Chereads / The Eye "Between Light and Dark" / Chapter 4 - Chapter 5 : Lies and Honesty

Chapter 4 - Chapter 5 : Lies and Honesty

"Akan Tiba Waktunya Kau Mengetahui. Bagaimana Saya Bisa Mendapatkan Informasi Hubungamu dan Lee Ho-Won." Bisik Pak Ok Ketelingaku.

"Saya Masih Mempunyai Meeting Penting. Saya Harus Segera Pergi. Dan 1 Hal Lagi, Besok Kalian Akan Mengadakan Konferensi Pers Mengenai Comeback Kalian. Dan Kau Kim Myung-Soo, Saya Telah Mengirimkan Naskah Ketempat Kalian. Baca dan Pelajarilah. Naskah Itu Untuk Berjaga-jaga Bila Ada Pertanyaan Yang Akan Dilontarkan Oleh Para Wartawan Terhadapmu Mengenai Masalahmu Ini. Saya Pergi Dulu." Tambahnya Dan Langsung Meninggalkan Kami.

"Ding-dong.." Suara Bell Berbunyi.

"Itu Pasti Jun-Ho dan Jin-Young. Tunggu Sebentar." Kata In-Soo Dan Langsung Menuju Pintu Masuk Apartemen Yang EB Tinggali.

Akupun Memeriksa Naskah Yang Harus Kulakukan Besok. Kubaca Dengan Seksama Lembar Demi Lembar Naskah Itu. Dan Betapa Kagetnya Aku Ketika Membaca Lembaran Akhir dari Naskah Yang Diberikan Pak Ok.

"Hey Kim Myung-Soo..." Sapa Jin-Young.

"Hai..." Jawabku.

"Lihat Apa Yang Kubawakan Untuk Merayakan Kembalinya Kau. Aku Membeli Beberapa Botol Soju dan Bir. Saatnya Berpesta.." Tambahnya.

"Aku Juga Bawakan Bulgogi dan Nakji." Kata Jun-Ho.

"Hei... Berhentilah Membaca Naskah Ini. Sudahlah, Jangan Dipikirkan. Lebih Baik Kita Bersenang-senang." Kata Woo-Seok Yang Tiba-tiba Saja Mengambil Naskah Yang Ada Di Genggamanku.

In-Soo Pun Mendekatiku Dan Memelukku. Lalu, Menarik Tanganku Dan Mengajak Kami Semua Untuk Meminum Soju Yang Telah Dicampurkan Bir. Kami Pun Mengambil Masing-masing Gelas Yang Telah Berisi Soju.

"Untuk Kesuksesan EB." Teriak Woo-Seok Sembari Mengangkat Gelasnya. Dan Kamipun Mulai Bersenang-senang.

Sesaat Diri Ini Merasa Bahagia Dengan Kehangatan Yang Dibuat Oleh Sahabat-sahabatku. Terpikirkan Olehku, "Apakah Kebahagiaan Ini Akan Selalu Menemaniku? Ataukah Hanya Hiburan Untukku Sesaat Sebelum Karierku Akan Berakhir Akibat Masalah Yang Menimpaku?".

Tawa dan Senyuman Mereka Sungguh Sangat Menghiburku. Tak Kusangka, Aku Akan Memiliki Orang-orang Yang Begitu Peduli Terhadapku.

Namun, Aku Mengingat Sesuatu. Aku Mengingat Lee Ho-Won. "Lee Ho-Won, Apakah Kau Baik-baik Saja? Kuharap Kau Baik-baik Saja Disana. Karena, Aku Sangat Bersyukur Tak Ada Yang Mengenali Wajahmu. Tentang Video Yang Beredar, Aku Sangatlah Bersyukur Karena Pada Saat Itu Kau Menggunakan Sebuah Masker dan Menutupi Kepalamu Dengan Hoodie. Aku Yakin, Kau Akan Baik-baik Saja."

Ketika Semua Ini Berakhir, Aku Berjanji Akan Secepatnya Menemuimu. Dan Akan Kembali Berkumpul Bersamamu.

