" aku seneng deh, akhirnya kamu bisa kayak dulu lagi, lebih lepas dan kayak nggak ada beban lagi " ucap Aditya.
Aditya dan Alzyas kini tengah berada di perpustakaan, tadi setelah makan bersama teman-temannya di kantin Aditya mengajak Alzyas untuk pergi ke perpustakaan mencari buku pelajaran yang mereka butuhkan. Salah satu hal yang disukai Alzyas dari Aditya adalah lelaki ini tidak terlalu menyukai game online seperti yang dilakukan oleh keempat teman-temannya. Saat disekolah dan jam istirahat Aditya lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, di ruang OSIS atau di lapangan basket.
" aku berusaha untuk berdamai dengan keadaan yang ada " Alzyas tersenyum begitu tulus.
" yah, karena membenci tidak akan menyelesaikan semuanya, dan lari bukan cara yang baik, kamu harus menghadapi apapun yang akan terjadi dimasa depan " balas Aditya, Alzyas mengangguk setuju
Pandangan Alzyas dan Aditya tertuju pada pintu yang baru saja terbuka, sosok Milly masuk dari balik pintu, mata mereka pun saling bertemu. Melihat adanya Alzyas dan Aditya disana Milly memutuskan untuk kembali keluar karena dia belum siap berhadapan lagi dengan mereka berdua namun tiba-tiba Alzyas mencegahnya agar tidak keluar, Milly sedikit terkejut karena Alzyas mencekal tangan nya saat hendak membuka pintu.
Milly tak memiliki keberanian menatap wajah Alzyas, dia hanya menundukkan pandangannya melihat pergelangan tangannya yang dipegang oleh Alzyas.
" aku tunggu kamu di kelas " setelah mengatakan itu Aditya beranjak dari duduknya, kemudian berlalu pergi meninggalkan Alzyas dan Milly di ruangan perpustakaan.
Beruntung saat ini hanya ada Alzyas, Milly dan penjaga perpustakaan yang berada disana. Alzyas mengajak Milly untuk duduk di paling ujung jarak nya sedikit jauh dari meja penjaga perpustakaan.
Belum ada yang memulai percakapan, Milly masih menunduk, dia benar-benar belum siap bertatapan mata dengan Alzyas.
Alzyas menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya secara teratur sebelum mengeluarkan pertanyaan nya.
" Daddy apa kabar? " Milly langsung mendongak menatap raut wajah Alzyas, tak ada tatapan kebencian, amarah, kecewa serta kesedihan dari wajah nya.
" Daddy apa kabar? " Alzyas mengulangi kembali pertanyaannya, namun Milly masih tetap diam dia masih fokus menatap wajah Alzyas.
" gue harap Daddy baik-baik aja " Alzyas menjawab sendiri pertanyaannya karena Milly masih tak kunjung menjawab, karena untuk pertama kalinya Milly tak melihat kebencian dari raut wajah Alzyas saat berhadapan dengan dirinya.
Tangan Milly tergerak, menggenggam jari-jemari Alzyas. Kedua bola matanya sudah bergelinang airmata, membuat Alzyas mengangkat satu alis matanya.
" please come back " Air mata Milly menetes tanpa permisi, membuat hati Alzyas ikut bergetar.
" Daddy sakit, Daddy sakit karena dia kangen sama kak Zyas " Suara Milly terdengar bergetar di telinga Alzyas.
" please sekali ini aja, kak Zyas pulang kerumah liat Daddy kak, karena cuma nama kak Zyas yang setiap hari di sebut oleh Daddy dan semoga setelah liat kedatangan kak Zyas bisa buat keadaan Daddy membaik " Milly benar-benar tulus mengatakan itu pada Alzyas, dan berharap Alzyas bisa bermurah hati karena Milly tahu di dalam hati kecil Alzyas masih ada rasa rindu kepada sang ayah.
Milly pernah melihat Alzyas duduk seorang diri di taman sekolah tatapan matanya lurus pada layar ponsel yang ada di tangan nya Milly tidak tahu apa yang dilihat oleh Alzyas di layar ponselnya, namun Milly bisa mendengar dengan jelas saat Alzyas mengatakan ' I MISS YOU DAD '
~~~~~~~~~
Milly melangkah kan kakinya masuk kedalam rumah besar nan megah, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ada. Biasanya terdengar suara gelak tawa keluarga nya di ruang keluarga namun kini suasana sangat hening, Milly beralih berjalan ke ruang makan meskipun dia dan Alzyas selalu bersih tegang setidaknya dia bisa merasakan kelengkapan dari keluarga nya namun sekarang suasana itu sudah menghilang sejak Alzyas memutuskan keluar dari rumah itu, Milly benar-benar menyesali semua perbuatannya.
Milly terduduk lemah di tangga, meratapi nasib keluarga nya, kasih sayang yang selama ini dia dapat seketika menghilang akibat ulahnya sendiri. Raka dan Emely yang dulu memberikan dia kasih sayang penuh kini seakan menjaga jarak padanya setelah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Beberapa hari lalu Farah datang kerumah Milly, untuk kembali meminta maaf pada Milly, bukannya bertemu dengan Milly, Farah justru bertemu Raka dan Emely karena saat itu Milly sedang pergi ke supermarket bersama art.
Farah menceritakan semuanya pada Emely dan Raka, dan seketika hal itu membuat Raka begitu marah. Lelaki itu langsung mengusir Farah dari kediaman nya dan bertepatan saat itu Milly datang.
Raka sangat murka pada Milly, dia sedikitpun tidak memberikan waktu untuk Milly menjelaskan apapun, begitupun Emely hatinya benar-benar terluka dia tidak menyangka bahwa kalimat jahat itu justru keluar dari mulut anak angkat yang selama ini sangat dia sayangi.
