Shasa dan Narina terkejut karena saat ini bukan hanya mereka berdua yang mendengar kan cerita Alzyas namun ada beberapa orang lagi yang sudah sejak tadi berdiri di depan pintu kelas mereka.
" Aditya " gumam Narina, dan bisa di dengar jelas oleh Alzyas.
Alzyas melepaskan pelukannya pada Narina dan langsung menoleh kebelakang, ternyata benar saja sosok laki-laki tampan itu berdiri di depan pintu dan dirinya juga tidak sendirian melainkan Sammy, Denny, Arga dan juga Joko di sana.
Aditya berjalan menghampiri Alzyas lalu mengusap airmata kekasihnya.
" apa kalian dengar semuanya? " suara Alzyas hampir tak terdengar karena serak
" kita dengar semuanya " jawab Aditya membuat Alzyas menunduk
Aditya meraih dagu runcing Alzyas dengan telunjuk nya, menatap kedua bola mata biru itu yang masih terlihat berkaca-kaca.
" apapun yang terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi di masa depan, kamu harus kuat menghadapi nya... Sabar adalah kunci pertamanya " ujar laki-laki itu dengan lembut
" jadi ternyata Lo sama Milly itu saudara tiri? " blak-blakan Joko meluncurkan kalimat itu
" astaga Jo... pengen banget deh gue robek mulut Lo " ancam Narina
" tau ni orang, licin banget tu lidah " sambung Shasa
" gue kan cuma nanya " Joko memanyunkan bibirnya
" pertanyaan Lo itu nggak bermutu monyet!!!! " sahut Denny, membuat Joko mendengus kesal
" udah guys, pertanyaan Jo emang bener kok " bela Alzyas
" tuh dengerin empunya aja bilang gue bener " Joko merasa terselamatkan, Alzyas hanya tersenyum kecil.
" maaf ni yah kalo pertanyaan gue salah, jadi apa ini alasan yang buat Lo benci sama Milly? " ragu-ragu Sammy menyeru kan suaranya
" nah itu juga yang mau gue tanyain " sambung Joko
" Joko!!!!!!! Lo bisa diem nggak sih!!!!! " Narina menekan kan suaranya karena benar-benar kesal
" cepet keriput Lo " ejek Denny pada Narina
" nggak ape-ape gue tetep cinta sama Lo Narina meskipun muka Lo keriput " sahut Joko dengan percaya diri membuat Alzyas, Aditya dan yang lainnya menahan tawa sedang kan Narina memelototkan kedua bola matanya.
" kalo mau jujur, gue sama sekali nggak pernah benci sama Milly... bahkan dari lubuk hati gue yang paling dalam, gue sayang sama dia karena walau bagaimanapun dia adik gue walaupun kita beda ibu... tapi gue nggak bisa ungkapin rasa sayang itu ke dia, karena setiap kali gue mau nunjukin rasa sayang gue, itu selalu ditangkis sama rasa benci gue ke nyokap dia dan bokap " jawab Alzyas yang membuat semua teman-teman nya tertegun.
" pantes aja, waktu Milly pingsan Lo khawatir banget " sahut Shasa, Alzyas hanya tersenyum kecut.
" Udah, sekarang kita akhiri sedih-sedihan nya, cus kekantin karena cacing peliharaan gue udah pada demo minta asupan gizi " ujar Narina yang sudah tak melihat kesedihan lagi di raut wajah Alzyas.
" setuju!!!!! " sahut Arga dan Joko serentak.
Merekapun beriringan keluar dari kelas menuju kantin.
" I'm here with you " bisik Aditya tepat di telinga Alzyas.
" thanks " Alzyas tersenyum manis padanya.
**********
~Rumah
Emely menyibukkan diri di dapur untuk memasak makan siang, karena sebentar lagi kedua anaknya akan pulang dari sekolah, Raka masih berada di kantor, sedangkan Herman dan Azka sedang mengunjungi bisnis perhotelan mereka karena sudah lama kedua laki-laki beda generasi itu tak mengunjungi bisnis keluarga mereka juga sebentar lagi akan pulang.
Larasati menghampiri Emely yang sedang memotong sayuran, hari ini dirinya akan memasak makanan favorit keluarga nya.
" mama bantu yah " suara lembut itu menyadarkan Emely dari lamunannya
" nggak usah ma, mama duduk aja... sebentar lagi juga selesai kok tinggal masak sayur nya aja " sahut Emely membuat wanita tua itu tersenyum tulus
" kamu masak apa? "
" biasa ma, aku masak makanan favorit anak-anak dan mas Raka, di tambah papa, mama dan bang Azka " Emely menata masakan nya dengan rapih dan bersih di atas meja
" maaf jika mama lancang..... apa Alzyas sudah mau berbicara sama kamu ataupun Raka? " sontak pertanyaan itu membuat raut wajah Emely sedih.
Emely meletakkan buah-buahan di atas meja lalu menarik sebuah kursi dan duduk tepat di samping Larasati.
