Chereads / ALZYAS / Chapter 9 - Dihukum

Chapter 9 - Dihukum

Raka membuka pintu kamar Alzyas secara perlahan agar sang pemilik kamar tidak terbangun dari tidurnya. Alzyas meringkuk di atas kasur berukuran king size memeluk kedua kakinya.

Dengan sangat hati-hati Raka mendekati putri kesayangannya itu, Raka sudah duduk tepat di sebelah Alzyas, Raka melihat air mata Alzyas yang masih mengalir dari sudut matanya.

" Maafkan Daddy sudah berkata kasar nak " gumam Raka " Daddy sudah terbawa emosi, kamu pasti sangat terluka karena ucapan Daddy.... tapi kamu harus tahu, bahwa Daddy sangat menyayangi kamu melebihi dari apapun " Raka menarik selimut untuk menutupi tubuh Alzyas.

" andai waktu bisa di ulang, Daddy tidak akan pernah membiarkan kamu terpisah dari Mommy kandung kamu nak.... dan jika suatu saat kamu mengetahui yang sebenarnya, Daddy mohon jangan benci Daddy lebih dalam lagi nak " Raka mengusap wajah Alzyas dengan lembut.

Keesokan harinya Raka, Emely, dan Milly sudah duduk di meja makan mereka, masih menunggu Alzyas yang belum keluar dari kamarnya.

" kok kak Zyas belum juga turun ya Mom? "

" Mommy liat dulu ya kekamar nya, Daddy sama Milly sarapan aja duluan " ucap Emely

Emely menaiki tangga untuk menuju kamar Alzyas di lantai dua, belum sempat mengetuk pintu, tiba-tiba art yang bernama Sumi keluar dari kamar Alzyas.

" Zyas nya lagi apa bik? "

" Loh, kan Non Zyas nya sudah pergi nyonya, dari jam 6 tadi " jawab Bik Sumi

" apa? " Emely sedikit terkejut

" iya nyonya, non Zyas sudah pergi pagi-pagi sekali katanya ada piket kelas, dan waktu saya minta pak Ujang untuk mengantarkan, non Alzyas tidak mau jadi, non Alzyas pergi sendiri naik taksi " tutur bik Sumi

Emely kembali menghampiri Raka dan Milly di meja makan

" bagaimana? " tanya Raka

" tadi bik Sumi baru aja selesai beres-beres kamar Alzyas, dan katanya Alzyas sudah berangkat jam enam pagi karena ada piket kelas mas " jawab Emely

" Milly, kamu cepat habiskan sarapan nya ya, nanti mang Ujang yang nganter kamu " pinta Raka kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Alzyas namun ternyata ponsel Alzyas tidak aktif.

Di kantin sekolah, Alzyas duduk seorang diri di atas meja sudah ada makanan dan minuman yang belum juga dia sentuh. Ucapan Raka masih terngiang-ngiang di telinga nya, sesekali Alzyas menyeka airmatanya yang akan menetes.

" pagi-pagi makan bakso dengan tingkat kepedasan melampaui batas nggak baik untuk kesehatan, sakit perut, terus mencret-mencret baru tau rasa Lo " ejek Aditya yang tiba-tiba datang dan duduk di hadapan Alzyas.

" apaan sih Lo, sok tau!!! "

" yeeeee di bilangin nggak percaya, coba aja " tantang Aditya.

Alzyas melirik ke mangkuk bakso yang sudah di penuhi dengan cabai, Alzyas bergedik, dia sendiri tidak sadar sudah memasukkan begitu banyak sambal kedalam mangkuk baksonya, dan itu tak luput dari pandangan Aditya.

" ayo makan " tantang Aditya lagi, Alzyas masih tak bergeming.

Aditya tersenyum kecil, lalu menggeser mangkuk itu dari hadapan Alzyas, kemudian memberikan Alzyas sebungkus roti yang di beli nya tadi di kantin luar sekolah.

