" Mom "
Milly menghampiri Emely yang sedang duduk termenung di balkon kamarnya sedangkan Raka, sudah dapat dipastikan lelaki itu saat ini pasti berada dikamar Alzyas. Raka lebih sering menghabiskan waktunya di kamar putrinya, Raka benar-benar sangat merindukan Alzyas.
Emely sama sekali tidak memperdulikan kehadiran Milly, namun itu tidak membuat Milly menyerah, dia justru ikut duduk di sofa tepat di samping Emely.
" Mom, Milly minta maaf.... " suara Milly sudah terdengar bergetar " tolong maafin Milly " setetes air mata sudah menetes di pipi mulus nya
Emely yang hendak beranjak dari duduknya tangan nya langsung di cekal oleh Milly, wanita itu hanya diam tanpa memandang ke arah Milly.
" Milly mohon tolong maafin Milly Mom, semua nya memang salah Milly, karena gara-gara Milly kak Zyas keluar dari rumah ini... Mommy boleh marah, hina, bahkan pukul Milly, tapi Milly mohon jangan diam seperti ini " Milly sudah tidak tahan untuk tidak terisak, tanpa ragu-ragu Milly langsung bersujud di bawah kaki sang ibu dan itu membuat Emely benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Milly.
" Milly apa yang kamu lakukan, bangun " pinta Emely, dari hati kecilnya sebenarnya dia sudah memaafkan Milly, hanya saja Emely masih merasa sangat kecewa padanya, namun Emely tidak tahan melihat Milly yang meminta maaf pada dirinya sampai bersimpuh di bawah kaki nya
" sebelum Mommy maafin Milly, Milly nggak akan bangun " jawab Milly di sela-sela isak tangisnya
" bangun nak.... Mommy sudah memaafkan kamu " Emely langsung berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Milly.
Milly memandang kedua bola mata sang ibu mencari kesungguhan yang ibunya ucapkan, tanpa permisi lagi Milly langsung memeluk Emely dengan erat lalu menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya, Milly sangat merindukan pelukan hangat dari ibunya walaupun Emely bukanlah ibu kandungnya.
Emely mengusap bahu Milly yang bergetar karena menangis, Milly benar-benar menyesali perbuatannya, apa lagi setelah tahu bahwa Alzyas adalah putri kandung Emely dan juga Raka.
" Nyonya!!!!!!!!!! " dengan nafas tersengal-sengal Bik Atun menghampiri Emely di kamarnya
" ada apa Bik? " Emely langsung melepaskan pelukannya dari Milly lalu beranjak berdiri diikuti oleh Milly yang mengusap sisa airmata nya saat Bik Atun yang tiba-tiba datang dengan raut wajah seperti dikejar oleh penjahat
" Bik Atun tarik nafas dulu, terus hembuskan " Bik Atun pun melakukan apa yang perintah kan oleh Emely, setelah nafasnya kembali teratur senyum bahagia tercetak jelas dari wajah wanita paruh baya itu.
" sekarang katakan ada apa? " tanya Emely setelah melihat nafas Bik Atun yang kembali normal
" Non Alzyas pulang nyonya " ujar Bik Atun dengan senang
" benar kah? "
" iya nyonya, sekarang non Alzyas ada di bawah bersama Tuan dan Nyonya besar beserta Tuan Muda Azka "
Emely dan Milly saling pandang, lalu tanpa berkata apa-apa mereka berdua dengan cepat keluar dari kamar dan langsung menuju Alzyas.
Emely dengan cepat menuruni tangga diiringi oleh Milly di belakangnya, begitu melihat Alzyas yang berdiri di ruang tamu, Emely berlari cepat dan langsung memeluk Alzyas dengan erat hingga mengikis semua jarak di antara mereka, sedang kan Alzyas yang mendapat kan serangan mendadak itu hanya bisa terdiam.
Emely menangkup wajah Alzyas dengan kedua tangannya, Alzyas bisa melihat kedua bola mata Emely yang sudah berkaca-kaca, tanpa meminta izin lagi Emely langsung menghujani Alzyas dengan kecupan diwajahnya dirinya benar-benar tidak tahan lagi untuk tidak menumpahkan semua kerinduannya, dan lagi-lagi Alzyas hanya bisa diam terpaku.
Larasati, Herman, Azka, dan Milly yang melihat kejadian itu juga ikut terharu, ini pertama kali nya mereka melihat Emely memeluk dan mengecup Alzyas dengan penuh kerinduan, diam-diam Azka menyeka air matanya yang hampir menetes.
