumah Rina dan Rani ada keperluan sedikit," ujar Citra kepada Ibunya.
"Oh iya nanti pulangnya jangan lama-lama ya soalnya kamu kan harus latihan menari ya kan di kantor desa," ucap Ibunya.
"Oh iya ya Bu aduh Citra lupa ya nanti Citra latihan menari dan nanti mungkin Rina dan lainnya juga ikut jadi Citra ada teman Bu," ucap Citra kepada Ibunya.
Citra pun bergegas menuju ke rumah Rina dan Rani Sesampai didepan rumahnya ternyata rumah Rina dan Rani masih tertutup rapat.
"Ya ampun kok jam begini masih ditutup rapat sih ke mana sih sebenarnya mereka," gumam Citra dengan pelan.
Citra pun mengeluarkan handphonenya dan berniat untuk menelepon Rina dan Rani tetapi sebelum Citra menelpon tiba-tiba Rina membukakan pagar rumahnya itu.
"Ternyata ada kamu di sini, kenapa enggak ngomong dulu kalau mau ke sini," ucap Rina kepada Citra.
"Jadi sebenarnya aku tuh mau cerita ceritanya panjang banget, aku mau ngomong aku sih mau ngomong mau, ngomong di sini kan tidak mungkin," ucap Citra kepada Rina.
"Haha ya ampun ya sudah kamu masuk dulu ya," ucap Rina kepada Citra.
Akhirnya Citra pun masuk ke dalam rumah Rina dan Rani untuk menceritakan kejadian semalam.
Bersambung
11. Latihan menari
"Setelah Citra masuk ke rumah Rina dan Rani Citra pun disambut dengan Rani.
"Hei akhirnya datang ke sini juga, tumben nih ada apa kayaknya ada yang mau diceritain deh dari raut wajah kamu saja sudah bisa ditebak Iya kan ucap," Rani pada Citra.
"Penyambutan yang luar biasa kamu sebenarnya ngomong apa Rani dia tuh sekarang lagi sedih, eh datang-datang malah kamu berbicara begitu," ucap Rina kepada Rani.
"Yaelah Mana aku tau kan aku kan nggak tahu apa-apa tentang Citra jadi kenapa Citra sampai sedih atau ada yang gangguin dia?" tanya Rani kepada Citra dan Rina.
Citra pun mulai menjelaskan sedikit demi sedikit tentang apa yang terjadi kepada mereka.
Eh daripada ngomong di sini mending kita ngomongnya di dalam kamar aku aja deh biar lebih enak dan lebih nyaman gitu loh," ucap Rina kepada Rani dan Citra.
Akhirnya mereka bertiga pun bergegas ke kamar Rina untuk mencari tempat yang nyaman untuk Citra berbicara tentang masalahnya kepada mereka, membicarakan semuanya menjelaskan satu-persatu permasalahan yang ada pada dirinya dan dia menceritakan juga tentang Hasan yang datang melamarnya kemarin malam.
Rina dan Rani pun sontak kaget mendengarkan perkataan Citra.
"Bukan hanya sekali Citra dilamar oleh pemuda Desa tetapi hampir 5 kali kita telah dilamar oleh pemuda desa dan semua pemuda itu tidak ada satupun yang diterima oleh Citra ya ampun," ucap temannya itu.
"Kenapa bisa seperti itu sih Cit sampai segitunya mereka datang ke rumahmu terus orang tua kamu bicara apa sama mereka," tanya Rina kepada Citra.
"Aku juga bingung kenapa bisa seperti ini aku juga tidak merasa secantik Cinderella tetapi kenapa mereka mengejar-ngejar aku seperti itu dan aku tuh menjadi risih," ucap Citra kepada mereka berdua.
Rina dan Rani punn mencarikan solusi untuk Citra agar para pemuda Desa tidak melakukan seperti itu karena sangat meresahkan Citra.
"Sebenarnya itu hal yang wajar sih Cit soalnya kan kamu dijuluki dengan kembang desa di Desa ini jadi mau sudah mau ya kamu harus menanggung resikonya, karena memang hidup seorang kembang desa atau Primadona Desa ya seperti ini, apapun yang terjadi kamu harus terima," ucap Rani kepada Citra dengan tegas.
"Kalau menurutku sih begitu juga tapi ya gimana ya aku juga tidak bisa membela para pemuda dan aku juga tidak bisa membela kamu Citra, karena memang bener sih yang dikatakan Rani kamu seorang kembang desa dan siapa sih yang tidak suka sama kamu semua para pemuda tertuju denganmu, wajahmu yang cantik kulitmu yang putih bersih, jadi ya mau tidak mau kamu harus terima semuanya sih Citra," ucap Rina kepada Citra.