" nih makan, jangan biarin perut Lo kosong, karena mengahadapi kenyataan itu butuh kekuatan " ujar Aditya membuat Alzyas sedikit membentuk senyum di bibirnya.

" Thanks " ucap Alzyas dengan tulus

" sama-sama " balas Aditya

" ciyeeeeeeeee pagi-pagi udah berduaan aja ni " goda Shasa dan Narina yang baru saja tiba menghampiri mereka.

Aditya beranjak dari duduknya, kemudian meninggalkan Alzyas dan kedua temannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

" Lo sama Aditya ngomongin apaan? "

" Lo kepo banget sih Nar "

" kalo nggak kepo, bukan Narina namanya " Alzyas dan Shasa tertawa

" nggak ngomongin apa-apa kok, Aditya cuma ngasih gue roti nih " Alzyas menunjukkan roti yang hanya tinggal setengah

" Dari pada mubazir bakso Lo, gue yang makan ya "

" jangannnnnnnn "

Belum sempat Alzyas menghalau agar Narina tidak memakan bakso beracun itu, namun gadis itu sudah melahap nya lebih dulu

" Huwwwwaaaaaaaaaaaaaa " Narina langsung kalang kabut setelah menghirup kuah bakso yang pedas nya hampir 180 derajat.

" Astaga ini bakso atau adonan cabe setan sih " gerutu Narina, wajah nya bahkan sudah memerah dan matanya berkaca-kaca karena rasa pedas yang membakar lidah nya

" lagian Lo asal serobot aja, kagak liat-liat dulu tu makanan, layak dimakan atau nggak!!! " ucap Shasa sambil tertawa

" Astaga pedes banget!!!! " Narina kembali menyerobot minuman milik Alzyas.

Tak lama kemudian muncul Sammy, Joko, Denny, dan Arga menghampiri mereka

" hai ladies... " Joko menepuk pundak Narina dengan kencang, tiba-tiba!!!

Byurrrrrrrttttttttt

" setannnnnnnnnn " geram Joko, sambil mengusap wajah nya yang tersembur air oleh Narina

HAHAHAHAHAHAHAHAHAH!!!!!!!

Alzyas dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak

" Lo sih ngagetin gue "

" tapi nggak gini juga nyet!!!!!!!!! muka gue kena semburan larva Lo ni "

" ya salah Lo, udah tau gue lagi minum karena kepedesan!!!! Lo malah mukul pundak gue kayak mukul karung beras "

" mana gue tau kalo Lo kepedesan Maimunah!!!!! lagian pagi-pagi udah makan yang beginian, pantes aja badan Lo kerdil makan Lo nggak bergizi sih " geram Joko

" anjirrrrr Lo ya, ngatain gue Kerdil!!!!!! "

" udah-udah kok pada nyolot sih " lerai Sammy di sisa-sisa tawanya

" temen Lo ni, yang mukanya kayak kecebong got seenaknya ngatain gue Kerdil " tunjuk Narina

" lama-lama kalian bakalan jadi jodoh deh " celetuk Arga

" idih, amit-amit sama ni dodol Garut!!!! "

" eh, dodol Garut enak tau " ujar Shasa dengan tampang cengok nya

" kok gue tiba-tiba pengen banting orang yah " sahut Narina yang sudah berkecak pinggang

" gue salah ngomong ya? " tanya Shasa dengan bingung

" enggak kok Shasa, Lo nggak salah ngomong, yang salah itu kenapa Alzyas ngasih gue bakso yang beracun "

" lah, kok gue.... Lo nya aja yang kalap " balas Alzyas dengan tertawa

" udah ayo Sam, kita masuk kelas... lama-lama gue bisa darah tinggi disini " ajak Joko

" tanpa disini pun Lo emang udah ada riwayat darah tinggi, dan gue yakin nggak lama lagi Lo bakalan terserang diabetes " celetuk Narina

" idih, mulut Lo ya Nar, bener-bener nggak di sekolahin " tunjuk Joko

" bodo amat!!!!!!! " Narina berjalan mendahului Joko, di iringi oleh Alzyas dan Shasa dari belakang

" woooooooo dasar Nenek lampir!!!! " ucap Joko dengan suara yang sedikit meninggi agar dapat di dengar oleh Narina.