Setelah sadar dengan apa yang telah dia lakukan, Emely langsung melepaskan rengkuhan nya dari Alzyas, kemudian menatap gadis itu dengan dalam. Ekspresi Alzyas tetap sama yaitu datar dan masih sulit untuk diartikan, hanya dua kalimat yang keluar dari mulut gadis itu
" Dimana Daddy? "
Setelah mendapatkan jawabannya, Alzyas langsung naik kelantai dua menuju kamarnya. Dengan hati yang bergetar Alzyas menguatkan dirinya, sedikit ragu-ragu Alzyas membuka pintu kamarnya yang tertutup rapat, perlahan tapi pasti pintu itupun terbuka.
Alzyas melihat sosok lelaki bertubuh besar sedang meringkuk di atas ranjang nya, terlihat tubuh lelaki itu pun bergetar seperti orang yang sedang menangis dengan langkah perlahan Alzyas menghampiri nya kemudian duduk dipinggir ranjang, karena kesedihannya yang begitu mendalam lelaki itu sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menghampiri nya bahkan sudah duduk di balik punggung nya.
" Dad, I'm home " suara itu terdengar pelan, bahkan sangat pelan.
Mendengar suara lembut itu, Raka yang sedari tadi memejamkan matanya tiba-tiba langsung membuka matanya lalu membalikkan tubuhnya, betapa terkejutnya dia saat melihat anak yang sangat dia rindukan kini ada di hadapannya. Alzyas melihat begitu banyak perubahan dari wajah sang ayah dari mata yang mulai berkantung seperti mata panda, kemudian tumbuh bulu-bulu halus di sekitar bagian pipi hingga dagu sang ayah.
" Alzyas, ini bukan mimpi kan " kicau Raka yang seperti orang mabuk, Alzyas menggeleng kan kepalanya, tanpa ragu-ragu Alzyas menyentuh wajah sang ayah kemudian menyeka air mata Raka yang sedari tadi sudah membasahi wajahnya.
Merasakan sentuhan hangat dari tangan putrinya Raka langsung memeluk Alzyas dengan erat, berkali-kali lelaki itu mencium puncak kepalannya dan mengucapkan kata ' MAAF '
Alzyas hanya mengangguk pertanda bahwa dia sudah memaafkan sang ayah.
" I Miss you Dad " gumam Alzyas dalam pelukan sang ayah, mereka yang berdiri di depan pintu juga ikut merasakan haru.
~~~~~~
" Good Morning Everyone " Raka yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menuju ruang makan dan duduk di kursi nya disana sudah ada istri, kedua orangtuanya dan juga Milly yang sudah lebih dulu menikmati sarapan pagi mereka sedang kan Azka, dirinya sudah kembali ke apartemen nya semalam setelah menyaksikan perdamaian antara ayah dan anak itu. Raka sangat bahagia karena merasa keluarga nya sudah kembali utuh, lelaki itupun sudah memaafkan Milly walaupun dia masih menjaga jarak padanya.
" dimana Alzyas? " tanya Raka sambil mengolesi roti dengan selai kacang kesukaannya
" kak Zyas masih di kamar Dad, tadi Milly udah panggil " jawab Milly dan hanya di angguki oleh Raka tanpa menoleh ke arahnya.
Emely yang masih merasakan perbedaan suaminya hanya bisa mengelus lengan Milly dengan lembut lalu tersenyum padanya, Milly pun tak mempermasalahkan sikap Daddy nya yang masih sedikit dingin padanya, gadis itupun kembali menikmati sarapannya.
Setelah malam itu keluarga Raka berdamai dan kembali berkumpul bersama di rumah megah milik Raka, walaupun rasa takut masih memenuhi ruang pikiran keempat orang dewasa itu namun mereka tetap berusaha menutupi semuanya dari Alzyas.
Alzyas sudah rapih dengan seragam sekolah yang dia kenakan, rambut panjang nya dia biarkan tergerai hanya pita kecil yang menghiasinya, Alzyas melihat pantulan dirinya di cermin lalu tersenyum, gadis itu berharap hari-harinya akan jauh lebih baik lagi, mata Alzyas kini tertuju pada kalender yang tergantung di dinding kamarnya.
Senyum Alzyas semakin merekah karena dua minggu lagi dirinya akan menginjak umur 17 tahun, Alzyas benar-benar tidak sabar menunggu hari itu namun seketika senyum Alzyas memudar karena kembali teringat dengan mendiang Kirana.
" udah lama gue nggak dateng ke makam Mommy, mungkin pas ulang tahun gue aja kali ya sekalian main ke Bandung, kangen juga sama suasana Bandung " ucap Alzyas pada dirinya sendiri.
Alzyas kembali merapikan seragam sekolah nya, lalu menyandang tas nya sembari keluar dari kamarnya untuk ikut bergabung sarapan bersama keluarganya.