Chereads / The Eye "Between Light and Dark" / Chapter 11 - Chapter 10 : Covert Plans.

Chapter 11 - Chapter 10 : Covert Plans.

"Kring-kring..." Dering Sebuah Ponsel.

Dengan Mata Yang Terasa Berat dan Kepala Yang Terasa Sakit, Kupaksakan Diriku Untuk Bangun Dari Tidurku.

"Ha.. Halo.." Jawabku.

"Myung-Soo. Jika Kau Sudah Merasa Baikan, Keluarlah Sebentar. Kami Menunggumu Diluar." Kata In-Soo Yang Berbicara Melalui Telepon.

"Baiklah. Aku Ganti Pakaian Dulu." Kataku dan Langsung Mematikan Teleponnya.

Hari Telah Berganti, Waktu Telah Menunjukkan Pukul Sepuluh Pagi. Aku Yang Masih Dalam Keadaan Mabuk Memaksakan Diri Menuju Ke Kamar Mandi Untuk Membasuh Wajahku. Setelah Itu, Aku Mengganti Pakaianku dan Langsung Keluar Menuju Dimana Para Anggota EB Berkumpul.

"Hei. Kau Sudah Baikan? Kenapa Kau Tiba-tiba Menghilang dan Kembali Dengan Keadaan Seperti Semalam? Kami Sangat Mengkhawatirkanmu. Tak Biasanya Kau Mabuk Sampai Tak Sadarkan Diri." Kata In-Soo Yang Duduk Dihadapanku.

"Aku Baik-baik Saja." Kataku.

"Semalam Kami Sampai Kerepotan Membawamu Masuk Kesini. Para Wartawan Memenuhi Pintu Masuk Apartemen Asrama Kita. Kami Harus Memasukkanmu Ke Dalam Box Berukuran Besar Untuk Membawamu Masuk. Untung Saja Ada Jasa Pengiriman Barang Yang Datang. Jadi, Kami Membawamu Masuk Tanpa Diketahui Wartawan." Jelas In-Soo.

"Seharusnya Kau Memberitahu Kami Kemana Kau Pergi. Kami Mencarimu Seharian, Untung Saja Kakakmu Terpikir Suatu Tempat Yang Bisa Membuatmu Tenang dan Menemukanmu." Tambah Jin-Young.

"Sudahlah. Aku Baik-baik Saja. Kalian Tak Perlu Mengkhawatirkanku." Kataku Lagi.

"Ya Sudah, Jika Kau Baik-baik Saja. Oh ya, Tadi Lee Ho-Won Kesini. Dia Menyuruhmu Agar Menghubunginya Jika Kau Sudah Bangun. Katanya Untuk Sementara Waktu Dia Akan Tinggal Bersama Pamannya." Kata In-Soo.

"Baiklah. Aku Akan Menghubunginya Nanti. Kepalaku Masih Sakit. Aku Ingin Kembali Beristirahat. Hari Ini Sudah Mulai Sesi Rekaman Kan?" Kataku.

"Iya. Tapi, Sepertinya Kami Akan Menundanya Dulu." Jelas Woo-Seok.

"Hah?! Kenapa?" Kagetku dan Bertanya.

"Dari Kemarin Selesainya Konferensi Pers, Publik Lagi Heboh-hebohnya Membahas Tentang Kau. Apalagi Kemarin Kau Bekata Akan Meninggalkan EB. Dan Kau Juga Tiba-tiba Menghilang. Kau Tak Serius Dengan Ucapanmu Kemarin kan?" Jawab In-Soo dan Kembali Bertanya.

"Aku Serius Dengan Perkataanku Kemarin. Aku Telah Memikirkannya. Aku Yakin, Resident's Juga Akan Sependapat Dengan Keputusanku. Aku Telah Menduga Semua Yang Akan Terjadi. Kau Ingat Perkataanku Kemarin kan? Jika Publik atau Resident's Tak Menginginkanku Untuk Comback, Maka Aku Akan Mengakhiri Karierku dan Akan Meninggalkan Agensi. Tanpa Kalian Sadari, Sebenarnya Aku Sedang Berencana Untuk Mengadakan Polling." Jelasku Ke In-Soo dan Anggota EB Lainnya.