" apes banget sih gue pagi ini, udah motor gue mogok, Mak gue ngurangin uang jajan, lah sih Narina malah nyembur muka gue... hadeh berkurang deh kadar ketampanan wajah gue!!! " gerutu Joko, membuat Sammy, Arga dan Denny kembali tertawa

" nasib emang nggak selalu berpihak sama Lo Bro " ucap Denny menahan tawanya

" sahabat susah, ketawa Lo ya!!!! " Joko berjalan meninggalkan Sammy, Denny dan Arga yang masih tertawa.

Alzyas dan teman-teman satu kelas nya sudah berada di lapangan, karena jam pelajaran pertama kelas mereka adalah olahraga. Alzyas dan teman satu kelasnya berlari mengelilingi lapangan untuk pemanasan.

Dari dalam Kelas, Aditya memperhatikan Alzyas dari jendela. Aditya merasa ada magnet yang sangat kuat di dalam diri Alzyas karena selalu berhasil membuat Aditya tertarik untuk mendekati gadis itu.

" cantik "

Satu kata itu keluar dengan mulus dari mulut Aditya tanpa sadar.

" hayoo Lo, ngeliatin siapa!!!!!!!! " tiba-tiba Joko sudah duduk samping Aditya

" jangan bilang kalo Lo, lagi merhatiin Alzyas " celetuk Joko sambil tertawa, membuat Aditya salah tingkah

" siapa juga yang merhatiin tu anak baru yang jutek nya kebangetan!!!! "

" Awas hati-hati, jangan sampe Lo kepincut sama pesona nya Alzyas!!! noh kayak sahabat kita satu itu " tunjuk Joko pada Sammy yang terang-terangan memperhatikan Alzyas.

" apaan sih Lo, kadal burik sotoy banget!!!! " elak Aditya

" idih, di bilangin nggak percaya "

" udah balik ke kursi Lo sana " pinta Aditya dengan kesal

" gue ingetin sekali lagi, jangan sampe Lo kepincut sama pesona nya Alzyas yang Lo bilang cewek jutek tadi " bisik Joko sembari menggoda Aditya.

Entah mengapa, apa yang dikatakan Joko ada benar nya, bahkan Sammy dengan terang-terangan menunjukkan perhatian nya pada Alzyas.

Setelah berlari keliling lapangan sekitar tiga putaran Alzyas, Narina, dan Shasa terduduk lemas di pinggir lapangan.

" aduh, kaki gue rasa mau copot " ujar Shasa

" bener banget, tolong pijitin kaki gue dong " pinta Narina pada Shasa

" enak aja Lo ipehhhhh, kaki gue pegel aja, gue pijit sendiri " tolak Shasa

" dikit doang Shasa "

" aaaahhhh nggak mau, apaan!!!!! pijit sendiri!!!! "

Alzyas hanya diam, dirinya justru merasa kepalanya pusing, perdebatan antara Shasa dan Narina saja tak dia hiraukan, malah suara dua gadis itu semakin membuat kepala nya terasa pusing.

" Alzyas, Lo nggak apa-apa? " tanya Narina yang melihat Alzyas sejak tadi memegang kepalanya

" nggak kok " jawabnya

" kepala Alzyas pasti pusing tuh, dari tadi dengerin ocehan Lo mulu yang nggak ada habisnya " ujar Shasa

" diem Lo markonah " sahut Narina,

Alzyas hanya menghela nafas lelah mendengar perdebatan kedua temannya yang tak ada habisnya, akan ada saja hal membuat mereka saling melempar ejekan.

" gue ke kantin dulu, beli meneral " Alzyas beranjak dari duduknya

" mau di temenin nggak? " tawar Shasa

" nggak usah, gue sendiri aja cuma beli meneral doang kok " tolak Alzyas sembari meninggalkan dua gadis berisik itu.