" Ma, mama tahu sendiri bagaimana dinginnya Alzyas pada kami... dan mama tahu betul bagaimana Alzyas setiap bertatap muka pada kami " lirih Emely
" aku sudah berusaha untuk mendekatkan diri pada Alzyas, tapi dia terus menolak kehadiran ku, hati ibu mana yang tidak sakit saat anak nya menjauhkan diri dari ibunya " lanjut Emely
" bukan Alzyas yang menjauh, tapi kalian lah yang menjauh dari nya " Emely terdiam mendengar menuturan mertua nya.
" sudah lama mama ingin membicarakan ini pada kamu dan Raka " lanjut Larasati " atas demi nama cinta, kalian sudah mengorbankan Alzyas yang tak berdosa... semuanya sudah kalian awali dari kebohongan, dan apa kalian akan terus-menerus membiarkan Alzyas hidup dalam kebohongan yang kalian ciptakan? " setetes air mata menetes di wajah keriput Larasati
" maafin aku ma, semua salah ku " Emely menangis dan bersimpuh di pangkuan Larasati
" andai aku tidak membohongi keluarga Kirana yang sudah sangat baik padaku, andai aku tidak menyetujui permintaan Kirana, andai aku tidak membiarkan mas Raka membawa Alzyas, dan andai aku tidak mengikuti kebohongan mas Raka semua nya tidak akan menjadi seperti ini " Emely menumpahkan semua rasa bersalahnya di pangkuan Larasati dan membuat wanita tua itu menahan isak tangisnya.
" Bang Azka benar bahwa kami adalah orang tua yang sangat egois, mama juga benar atas nama cinta kami sudah mengorbankan Alzyas, dan papa juga benar bahwa kami tidak memiliki keberanian untuk mengatakan semua kebenaran nya pada Alzyas " Emely sudah terisak.
" sebentar lagi Alzyas berumur 17 tahun, sudah saatnya dia mengetahui yang sebenarnya " ujar Larasati
" aku takut jika Alzyas semakin membenci kami ma.... aku takut Alzyas akan meninggalkan kami setelah dia mengetahui semuanya, aku takut "
" apakah untuk menghilangkan rasa takut itu kamu akan terus diam Emely? apakah untuk melindungi rasa takut kamu akan terus membiarkan Alzyas hidup dalam kebohongan? mama rasa itu sungguh tidak adil untuk Alzyas... Kamu dan Raka mampu memberikan kasih sayang penuh untuk Milly anak angkat kalian, tapi kalian tidak mampu memberikan itu pada anak kandung kalian sendiri... coba kamu pikirkan perasaan Alzyas setiap dia melihat kamu memberikan kasih sayang itu pada Milly, apa kamu pikir dia tidak merasa sedih? apa kamu pikir dia tidak merasa hancur? " Emely terdiam, belum sempat menjawab terdengar suara deru mobil yang berhenti di depan dan dapat dipastikan itu adalah Alzyas dan Emely.
" Mommy.... Milly pulang... " lengkingan suara Milly begitu bergema di setiap sudut.
" kamu dengar itu " Larasati beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan Emely.
" Welcome honey " Emely bergegas menghampiri Milly, Alzyas langsung berlalu melewati Emely dan Milly yang sedang berpelukan tanpa menoleh, Alzyas menaiki tangga menuju kamar nya di lantai dua, dan dari balik dinding ruang tengah Larasati memandang ibah Alzyas.
Alzyas merebahkan tubuhnya di atas sofa santai yang terletak disudut kamarnya, merenggangkan otot-otot sebelum beranjak ke walk in closet untuk mengganti seragamnya dengan pakaian santai.
Beberapa saat kemudian Raka, Herman dan juga Azka pun tiba, setelah membersihkan diri mereka langsung menuju keruang makan disana sudah ada Emely, Larasati dan juga Milly, namun belum nampak kehadiran Alzyas disana.
" mana Alzyas? " Azka lebih dulu menanyakan keberadaan keponakan nya setelah duduk di kursinya.
" tadi kak Zyas masih di kamar nya Uncle " jawab Milly
" biar aku liat Alzyas dulu " baru saja Emely hendak beranjak dari kursinya, tiba-tiba Raka menahannya
" biar aku saja " Raka lebih dulu pergi menaiki tangga menuju kamar Alzyas.
Gadis itu duduk termenung menatap langit dari balik jendela kamarnya, entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu saat ini.
TOK TOK TOK
Alzyas tersadar dari lamunannya saat mendengar ketukan pintu dari luar, dengan malas Alzyas membuka pintu dan nampak Raka sudah berdiri disana.
" kita makan siang yuk, semuanya sudah menunggu " ajak Raka tanpa basa-basi, dan tanpa menjawab pula Alzyas berlalu mendahului Raka menuju ruang makan. Sekali lagi, Raka mendapatkan perlakuan dingin dari Alzyas.