Raka dan Emely sudah lebih dulu tiba di apartemen Azka, dan ternyata Alzyas tidak ada di sana. Larasati dan Herman pun terkejut atas kedatangan anak dan menantu itu.
" kami bertemu di mall, tapi begitu Alzyas melihat kami di langsung lari pa " Raka tertunduk lemah di hadapan kedua orang tuanya
" mama sudah bilang sama kamu, untuk saat ini jangan temui Alzyas dulu, tapi kamu masih saja membangkang "
" aku merindukan nya ma, aku merindukan putriku dan aku ingin membawanya kembali "
" jangan gila kamu Raka!!!!! apa kamu ingin membuat Azka semakin murka setelah apa yang kamu lakukan pada Alzyas " dengan wajah penuh amarah Herman menentang keinginan putranya
" Alzyas anakku pa, bukan anak bang Azka... dan bang Azka nggak berhak memisahkan kami "
" bukan Azka yang memisahkan kalian, tapi kalian sendiri yang memisahkan Alzyas, bahkan kamu sendiri sudah mengangkat tangan memukul Alzyas dan itu membuat luka tersendiri didalam hati Alzyas, jangan lupa itu Raka " ujar Herman dengan dingin
" Azka hanya melindungi Alzyas agar anak malang itu tidak terus merasa kehilangan " sambung Larasati.
" jika kalian tidak ingin kehilangan Alzyas, maka katakanlah yang sebenarnya pada Alzyas " pinta Larasati seraya memohon.
Ditempat yang berbeda, sebuah taxi berhenti tepat di depan gerbang besar yang tertutup rapat, kemudian seorang gadis berlari dengan cepat untuk membuka gerbang itu saat melihat sahabatnya turun dari taxi.
" Alzyas "
Narina langsung memeluk Alzyas karena melihat keadaan Alzyas seperti orang linglung, dengan mata yang sedikit bengkak dan Narina yakin bahwa Alzyas habis menangis, Narina pun mendengar isak tangis Alzyas saat gadis itu berada di dalam pelukannya.
" nih, minum dulu "
Narina sudah mengajak Alzyas untuk masuk kedalam rumah, dan meminta Alzyas agar istirahat dikamar nya.
" maaf ya, gue udah ngerepotin Lo "
" Lo ngomong apaan sih, kayak sama orang lain aja, sekarang Lo cerita sama gue apa yang terjadi dan kenapa Lo kabur "
Alzyas menenggak habis air minum yang dibawakan oleh Narina, akhirnya Alzyas pun menceritakan semua masalah nya pada Narina tanpa terkecuali. Alzyas benar-benar butuh tempat untuk bercerita saat ini. Setelah menceritakan semuanya Alzyas pun kembali terisak, begitupun Narina yang juga ikut menitikkan air mata mendengar cerita dari sahabatnya itu.
Narina mengambil ponselnya di atas nakas yang sedari tadi berdering dan ternyata itu adalah Aditya yang sedari tadi menelfon nya.
" Aditya nelfon gue, dia pasti khawatir sama Lo... Lo nggak bilang kalo Lo di rumah gue? "
" nggak, dia nggak tau bahkan gue sengaja nggak angkat telfon dari dia "
Narina hanya menghela nafas lelah sebelum menjawab panggilan telepon itu.
" ya ada apa? "
" apa Alzyas ada di rumah Lo? " terdengar suara Aditya yang begitu sangat khawatir
" iya, tu anak ada di rumah gue dan keadaan nya lagi nggak baik-baik aja "
" gue kesana sekarang "
Setelah Aditya mengatakan itu, sambungan telpon itupun terputus.
" Aditya khawatir banget sama Lo, seharusnya Lo kasih tau tu cowok karena saat ini dia juga salah satu orang yang dekat sama Lo "
Alzyas hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Narina. Beberapa saat kemudian, bel pun berbunyi.
" gue yakin itu pasti Aditya " ujar Narina sembari beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar untuk membuka pintu utama.
Tanpa permisi lagi, Aditya langsung masuk kekamar Narina dan langsung memeluk Alzyas yang masih dalam keadaan terkejut atas kedatangan nya.
" please jangan buat aku khawatir lagi " bisik Aditya, Alzyas pun membalas pelukan itu tanpa menjawab
" kampret ya Lo berdua!!!!!!! wooyyyy di sini ada orang, main peluk-peluk aja, di kamar gue pula " gerutu Narina namun tak di hiraukan oleh Aditya.
Ditempat yang berbeda, Larasati dan Herman juga terlihat sangat khawatir karena saat ini, Alzyas belum juga pulang dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
" ya Allah, kenapa anak itu belum juga pulang " sejak tadi Larasati mondar-mandir di depan pintu lobi apartemen.
