Chereads / ALZYAS / Chapter 13 - Tangis Alzyas

Chapter 13 - Tangis Alzyas

Alzyas hanya diam, matanya sudah berkaca-kaca bukan karena perkataan kasar yang di lontarkan oleh Aditya, namun karena kebencian yang terus menggerogoti hatinya. Tanpa sadar Alzyas memeluk Aditya, menumpahkan tangisnya pada dada bidang laki-laki itu.

Mendapatkan serangan mendadak dari Alzyas, Aditya hanya diam terpaku, terlebih lagi saat mendengar Isak tangis gadis ini, tangan Aditya tergerak untuk membalas pelukan Alzyas, entah mengapa hatinya juga ikut terenyuh saat melihat Alzyas seperti ini.

Aditya tak menyangka, gadis yang di kenalnya dingin, angkuh, dan tidak perduli pada siapapun ternyata memiliki sisi hati yang begitu lemah dan rapuh. Aditya semakin ingin masuk kedalam kisah gadis ini, mengetahui semua tentang dirinya, Aditya selalu ingin berada didekatnya, dia tidak ingin melepaskan gadis ini dan mengatakan " JANGAN MENANGIS ADA AKU DISINI, SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA " namun lidahnya terasa keluh untuk mengucapkan itu.

" gue benci mereka.... gue benci mereka semua " ujar Alzyas di sela isak tangisnya.

" Lo tenang yah " Aditya mengusap rambut panjang Alzyas dengan lembut.

Aditya mengurai pelukannya, kemudian melepaskan jaketnya dan memasang kan jaket itu pada Alzyas. Wajah putih Alzyas sudah terlihat pucat karena kedinginan.

" gue anter Lo pulang yah " bujuk Aditya, sedangkan Alzyas tak bergeming

" muka Lo udah pucet banget, gue takut Lo sakit " Aditya masih berusaha untuk membujuknya " gue nggak tau sebenarnya masalah apa yang sedang Lo hadapin sekarang, tapi yang jelas, seburuk apapun itu jangan sampe Lo nyakitin diri sendiri, karena itu nggak akan menyelesaikan masalah " Alzyas hanya menunduk mendengar kan nasehat Aditya

" di luaran sana, masih banyak orang yang sayang dan perduli sama Lo... jangan pernah merasa kalo Lo itu sendirian. kalo Lo punya masalah hadapin, jangan lari, karena masalah nggak akan pernah selesai kalo Lo terus lari dan mengikuti ego Lo untuk membenci " jelas Aditya lagi " gue yakin kalo Lo bukan orang yang pembenci, dan gue juga yakin Lo pasti bisa lewatin itu semua "

Alzyas menatap Aditya dengan dalam, ada rasa kenyamanan tersendiri mendengar nasihat yang di berikan oleh laki-laki tampan itu.

" gue nggak nyangka ternyata, Aditya yang di kenal tampan, cool, pendiam, dan nggak banyak omong di sekolah ternyata bisa se cerewet ini "

ujar Alzyas.

" eh, gue banyak omong dan cerewet cuma sama Lo!!! "

" kenapa cuma sama gue, kenapa sama yang lain nggak? "

" ya, karena gue perduli sama Lo "

" kenapa Lo perduli sama gue? "

Telak!!! Aditya terdiam, dia tak dapat menjawab pertanyaan terakhir Alzyas, dirinya dibuat mati kutu oleh ucapannya sendiri. Alzyas masih menatap Aditya dan menunggu jawaban apa yang akan dikatakan olehnya.

TIIIIIIINNNNNNNNNNNN

Suara klakson mobil, mengalihkan pandangan kedua insan itu, kaca mobil terbuka nampak Arga ada di dalam sana duduk di kursi pengemudi.

" Woy, ayok balik!!!!!! hujan nggak bakalan berhenti, kalian berdua nggak usah sok-sokan romantis ala-ala Drakor deh!!!! " pekik Arga dari dalam mobil.

" ayok, gue anter Lo pulang "

" gue bisa pulang sendiri "

" Alzyas..... " tegur Aditya dengan lembut

" ok ok ok, gue tau Lo mau ngomong apa " balas Alzyas dengan kesal.

