Harini yang telah bersiap untuk sekolah, sejak pagi ia telah menyiapkan semuanya, setelah selesai dirinya segera turun. terlihat sang kakek yang tengah duduk di ruang makan dan Haris berserta Harumi.
"Selamat pagi semua," Hariani menyapa keluarga Herlambang. dengan senyum indahnya, namun senyum Harini hilang seketika saat tatapan tajam dari Harumi dan Haris padanya.
"Sayang, duduklah dan kita sarapan bersama." Malik meminta Harini agar segera duduk dan mengikuti kata-kata Malik, dan duduk di sampingnya.
"Haris, dimana putrimu? apa dia masih tidur dan membatalkan untuk tidak masuk sekolah di hari pertamanya?" Tanya Malik dengan suara tegas. membuat Harumi seketika berdiri dari duduknya.
"Ayah, Carissa tengah bersiap-siap. semalam dia tidur sampai malam karena memikirkan sekolah barunya, ayah tidak perlu khawatir. biar aku panggil." Harumi meninggalkan ruang makan dan bergegas kekamar Carissa.
sesampainya didepan pintu kamar Carissa, Harumi tanpa mengetuk ia bergegas memasuki kamar Carissa, dan benar. apa yang ada dalam pikirannya jika putrinya masih tertidur.
"Carissa bangun!! apakah kamu lupa hari ini adalah hari pertama kamu masuk sekolah!?" Ucap Harumi dengan tegas dan menarik selimut Carissa dengan kasar.
"Ibu, apa-apaan ini? Kenapa Ibu menarik selimut aku dengan kasar? apakah ibu tahu jika aku masih mengantuk!!" kata Carissa dengan suara yang tidak kalah tegasnya dari Harumi.
"Cepat, bangun Carissa. kakekmu menunggu kamu di meja makan dan ibu tidak ingin mendengarkan apapun alasannya. dan satu lagi Ibu kasih kamu waktu tiga puluh menit untuk bersiap dan segera turun karena kakek menunggu. ibu tidak ingin karena kesalahan kamu ini Ibu dan Ayahmu menjadi pelampiasan kemarahan kakekmu!!" Harumi keluar dari kamar Carissa dengan kesal, walau bagaimana pun Ayah mertuanya adalah laki-laki yang disiplin. namun hari ini adalah hari pertama untuk Carissa melanjutkan sekolah menengah ke atas namun karena keteledorannya ia harus kesiangan.
Harumi menuruni tangga dan bergabung kembali di ruang makan bersama dengan Malik dan Haris suaminya. Harris mengangkat alisnya sebagai kode untuk menanyakan keberadaan Carissa.
"Apakah Putri mu belum bangun juga Harumi?" Tanya Malik.
"T.. tidak ayah, Carissa tengah bersiap dan.." Harumi menghentikan ucapannya saat melihat kedatangan Carissa.
Carissa hanya menganti baju tidurnya dengan seragam sekolah, dan mencuci muka.
"Selamat pagi semua, kakek. aku sudah bersiap." Ucap Carissa, namun tanpa di duga Malik Melihat wajah bangun tidur Carissa dan melihat Carissa terus menguap.
"Carissa, jam berapa semalam kamu tidur?" Tanya Malik, tanpa menjawab sapaan dari Carissa.
"Aku tidur jam sembilan kakek." Malik menganggukkan kepalanya.
"Apa semalam aku salah lihat kamu pulang jam dua dini hari? apa yang kamu lakukan di luar Carissa? dan kau Haris apa kamu juga tidak tahu putrimu pulang dini hari? apa yang kalian lakukan dan apa yang kalian didik pada putri kalian, lihat berapa usianya hah!! kalian lupa jika dia anak yang baru lulus SMP dan. ya tuhan, orang tua macam apa kalian hah!?" Kata Malik membuat Haris dan Harumi terdiam seketika.
"Kakek, maaf semalam. aku pergi ke pesta ulang tahun teman dan lupa pulang karena temanku tidak ingin aku cepat pulang. aku janji kek, nggak akan ngulang lagi dan kejadian semalam adalah yang pertama dan terakhir. aku janji kek," Carissa mencoba agar Malik tidak lagi memarahinya.
"Kakek, sebaiknya kita sarapan ya." Harini mengambil alih sendok yang berada di tangan Malik dan mengambil nasi goreng dan memberikan pada Malik.
"Kau ini selalu memperhatikan kakek dan bisa membuat kakek tenang." Ucap Malik dan mengambil sendok yang berada di tangan Harini.
"Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang berat kek. aku tidak ingin kakek sakit." Malik menepuk pundak Harini. ia benar-benar bahagia memiliki Harini dalam hidupnya, tidak sia-sia ia membawa Harini kerumahnya dan mengasuhnya hingga saat ini.
Meja makan kembali tenang hanya terdengar sendok beradu dengan piring.
"Kakek, aku pergi dulu." Harini mencium punggung tangan Malik dan berganti dengan tangan Haris dan Harumi namun mereka tidak menerima uluran tangan Harini. dengan senyum kecut Harini menarik tangannya dan kembali tersenyum pada Malik yang melihatnya dengan menganggukkan kepalanya dan memintanya untuk meninggalkan Harumi dan Haris.