" dari tadi ponsel Alzyas sulit di hubungi " Herman juga tak kalah khawatir dari sang istri.
Tak berapa lama kemudian sebuah mobil sport berhenti tepat di parkiran gedung apartemen, nampak dua dua orang remaja turun dari mobil itu dan itu di saksikan oleh Larasati dan juga Herman.
" Alzyas.... "
Larasati langsung menghampiri saat mengetahui bahwa yang keluar dari mobil itu ada cucu nya yang sedari tadi dia tunggu.
" kamu dari mana saja..... jangan buat Oma sama Opa khawatir ya sayang " Herman membelai lembut wajah sendu Alzyas.
" maaf Opa " lirih Alzyas
" kamu siapa? " Herman kini beralih pada pemuda tampan di sebelah Alzyas
" aku Aditya Opa, temennya Alzyas " dengan sopan Aditya bersalaman pada Herman
" terimakasih sudah mengantarkan cucu Oma pulang yah nak Aditya " ujar Larasati
" sama-sama Oma " Aditya tersenyum pada wanita paruh baya itu
" Aditya, makasih ya kamu udah nganterin aku pulang " Aditya pun tersenyum manis pada Alzyas
" kalau gitu, aku pamit pulang dulu Oma - Opa "
" hati-hati yah nak Aditya, sekali lagi terimakasih " ucap Herman
" sama-sama Opa, permisi " setelah berpamitan, Aditya pun pergi
Setelah membersihkan diri, Alzyas memilih untuk langsung untuk merebahkan dirinya di atas ranjang hari yang ni sangat melelahkan baginya.
Larasati masuk kedalam kamar untuk melihat keadaan Alzyas, dan dia mendapati Alzyas yang sudah terlelap tidur.
" Oma minta maaf sayang, karena Oma juga ikut merahasiakan semua kebenaran tentang diri kamu.... Oma harap kamu tidak akan membenci Oma " batin Larasati.
Keesokan harinya, Alzyas sudah siap dengan seragam sekolah nya karena hari ini adalah hari pembagian hasil nilai semester dan pembagian raport sebelum libur sekolah.
Aditya sudah menunggu di parkiran apartemen untuk menjemput Alzyas.
" Oma Opa, Zyas berangkat ya "
" hati-hati yah sayang "
" bye Oma.... "
mobil yang di kendarai oleh Aditya pun melaju meninggalkan area gedung apartemen.
Sesampainya di sekolah, dua sejoli itu sudah di tunggu oleh teman-temannya yang lebih dulu sampai.
" gue kiraian Lo nggak bakal masuk " ujar Narina yang membuat Alzyas tersenyum kecut.
Saat mereka semua berjalan bersamaan menuju lapangan, Milly datang menghampiri Alzyas.
" guys, kalian duluan aja " pinta Alzyas pada teman-teman nya.
Milly mengajak Alzyas untuk bicara secara pribadi di taman sekolah.
" Lo mau ngomong apa? " Alzyas sungguh tak ingin berbasa-basi
" gue mau minta maaf kak " Milly tertunduk
" semua yang terjadi itu salah gue, karena gue yang udah cerita itu semua ke Farah tapi gue nggak tau kalo ternyata Farah bongkar itu semua ke Malika demi masuk ke tim cheerleader "
Alzyas menatap Milly dengan dingin, sejujurnya dia juga sudah tahu jika Milly yang menceritakan semuanya pada Farah, karena pada saat itu bukan hanya Aditya yang mendengar, melainkan juga dirinya, namun Alzyas sengaja menunggu Milly sendiri yang mengatakan itu pada dirinya.
" menyesal nggak akan ada gunanya, karena gelas yang udah pecah nggak akan bisa menyatu lagi " pandangan Alzyas lurus kedepan
" Lo tenang aja, gue nggak akan ngerebut kebahagiaan Lo sama mereka.... seperti apa yang udah dilakuin oleh nyokap gue " ujar Alzyas dengan bergetar
" enggak kak, itu nggak benar.... semuanya itu nggak benar, apa yang gue ceritain ke Farah itu nggak sepenuhnya benar " Milly menggeleng karena dirinya tidak ingin Alzyas merendahkan dirinya.
" enggak seharusnya nyokap gue ngelakuin itu semua ke nyokap Lo.... "
" please kak jangan ngomong kayak gitu " Milly berusaha keras agar air matanya tidak menetes
" jika boleh memilih, gue nggak akan pernah mau lahir ke dunia ini "
setelah mengatakan itu, Alzyas beranjak pergi dan tak menghiraukan Milly yang terus memanggil nya.