Waktupun Berlalu Begitu Cepat. Malam Semakin Larut. Ke-empat Sahabatkupun Akhirnya Tertidur Pulas Karena Mabuk. Aku Yang Masih Dalam Keadaan Sadar Pun Segera Membersihkan Ruangan Yang Berantakan Akibat Pesta Kecil-kecilan Kami. Selesainya Aku Membersihkan Ruangan, Akupun Keluar Menuju Balkon Apartemen. Kutatap Keindahan Malam Kota Seoul Dari Ketinggian Balkon Apartemen. Tak Kusangka Aku Bisa Meraih Impianku Seperti Sekarang Ini. Tanpa Sadar, Air Mataku Pun Kembali Menetes. Mengingat Semua Perjuanganku Mempertahankan Karierku Hingga Saat Ini.

Tak Pernah Terpikirkan Olehku, Bahwa Aku Akan Terjerat Oleh Masalah Karena Kecerobohanku Sendiri. Kecerobohan Yang Akhirnya Akan Mengakhiri Karierku Yang Dengan Susah Payah Kuraih. Seharusnya Aku Mendengarkan Perkataan Nam Wo-Hyun, Seharusnya Aku Mendengarkannya. Hanya Karena Keegoisanku, Semuanya Akan Berakhir Seperti Ini. Tapi, Disisi Lain Aku Tak Bisa Mengakhiri Hubunganku dan Lee Ho-Won. Aku Sangat Menyayanginya.

"Myung-Soo? Kau Belum Tidur?" Sapa In-Soo Yang Tiba-tiba Saja Mendekatiku Dengan Menggenggam Sebotol Bir Ditangannya.

"Hah? Kau Sendiri?" Kagetku Sembari Menatapnya.

"Aku Tiba-tiba Terbangun Ketika Kau Membuka Pintu Balkon. Kupikir Kau Akan Mengakhiri Hidupmu Dengan Melompat Dari Tempat Ini. Tempat Yang Bagus Untuk Mengakhiri Hidupmu." Kata In-Soo Sembari Melihat Ketinggian Tempat Kami Berdiri dan Tertawa Kecil.

Akupun Ikut Tertawa Kecil Mendengar Perkataannya.

"Sudah Kukatakan Padamu, Jangan Dipikirkan. Semuanya Akan Baik-baik Saja. Kau Tak Perlu Khawatir. Bukankah Pak Ok Telah Memberikanmu Naskah Untuk Berjaga-jaga Bila Ada Wartawan Yang Menanyakan Videomu?" Kata In-Soo Lagi Dan Memberikan Bir Yang Ada Ditangannya.

Aku pun Mengambil Bir Itu, Dan Langsung Meneguknya.

"Itulah Yang Kupikirkan. Naskah Yang Diberikan Pak Ok Kepadaku Sangatlah Rumit. Seperti Bukan Diriku. Dalam Naskah Itu Aku Harus Membohongi Publik. Bahkan, Aku Harus Berbohong Bahwa Yang Saat Itu Aku Peluk Bukanlah Lee Ho-Won, Melainkan Kakakku Yang Hanya Mengantarku Ke Apartemenku Seusai Wa-Mil." Jelasku.

"Bukankah Itu Naskah Yang Bagus? Tak Ada Salahnya Kau Berbohong Untuk Hal Ini. Bukan Untuk EB, Tapi Untuk Dirimu dan Untuk Ho-Won." Kata In-Soo.

"Tapi, Apakah Dengan Berbohong Seperti Yang Dijelaskan Dinaskah Akan Menjadi Jalan Keluar Yang Baik? Bagaimana Dengan Lee Ho-Won? Apakah Aku Tak Akan Menyakiti Perasaannya Bila Aku Berbohong Seperti Itu?" Kataku Dengan Gelisah.