"Polling?" Tanya Mereka Serentak Yang Terlihat Kebingungan.

"Ya. Polling." Jawabku Singkat.

"Ta.. Tapi Kenapa?" Tanya Woo-Seok.

"Seseorang Sedang Mengamatiku. Ada Seseorang Yang Ingin Membuatku Hancur. Dan Aku Yakin, Orang Itu Selalu Bersama Kita. Awalnya Aku Berpikir Untuk Menyembunyikan Hal Ini Ke Kalian. Karena, Awalnya Aku Mencurigai Kalian Sebagai Pelakunya. Tapi Setelah Kupikir-pikir, Tak Mungkin Kalian Melakukan Hal Ini." Jawabku.

"Hei Myung-Soo. Kau Pikir Kami Sejahat Yang Kau Pikirkan? Kau Itu Keluarga Kami." Kata Jin-Young.

"Iya Kak. Tak Mungkin Kami Memasukkan Kakak Ke Posisi Seperti Ini." Tambah Jun-Ho.

"Kenapa Kau Bisa Berpikir Seperti Itu? Memangnya, Siapa Yang Ingin Membuatmu Hancur? Dari Mana Kau Mengetahui Hal Itu?" Tanya In-Soo Lagi.

"Sebenarnya, Ke.. Ke.. Kemarin, Setelah Woo-Seok Memanggilku Dikamar, Seseorang Meneleponku." Kataku.

"Siapa?" Tanya Woo-Seok.

"Aku Juga Tak Tahu Siapa Orang Itu. Dia Memakai Ponsel Sekali Pakai. Orang Itu... Orang itu..." - Aku.

"Orang Itu Siapa? Dan Kenapa?" Tanya In-Soo Dengan Nada Suara Yang Keras.

"Orang Itu Bukan Hanya Sekedar Stalker. Orang Itu Sungguh Pintar Dan Licik. Dia Bahkan Meletakkan Kamera Didalam Kamar Apartemen Milikku dan Ho-Won." Jelasku.

"B.. Beb.. Bagaimana Bisa?" Tanya Jin-Young Yang Terkejut.

"Aku Juga Tak Tahu. Makanya Aku Ingin Menyelidiki Hal Ini." Kataku.

"Bangsat!" Teriak Jin-Young.

"Kemarin Saat Konferensi Pers, Aku Ingin Memancingnya Keluar. Tapi, Aku Tak Menemukan Petunjuk Tentangnya." Kataku Lagi.

"Tapi, Apa Alasannya Melakukan Semua Ini?" Tanya In-Soo.

"Dia Ingin Agar Aku Mengakhiri Hubunganku Dengan Ho-Won." Jawabku.

"Apa? Apa Orang Ini Benar-benar Sudah Gila? Kenapa Harus Bertindak Sejauh Ini? Ini Namanya Keterlaluan." Teriak Jin-Young.

"Untuk Sementara, Biarkan Masalah Ini Berjalan Seperti Ini. Para Resident's Pasti Telah Menyadari, Bahwa Aku Sedang Mengadakan Polling. Kalian Tahu Sendirikan? Betapa Besarnya Rasa Cinta Dari Resident's Untuk EB?" Kataku Dengan Pandangan Tajam.

"Tapi... Bagaimana Jika Resident's Memilih Agar Kau Tak Ikut Comeback? Kau Akan Selamanya Tenggelam Dalam Kekalahan." Kata Woo-Seok.

"Aku Tak Akan Kalah. Karena, Aku Selalu Bisa Membalikkan Keadaan." Kataku Dengan Serius.

"Aku Ingin Kalian Merahasiakan Hal Ini Kepada Semua Orang. Entah Itu CEO Ok Taec-Yeon, Nam Wo-Hyun, Kakakku Kim Sung-Kyu, dan Yang Terakhir... Lee Ho-Won!" Kataku Lagi Dengan Tegas.

"Jika Memang Mereka Semua Tak Harus Mengetahui Hal Ini? Mengapa Kau Memberitahukan Hal Ini Kepada Kami?" Tanya Woo-Seok.

