Lucius geram dan gundah. Viori tiba-tiba menjauh darinya, lalu sekarang berkeliaran di ibukota setiap hari. Dan barusan ia mendapat laporan dari 'pengawal' yang dikirimnya bahwa Viori melakukan kontak dengan bangsawan yang bukan berasal dari Heliose dan berbincang-bincang dengannya.
TUK! TUK! TUK!
Jarinya tak ada henti-hentinya mengetuk meja, makin lama makin nyaring bunyinya. Lucius sama sekali tidak bisa fokus bekerja, sudah berjam-jam ia terdiam pada satu dokumen yang sama.
"Apakah dia bosan? Apakah ini hal yang baik karena dia akhirnya keluar dari istana? Kenapa dia tidak mengunjungiku sekalipun? Kenapa dia pergi ke ibukota hanya dengan pelayan? Apa yang dia cari di toko buku itu? Jika ia tidak tahu apa yang mau dibeli kenapa dia tidak membeli tokonya saja? Kenapa harus disana berminggu-minggu!? Siapa orang itu? Apa yang mereka bicarakan!?"
Reinhard rasanya bisa melihat aura gelap lama-lama keluar dari Lucius yang sedari tadi menggumamkan pertanyaaan-pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Reinhard takut Lucius akan mengerahkan seluruh tenaga Istana Sirius untuk mencari tahu jawabannya.
"Apakah anda baik-baik saja, Duke?" Bukan hanya Reinhard, seluruh pekerja Istana Sirius mengkhawatirkan Lucius. Bukan hanya karena mereka kasihan, tapi juga karena nyawa mereka dipertaruhkan dengan mood Lucius setiap harinya.
Lucius bahkan tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Reinhard. Berkali-kali mencoba fokus pada pekerjaannya pun gagal dilakukan, saat ia melihat buku ia akan berpikir buku apa yang ingin Viori beli, saat jam makan siang ia akan merindukan masakan Viori, saat ia melihat taman ia akan teringat waktu Viori tertidur di taman, bahkan melihat Reinhard pun jadi mengingatkannya waktu Lucius menyuruhnya memberikan obat pada Viori!
Semua hal mengingatkannya pada Viori dan itu membuat Lucius frustrasi.
'Apakah aku frustrasi karena tidak ada yang berjalan sesuai keinginanku?'
.
.
.
'Memangnya apa keinginanku?'
.
Tapi yang frustrasi bukan hanya Lucius. Sieghart juga frustrasi dalam diam, daripada Lucius yang sedang bingung dengan perasaannya pada Viori, Sieghart justru bingung dengan apa yang sedang Viori rencanakan. Viori tidak pernah aktif dalam kegiatan kebangsawanan, jadi tidak mungkin Viori punya teman di ibukota. Belum lagi alasan Viori tiba-tiba sembuh tanpa diobati masih jadi misteri. Sieghart aslinya ingin menyarankan pada Lucius untuk memanggil penyihir dari menara penyihir untuk mengajari Viori mengatur mana. Sieghart yang punya tujuan membunuh Viori justru takut Viori akan celaka karena mananya sendiri.
'Bukankah ini mempermudah tugasku?'
Sieghart berakhir bingung juga.
-
Diantara semua kebingungan yang dirasakan, Viori malah bersenang-senang dengan pertemanannya dengan Mikhail.
Percakapan dengan Mikhail sangatlah ringan dan menyenangkan, benar-benar percakapan yang tidak bisa didapatkan dari Lucius (karena ia tsundere) dan tidak juga dari Sieghart karena ia terlalu waspada dengan Viori.
Mikhail dan Viori menjaga batas hubungan mereka dengan tegas tapi tidak terlihat. Mereka tidak pernah membahas asal usul keluarga masing-masing, tidak juga bertanya soal pekerjaan ataupun keturunan.
Satu hari Viori yang sedang berusaha mengambil buku di rak bagian atas dibantu oleh Mikhail yang datang dari belakang. Adegan klise webtoon romansa.
"Mikhail memang sangat bisa diandalkan" Viori mengulas senyum cerah yang hampir tidak pernah ditunjukannya beberapa bulan ini.
"Tentu saja, saya akan selalu bisa diandalkan untuk Viori." Jawab Mikhail. Sepertinya sudah bawaan dari penulis bahwa Mikhail punya kebiasaan menjawab seperti playboy. Viori sudah mulai terbiasa setelah beberapa minggu bercakap-cakap.
"Kalau begitu apa Mikhail berjanji akan selalu menolong saya kapanpun dimanapun?" Viori mengambil kesempatan ini untuk membuat perjanjian yang menjadi salah satu kesempatan untuk menyelamatkan hidupnya.
"Saya berjanji." Mikhail menaruh kepalan tangannya di depan jantungnya. Pertanda sumpah mengatasnamakan nyawa.
Viori sekali lagi hanya bisa tersenyum sumringah.
Plan success!
Hari itu Viori pulang dengan hati yang senang dan tenang. Setelah menyelamatkan Viori dari entah apa yang akan terjadi di masa depan dengan Lucius dan Sieghart, ia akan memastikan Ressa segera diangkat menjadi bangsawan dan bertemu dengan Mikhail secepatnya.
Kesenangan Viori tidak bertahan lama. Sesampainya di Istana Altair ia disambut dengan Lucius yang duduk di ruang tunggu kamar tidurnya. Dilihat dari dua teko teh yang sudah kosong disebelahnya sepertinya ia sudah menunggu kurang lebih 2 jam.
Viori terdiam didepan pintu kamarnya setelah menyadari penampakan Lucius yang setengah murka.
"Ada urusan apa Duke kesini?"
Panggilan yang tidak pernah Viori gunakan sejak awal bangun nya dari kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
Dibanding frustrasinya beberapa saat lalu, Lucius justru berubah menjadi gundah setelah mendengar Viori memanggilnya seperti itu.
"Aku hanya ingin memastikan kepulanganmu. Sudah lama aku tidak melihat wajahmu."
Entah kenapa Lucius tiba-tiba bicara sejujur-jujurnya tanpa dipikirkan. Mungkin efek dari terkejut mendengar panggilan itu?
"Tentu saja saya baik-baik saja karena perhatian dan bantuan Duke."
Lucius makin merasa tidak nyaman.
"Kalau begitu aku akan kembali. Beritirahatlah, aku khawatir kau sakit lagi." Lucius berdiri dan mengenakan jasnya.
Viori lalu menunduk sambil menunggu Lucius melangkah keluar dari pintu. Lucius sempat terhenti seketika untuk menoleh kebelakang, tapi yang dilihatnya hanya punngung Viori yang membelakanginya dan menunduk terdiam.
Hatinya rasanya aneh dan sesak, seperti ia telah melakukan kesalahan yang sulit diperbaiki.
Sedangkan Viori sendiri sekarang telah rusak kesenangannya. Tindakan Lucius yang tidak bisa diprediksi membuatnya tidak nyaman. Apa maksud kedatangannya kesini? Ia bahkan menunggu lama hanya untuk melihat kepulangan Viori? Entah apa yang ada dipikiran Lucius sampai meninggalkan pekerjaannya yang sudah menumpuk karena ditelantarkan sebulan penuh hanya untuk melihat Viori 'yang wajahnya sudah lama tidak kelihatan'.
Sieghart yang berjaga diluar pintu Viori hanya bisa menjadi penonton anehnya interaksi Lucius dan Viori. Saat ini ia merasa tidak ada tempat untuknya menginterupsi.