" ya Allah non Milly, kenapa duduk di tangga non " seorang wanita paruh baya yang bernama Bik Atun mendekati Milly yang menangis pilu di tangga, bik Atun salah satu art dirumah itu dia adalah istri dari pak Ujang sopir kepercayaan keluarga Raka.
" non kenapa? " Milly langsung memeluk Bik Atun menangis di dalam pelukannya, tubuh Milly terlihat bergetar karena menangis.
" Milly udah ngelakuin kesalahan besar Bik, Milly udah ngancurin kebahagiaan di rumah ini " ucap Milly di sela isak tangisnya.
Bik Atun mengusap lembut kepala Milly memberikan sedikit ketenangan untuk gadis itu, Bik Atun juga sudah tahu apa yang terjadi pada keluarga majikannya, dirinya juga sangat menyayangkan dengan apa yang sudah dilakukan nona mudanya.
" jadikan kesalahan ini sebagai pelajaran untuk mendewasakan diri ya non " ucap Bik Atun
" In syaa Allah semua akan baik-baik saja, asal non mau meminta maaf dan berubah, Bik Atun yakin orang tua Non pasti memaafkan terlebih lagi non Alzyas, Bik Atun sangat yakin sekali non Alzyas juga pasti akan memaafkan non Milly " bujuk Bik Atun dengan bijaksana, Milly melepaskan pelukannya dari Bik Atun lalu memandang wajah yang sudah terlihat keriput itu.
" apa Bik Atun yakin kalo Daddy, Mommy dan kak Zyas mau maafin Milly? " Milly mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri
" Bik Atun sangat yakin, karena tidak ada orang tua yang tidak mau memaafkan kesalahan anaknya, asal non benar-benar tulus untuk meminta maaf dan mau berubah " Bik Atun tersenyum sembari membelai wajah mulus Milly.
~~~~~~~~~
" kamu mau kemana Zyas? " Larasati melihat Alzyas dari balik pintu kamar, gadis itu sedang membereskan semua barang-barang nya dan memasukan kedalam koper
" pulang Oma " jawabnya singkat, Larasati langsung mendekati cucunya lalu duduk di pinggir ranjang
" Pulang? " Larasati terkejut mendengar kalimat PULANG yang di ucapkan oleh cucunya
Alzyas mengentikan gerak nya lalu menatap Larasati yang duduk disampingnya, kemudian Alzyas pun juga ikut duduk di pinggir ranjang seperti Larasati.
" iya Oma, Zyas mau pulang " Alzyas mengulangi kalimat nya " Zyas mau pulang kerumah Daddy, karena walau bagaimanapun Daddy adalah orang tua Zyas satu-satunya " lanjut Alzyas
Larasati yang mendengar itu langsung memeluk cucunya, dengan airmata yang sudah bergenang di pelupuk matanya " apa Oma nggak salah dengar nak? "
" enggak Oma, Zyas mau pulang kerumah Daddy dan mencoba memperbaiki semuanya " Alzyas sudah mantap dengan keputusan nya, dia akan mencoba berdamai dengan semua keadaan walaupun itu tidak mudah.
Larasati melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah Alzyas dengan kedua tangannya " Oma sangat bahagia mendengarnya sayang, sangat bahagia "
" Ada apa ini? " Larasati dan Alzyas serentak menoleh ke arah sumber suara, sosok tubuh Azka yang tinggi dan juga Herman sang kakek sudah berdiri di depan pintu.
" Uncle!!!!!! " Alzyas langsung menghambur kedalam pelukan pamannya
" kapan Uncle pulang? kenapa Uncle hobi banget pergi nggak bilang-bilang terus pulang nya juga nggak bilang-bilang " Alzyas melepaskan pelukannya lalu menatap Azka dengan sinis sembari berpangku tangan, lelaki itu hanya terkekeh kemudian mengacak-acak rambut keponakannya.
Saat ini Azka, Alzyas, Larasati dan Herman sudah berada di ruang tv. Alzyas sudah menceritakan semua keinginan nya untuk pulang kerumah orang tuanya, Alzyas juga sudah menceritakan kejadian sebenarnya pada ketiga orang dewasa yang duduk di hadapannya.
" Apa Zyas yakin? " sejujurnya Azka sedikit keberatan dengan keputusan Alzyas, karena dia takut jika Alzyas harus kembali mengalami rasa kecewa, namun dia tidak memiliki hak untuk menahan keponakan nya dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Alzyas.
Alzyas mengangguk dengan mantap, tidak ada sama sekali rasa ragu di raut wajahnya " Zyas akan coba untuk berdamai dengan keadaan yang ada karena ada yang bilang sama Zyas, kalau membenci tidak akan menyelesaikan semuanya, dan lari bukan lah juga cara yang baik, Zyas harus menghadapi apapun yang akan terjadi dimasa depan " ucap Alzyas dengan senyum penuh keyakinan
Azka menatap kearah Larasati dan Herman secara bergantian, lalu kembali menatap wajah keponakan nya " baiklah jika itu sudah menjadi keputusan Zyas, Uncle akan dukung apapun itu kalau itu demi kebaikan Zyas "
" Thank you Uncle " Alzyas kembali menghambur kedalam pelukan pamannya, dia memeluk Azka dengan sangat erat.
" jika suatu hari Zyas mengetahui semua kebenaran yang kembali menghancurkan hati dan ingin pergi dari mereka yang menyakiti, pintu rumah Uncle terbuka lebar untuk Zyas " gumam Azka, dan masih dapat di dengar oleh Alzyas, namun Alzyas tidak terlalu diperhatikan kalimat itu, padangan Azka juga tertuju pada Herman dan Larasati.