Aditya tersenyum, dia lebih senang membuat Alzyas kesal, dan gadis itu akan membalas ucapan nya dengan tak kalah ketus seperti saat ini dari pada harus mendengar dan melihat Alzyas menangis. Mereka berdua pun langsung masuk kedalam mobil, Alzyas duduk di kursi penumpang bagian belakang, sedang kan Aditya duduk di sebelah kursi pengemudi.

" thanks bro, you saved me " batin Aditya sedikit melirik kearah Arga

" rumah Lo dimana? " tanya Aditya

" Komplek Merpati " jawab Alzyas dengan sedikit ragu, kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela melihat hujan yang masih turun dengan lebat membasahi kota Jakarta.

Aditya dan Arga saling melirik, mereka seakan bicara melalui tatapan mata.

" berarti rumah Lo deket sama rumahnya Milly anak kelas X dong? " tanya Arga sedikit ragu.

Aditya dan Arga memang sudah mendengar gosip yang beredar di sekolah kalau Alzyas dan Milly adalah saudara, dan mereka juga tahu siapa orang tuanya, namun setahu mereka Milly adalah putri tunggal dan tidak memiliki saudara, karena tak ingin salah bicara dan menyinggung perasaan Alzyas, Arga hanya pura-pura bertanya agar dapat mendengar langsung jawaban dari Alzyas.

Alzyas lebih memilih untuk diam, dia tak ingin menjawab pertanyaan dari Arga. Seakan mengerti arti diam nya Alzyas, Aditya memberikan isyarat pada Arga melalui kedipan matanya, agar Arga tidak kembali bertanya.

Mobil sport milik Aditya berhenti di depan gerbang berwarna abu-abu yang menjulang tinggi, hujan pun sudah redah. Saat turun dari mobil, Alzyas melihat mobil Raka yang sudah terparkir di halaman rumah.

" makasih ya, Lo udah nganterin gue "

" mau sekalian gue anter kedalam? "

" nggak usah, gue nggak apa-apa kok, Lo pulang aja ini juga udah larut malem "

" ok kalo gitu, kalo Lo butuh temen cerita, gue siap kok jadi pendengar Lo "

Alzyas tersenyum, lalu mengangguk pertanda setuju. Setelah mobil Aditya melaju, Alzyas menghela nafas lelah kemudian melangkah kan kakinya untuk masuk.

Mendengar pintu utama terbuka, Raka dan Emely langsung berdiri dari duduknya. Wajah Raka terlihat sangat frustasi, sedangkan mata Emely sudah bengkak karena terlalu lama menangis.

Alzyas, memandang kedua orang dewasa itu dengan bingung, Raka langsung berlari memeluk Alzyas dengan erat.

" Maafkan Daddy, maafkan Daddy " berulang kali Raka mengucapkan kata maaf pada nya

" dari mana saja kamu nak, Daddy sama Mommy sangat menghawatirkan kamu.... " Emely tak dapat menutupi rasa ke khawatiran nya pada Alzyas.

Alzyas masih diam dengan seribu bahasa, Alzyas benci dengan keadaan seperti ini, bahkan dia tidak ingin mengeluarkan satu kalimat pun.

Raka mengusap wajah Alzyas yang masih terlihat pucat karena kedinginan, pakaian Alzyas pun masih terasa lembab.

" kita kekamar kamu ya sayang, ganti baju dan istirahat " bujuk Emely.

Tubuh Alzyas memang sudah terasa sangat lelah, Alzyas tak menjawab perkataan Emely, namun mendengar kan apa yang dikatakan oleh Emely.

Perlahan, Emely menuntun Alzyas menaiki tangga menuju kamarnya. Setelah membersihkan diri, dan memakai pakaian santai Alzyas merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menarik selimut untuk menutupi tubuh mungilnya.

Baru saja hendak memejamkan mata, pintu kamar Alzyas terbuka nampak Emely membawa baki yang berisikan semangkuk sup dan segelas teh hangat Alzyas merubah posisi nya duduk di pinggir ranjang, menatap Emely yang meletakkan baki itu di atas nakas.