"Sebenarnya aku mencintai seorang pemuda tetapi aku belum bisa memastikan apakah rasaku Ini benar atau salah," ucap Citra kepada kedua temannya itu.
"Jadi selama ini kamu sudah ada pilihan sendiri, tapi selama ini kamu tidak pernah berbicara dengan aku dan juga teman-teman yang lain kan, aku saja kaget pas kamu bilang kamu sudah ada yang kamu cintai, ucap temannya itu.
Rina dan Rani pun sontak kaget ternyata Citra telah mempunyai pilihan sendiri padahal Rina dan Rani tau persis seperti apa Citra kepada para pemuda sangat cuek dan sama sekali tidak merespon.
Tidak ada seorangpun yang tau perasaan Citra dan tidak ada seorang pun yang tahu siapa yang Citra cintai itu, mereka hanya tahu citra adalah seorang kembang desa dan Primadona di desa dia tetapi tidak tahu akan perasaan Citra.
"Ya kan aku baru tau kalau kamu sudah mempunyai pilihan sendiri Cit, jadi sekarang terserah kamu maunya seperti apa atau kamu bilang saja sama orang tua kamu, supaya memang dijodohkan sama pria pilihan kamu daripada Lama-lama seperti ini kamu kan bisa kesal, capek dan pasti marah juga," ucap Rani kepada Citra dengan lembut.
Sebenarnya mau aku juga seperti itu Rani tapi aku belum bisa memastikan perasaanku ini benar atau tidak aku merasakan sayang kepada pemuda itu," ucap Citra kepada temannya itu.
Mereka bertiga pun asyik mengobrol dan tidak terasa waktu untuk latihan menari pun telah tiba.
"Eh Citra bukannya kamu harusnya latihan menari ya di balai desa? Ucap Rani.
"Iya sebenarnya aku latihan apa kamu tidak ingin ikut denganku kalian berdua memangnya tidak ingin gitu ke rumahku dan menemani aku untuk Ke balai desa untuk menari," ucap Citra kepada Rina dan Rani.
"Iya deh boleh aku pengen ikut sih Rina gimana kamu ingin ikut nggak karena aku pengen banget sih lihat orang menari seperti itu, aku juga pengen bisa menari," ucap kepada Rani kepada Rina dan Citra.
"Oke, ya sudah kita siap-siap dulu terus kita antarkan Citra ke rumahnya untuk mengganti pakaiannya dan kita antar Citra Ke balai desa untuk latihan menari," ucap Rina.
Saat mereka telah sampai ke balai desa, karena Citra mempunyai jadwal untuk latihan menari sesampainya di balai desa ternyata banyak sekali para pemuda di balai desa untuk menyaksikan para gadis desa menari.
"Ya ampun sebanyak ini para pemuda Desa aku nggak sanggup sih kalau harus menarik di tengah-tengah mereka," ucap Rani.
"Sama aja aku juga nggak berani kalau seperti ini rasanya malu banget di tengah-tengah menari dan dikelilingi oleh para pemuda," ucap Rina.
"Heh kita tuh harusnya menyemangati Citra malah kita bicara sendiri Hahaha," ucap Rina.
"Iya Sebenarnya kamu berdua itu harusnya menyemangati aku supaya aku lebih semangat dan tidak menghiraukan para pemuda yang ada di sana, gimana sih kamu berdua hahaha," ucap Citra kepada temannya itu.
Citra pun bersiap-siap untuk latihan
menari.
Dari pertama kedatangan Citra Ke balai desa semua pemuda Desa menatap ke arah Citra.
"Kembang desa di Desa kita memang sangatlah cantik dan sopan dia sombong kepada para pemuda karena memang dia merasa dirinya sangat berharga," ucap salah satu pemuda itu.
"Coba lihat baru saja Citra datang ke balai desa semua mata para pemuda menuju ke arah Citra semua Iya kan," ucap Rina kepada Rani.
"Sudahlah yang penting Citra tidak merasa terganggu, kan ada kita berdua yang melindungi Citra kan," ucap Rani.
"Tunggu di sini ya teman-teman, aku mau ganti baju dulu dan mempersiapkan untuk menari karena harus ganti pakaian kayaknya ini, karena aku lupa selendang aku tadi ketinggalan di rumah," ucap Citra kepada teman-temannya itu.
Citra pun pergi ke tempat pergantian baju untuk para penari dan ketika Citra masuk ke dalam ruangan itu yang penuh dengan penari-penari lain, mereka tampak iri dan tidak suka ketika melihat keberadaan Citra.
"Kok mereka menatapku seperti orang yang tidak suka padaku, memangnya aku salah apa sama mereka gumam Citra dari hati yang terdalam.
Citra pun menemui pelatihnya dan mengatakan jika dia melupakan selendangnya.
Bersambung