"Harini kamu berangkat bersama dengan Carissa dan pulang nanti kalian bersama lagi. Carissa apa kamu mendengarkan apa yang kakek katakan?" Malik mengalihkan tatapannya dari Harini dan kini menatap pada Carissa yang terlihat enggan untuk satu mobil dengan Harini.
"Ya, kakek. tentu aku akan bersama dengan Harini." Ucap Carissa.
"Harini, ayo kita berangkat. kamu tidak ingin terlambat bukan?" Carissa menarik pergelangan tangan Harini.
"Kakek, kami berangkat dulu." Harini mengikuti langkah Carissa menuju mobil dimana Dedi sopir keluarga Herlambang telah menunggunya. di samping mobil dan segera membuka pintu belakang untuk dua nona muda keluarga Herlambang.
"Selamat pagi nona Harini dan Nona Carissa." Sapa Dedi dengan hormat.
"Pagi pak Dedi, bagiamana kabar pak Dedi hari ini?" Jawab Harini dan duduk di samping Carissa.
"Baik nona Harini, bagaimana kabar nona pagi ini?" Harini tersenyum lembut pada Dedi sopir keluarga angkatnya.
"Seperti yang bapak lihat, aku baik-baik saja pak." Harini duduk disamping Carissa. dengan wajah menunduk, ia tahu jika Carissa tidak menyukainya.
"Apa sudah selesai basa-basi nya!?" Carissa menatap Dedi dan Harini dingin.
"Maaf nona Carissa," Dedi melanjutkan mobilnya meninggalkan kediaman Herlambang.
di tengah jalan Carissa melihat keadaan sekitar dan saat melihat kebelakang dan tidak ada mata-mata dari kakeknya dengan suara angkuh dan mencemooh Carissa berucap membuat Dedi terkejut.
"Hei, sopir berhenti sekarang!!" Kata Carissa dingin.
"Nona, kenapa anda menghentikan kendaraan secara mendadak ini sangat berbahaya nona." Dedi menatap nona keluarga Herlambang dengan gelengan kepalanya.
"Diam kamu, terserah aku mau berhenti dimanapun dan kapanpun. mengerti!!" Carissa, Kembali menatap Harini dengan tatapan jijik.
"Harini keluar dari mobilku sekarang juga!! kau jalan kaki dari sini!!" Carissa membuka pintu untuk Harini dan menatap dingin padanya.
"T.. tapi, ini masih jauh Carissa. bagaimana aku bisa sampai ke sekolah. aku tidak ingin terlambat," Carissa tidak memperdulikan Harini dan kembali berkata dengan dingin.
"Kamu pikir kamu siapa Harini? beraninya duduk di sampingku. cepat keluar dari mobilku sekarang!!" Carissa mendorong tubuh Harini keluar dari mobil. Dedi berusaha menolong Harini namun tatapan tajam membuatnya mengurungkan niatnya.
"Nona, Harini maafkan saya." Kata Dedi dengan suara tercekat. melihat tubuh Harini yang masih duduk di aspal bahkan lututnya terluka akibat dorongan keras dari Carissa.
"Tidak apa-apa pak. sebaiknya bapak cepat antar nona Carissa, jangan membuatnya semakin marah." Harini berusaha bangun namun suara dingin Carissa kembali terdengar.
"Mampus!! kebanyakan gaya sih!! kamu pikir siapa dirimu hah? gembel tetaplah gembel. dan kau sopir kampung cepat antar aku ke sekolah atau kau ingin ayahku memecat dirimu juga hah!?" Dedi menggelengkan kepalanya dan melajukan mobilnya menjauh dari Harini.
Harini menghela nafasnya dalam-dalam, dan berlari sekuat tenaga menuju sekolah R Internasional school yang masih jauh. berapa kali dirinya melihat jam yang berada di ponselnya waktunya tinggal lima belas menit lagi dan jarak dirinya dan sekolah masih membutuhkan tiga puluh menit lagi. dengan sisa tenaga, dirinya berlari dan senyum mengembang saat melihat pagar sekolah yang masih terbuka.
'Sedikit lagi, aku pasti bisa,' Ucapnya dalam hati dan kembali berlari. namun saat tinggal selangkah lagi pintu pagar yang tinggi menjulang tertutup dengan rapat. tubuh bergetar keringat yang masih membasahi tubuhnya dan detak jantung yang tidak beraturan tubuhnya luruh ke aspal.
"Pak, tolong buka pintunya. aku mohon.. hiks.. hiks." Tangis Harini pecah saat satpam menggelengkan kepalanya.
"Maafkan saya neng, ini peraturan sekolah dan jika neng memaksa. neng tahu bukan akibatnya? sebaiknya neng tunggu pelajaran pertama selesai dan neng bisa mengikuti pelajaran yang ke dua. maaf neng sebaiknya jangan berdiri di pintu, ini sekolah elite dan tidak pantas neng berdiri disana. nama baik sekolah akan tercemar." Ucap pak Udin satpam di sekolah.
"Baiklah, pak. permisi." Harini mundur kebelakang dengan tubuh gontai, namun seseorang mengulurkan tangan padanya.
"Ikutlah dengan ku, jika kamu ingin masuk sekarang." Tanpa menunggu jawaban dari Harini. seseorang menariknya menjauh dari pagar dan berlari kearah belakang sekolah.