"Karena Aku Membutuhkan Bantuan Kalian." Jawabku.

"Membutuhkan Bantuan Kami?" Tanya Jin-Young.

"Ya." Jawabku Lagi.

"Kalian Cukup Membantuku Untuk Mengawasi Pak Ok dan Wo-Hyun. Aku Akan Mengawasi Kakakku. Sedangkan Ho-Won, Aku Bisa Mengawasinya Lewat Via Ponsel." Jelasku.

"Baiklah, Itu Hanyalah Pekerjaan Yang Mudah." Kata In-Soo.

"Oh ya. Wo-Hyun Kemana?" Tanyaku.

"Wo-Hyun Sedang Bersama Pak Ok. Sebentar Lagi Dia Akan Kesini. Kau Beristirahatlah Kembali. Kau Masih Terlihat Mabuk. Aku Akan Memberi Tahu Wo-Hyun Bahwa Kau Sedang Sakit. Agar Dia Tak Mengganggumu Untuk Saat Ini. Ok?!" Kata In-Soo Lagi.

Akupun Kembali Ke Kamarku. Sesampainya Dikamar, Tiba-tiba Ponselku Berbunyi. Sebuah Panggilan Dari Nomor Yang Tak Dikenal.

"Ha.. Hallo.." Jawabku.

"Wah.. Myung-Soo.. Hebat Juga Kau. Hahaha.." Kata Si Penelepon.

"Siapa Kau? Apa Maumu?" Kataku.

"Hahaha... Dasar Bodoh. Sudah Kukatakan Padamu kan? Lebih Baik Kau Akhiri Saja Hubunganmu Bersama Ho-Won. Dengan Begitu Kau Tak Akan Tersiksa Seperti Ini. Apa Kau Tak Sadar? Pengakuanmu Akan Membuat Kau Semakin Terpuruk. Tindakan Yang Bodoh." - Penelepon.

"Siapa Kau Bangsat?!" Teriakku.

"Hahaha... Sadarlah Kim Myung-Soo. Kau Itu Hanyalah Pria Lemah Yang Bodoh." - Penelepon.

"Dasar Cengenguk Tak Tahu Malu. Hanya Berani Mengancam Seseorang Dengan Tindakan Yang Tak Bermoral Seperti Ini. Kau Pikir Dengan Tindakan Konyolmu Ini, Kau Bisa Menghancurkanku Dengan Mudah? Hah?! Kau Itu Hanyalah Seorang Pengecut Yang Bisanya Mengancam Seseorang Dari Kejauhan. Apa Ku Tak Punya Rasa Malu? Hah?!" - Aku.

"Hahaha... Aku? Tak Punya Rasa Malu? Bukannya Kau Yang Tak Punya Rasa Malu? Seharusnya Kau Malu Mangakui Bahwa Dirimu Itu Seorang Gay. Bukannya Berbangga Diri Seperti Ini. Hahaha... Sebentar Lagi, Tanpa Aku Menyebarkan Video Mesummu pun, Kau Akan Merasakan Sendiri Kehancuranmu. Dan Membuatku Merasa Bahagia. Hahaha..." - Penelepon.

"Kau Pikir Kau Akan Menang? Hah?! Kita Lihat Saja, Apakah Kau Akan Bisa Tertawa Seperti Ini. Atau, Aku Yang Akan Berbalik Menertawakanmu. Dasar Sampah Sialan!" - Aku.

"Oh... Kau Menantangku. Baiklah, Kita Lihat. Sampai Kapan Kau Akan Bertahan Bersama Kesombonganmu Itu. Oh ya, Katakan Pada Pacarmu Yang Tuna Wicara Itu. Bersembunyilah. Sebab, Aku Tak Tega Melihatnya Hancur Seperti Dirimu Karena Kebodohan dan Kesombonganmu Itu." Kata Penelepon Itu dan Langsung Mematikan Teleponnya.

"Bangsat?!" Teriakku Sembari Melempar Ponselku Keatas Tempat Tidur.

To Be Continue...