" Mommy tau, Zyas pasti belum makan, jadi Mommy buatin Zyas sup makaroni dan teh mint, Zyas makan dulu ya nak " ujar Emely dengan ragu-ragu, " Mommy suapin yah " Emely mengambil satu sendok sup, kemudian mengarahkan pada mulut Alzyas yang masih tertutup rapat, Emely terus menahan agar air matanya tidak menetes, melihat wajah pucat putri nya.

Untuk pertama kalinya, Alzyas dan Emely berada sedekat ini. Terlintas di ingatan Alzyas perkataan yang di ucapkan oleh Aditya

" di luaran sana, masih banyak orang yang sayang dan perduli sama Lo... jangan pernah merasa kalo Lo itu sendirian. kalo Lo punya masalah hadapin, jangan lari, karena masalah nggak akan pernah selesai kalo Lo terus lari dan mengikuti ego Lo untuk membenci, gue yakin kalo Lo bukan orang yang pembenci, dan gue juga yakin Lo pasti bisa lewatin itu semua "

Tanpa sadar Alzyas membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Emely. Tercetak jelas rona kebahagiaan dari wajah Emely, karena ini pertama kalinya dia menyuapi anak yang terlahir dari rahimnya.

Setelah menghabiskan satu mangkuk sup, dan setengah gelas teh, Alzyas kembali merebahkan tubuhnya dan mulai terlelap, dan berharap esok akan menjadi hari baru untuk dirinya.

Emely masih tersandar di depan pintu kamar Alzyas, tangis yang sedari tadi dia tahan kini tak dapat terbendung lagi, Emely sangat bahagia hanya karena bisa menyuapi Alzyas belahan jiwa nya.

" aku mohon ya Allah, buka kan lah pintu hati putri ku " batin Emely.

Alzyas berjalan seorang diri di taman yang penuh dengan bunga-bunga yang bermekaran, pemandangan taman ini sungguh sangat menakjubkan bagi Alzyas, banyak kupu-kupu berterbangan.

Alzyas duduk di pinggir danau, melihat angsa dan bebek yang berenang saling beriringan, cuitan kedua hewan itu begitu menggema. Dan ada satu objek yang menarik perhatian Alzyas, yaitu ibu kelinci dan seekor anak kelinci. Kedua hewan itu membuat Alzyas begitu antusias untuk mengambil kelinci itu.

Semakin Alzyas mengejar kelinci itu, semakin cepat pula kedua kelinci itu melompat, karena terlalu fokus mengejar kelinci itu, Alzyas tak memperhatikan alam sekitarnya. Tubuh Alzyas terpeleset ke pinggir jurang, Alzyas berhasil meraih akar pohon besar yang tertancap di bibir jurang. Alzyas terus berusaha agar bisa naik ke permukaan, hingga tangan nya tak mampu lagi berpegangan.

" Tolong!!!!!! Tolong!!!!! Tolong!!!!! " Alzyas terus berteriak meminta bantuan

" Mommy tolong Zyas..... Zyas takut..... " lirih Alzyas

" Tolong!!!!!!!! " Alzyas sudah hampir kehabisan suara

" Mommy tolongin Zyas " Alzyas kembali berteriak

Alzyas melihat uluran tangan dari seorang wanita, yang dia yakini adalah ibunya Kirana.

" pegang erat-erat tangan Mommy sayang, jangan melihat kebawah, Mommy akan menyelamatkan kamu "

Dengan sekuat tenaga wanita itu menarik tubuh Alzyas hingga naik kepermukaan.

" Mommy " Alzyas langsung memeluk erat wanita itu.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya Alzyas bahwa wanita yang dipanggil nya Mommy bukan lah Kirana melainkan Emely.

Alzyas terbangun dari mimpinya, keringat sudah membasahi keningnya, nafasnya tersengal-sengal, Alzyas mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.

" ternyata cuma mimpi " gumam Alzyas,

" tapi siapa cewek yang hadir di mimpi gue dan nolongin gue ya " seketika Alzyas lupa siapa wanita yang berada di dalam mimpi nya.