"Tak Perlu Kau Mengkhawatirkan Hal Itu. Aku Yakin Ho-Won Pasti Akan Mengerti Keadaanmu. Seperti Yang Kau Ketahui, Selama Ini Ho-Won Selalu Peduli Terhadapmu. Dia Selalu Mendukung Semua Keputusan Yang Kau Ambil. Tanpa Memandang dan Mengkhawatirkan Perasaannya. Kebohongan atapun Kejujuran Semuanya Sama Saja. Hanya Kita Saja Yang Harus Mengambil Keputusan. Kau Ingin Berbohong atau Ingin Jujur. Buatlah Keputusan Yang Tepat. Jangan Sampai Kau Mengambil Keputusan Yang Salah Yang Akan Menghancurkan Kehidupanmu." Jelas In-Soo dan Mengambil Bir Yang Ada Digenggamanku Lalu Meminumnya.

"Hal Ini Sungguh Membuatku Dilema. Aku Tak Mampu Berpikir Jernih. Aku Tak Tahu Harus Berbuat Apa? Aku Tak Tahu Apakah Harus Berbohong Demi Kepentingan Pribadiku, Atau Harus Berkata Jujur Untuk Hubunganku Bersama Lee Ho-Won." Kataku Lagi.

"Terkadang, Kebohongan Dapat Mengatasi Setiap Masalah Kita. Namun, Kejujuran Juga Diperlukan Untuk Menghadapi Sebuah Masalah. Pilihlah Pilihan Yang Tepat Menurutmu. Jangan Sampai Kau Malah Mengambil Keputusan Yang Salah." Balasnya.

"Ambillah Ini." Kata In-Soo Sembari Memberikan Ponselku.

"Hubungilah Ho-Won Jika Kau Ragu Untuk Mengambil Keputusan. Ada Baiknya Kalian Saling Berkomunikasi dan Membicarakan Hal Ini. Ambillah Keputusan Bersama. Kau Tak Perlu Memendam dan Menghadapi Masalah Ini Sendirian. Bagaimanapun Juga, Masalah Ini Bukan Hanya Masalahmu Sendiri, Ini Juga Masalah Lee Ho-Won. Kalian Berdua Berhak Mengambil Keputusan Bersama. Tak Perlu Mengikuti Apa Yang Ada Didalam Naskah Bila Itu Sangat Mengganggumu. Carilah Jalan Keluarnya Bersama Ho-Won dan Ikuti Kata Hatimu." Kata In-Soo Yang Mencoba Menenangkanku.

Akupun Mengambil Ponselku Yang Ada Digenggaman In-Soo.

"Tak Perlu. Ini Sudah Larut Malam. Ho-Won Juga Pasti Sedang Beristirahat. Aku Yakin Dia Akan Baik-baik Saja. Besok Pagi Aku Akan Menghubunginya dan Membicarakan Hal Ini Dengannya." Kataku.

"Baiklah. Kau Beristirahatlah, Aku Akan Pergi Tidur. Besok Pasti Akan Melelahkan. Aku Pergi." Kata In-Soo Sembari Membalikkan Badannya dan Melangkahkan Kakinya Masuk Kedalam Apartemen.

"In-Soo..." Panggilku.

"Umm.." Jawabnya dan Menghentikan Langkahnya.

"Terima Kasih.." Kataku.

"Hei.. Kau Bukan Hanya Sekedar Sahabat Bagiku. Kau Sudah Seperti Adikku Sendiri. Kau Itu Keluargaku. Itulah Gunanya Seorang Kakak, Selalu Ada Disaat Adiknya Tertimpa Masalah. Walaupun Aku Tak Sebaik Kim Sung-Kyu. Hahaha..." Kata In-Soo Lagi Yang Kembali Mendekatiku Dan Langsung Memelukku.

Dipelukkannya, Akupun Tanpa Sadar Meneteskan Air Mata. Tak Tepikirkan Olehku, Bahwa Semua Orang Yang Ada Disekitarku Begitu Sangat Menyayangiku dan Peduli Terhadapku.

Akhirnya, Kami Berduapun Memutuskan Untuk Mengakhiri Pembicaraan Kami. Dan Bergegas Pergi Meninggalkan Balkon Untuk Beristirahat. Berharap, Aku Dapat Melupakan Kejadian Hari Ini. Hari Ini, Sungguh Menjadi Hari Yang Berat dan Melelahkan Yang Pernah Aku Hadapi.

To Be Continue...