Chereads / AKHIR DARI CINTAKU AD VOL 3 / Chapter 7 - 7. Tamparan Carissa.

Chapter 7 - 7. Tamparan Carissa.

"Harini, apa kau yakin akan menemui Carissa?" Tanya Nella. yang di angguki oleh Harini, ia tidak mungkin pulang tanpa Carissa.

"Aku harus menolongnya." Ucap Harini dan meninggalkan dua sahabatnya yang menatap punggung Harini penuh iba.

Mereka tetap menjadi sahabat Harini meski mereka tahu jika Harini adalah anak pungut di keluarga Carissa. dan mereka berjanji akan berada di samping Harini apapun yang terjadi padanya.

Langkah Harini semakin cepat menuju lapangan, langkah kakinya semakin melambat melihat Carissa yang kini tengah duduk di pinggir lapangan.

"Carissa, kau..." Ucapan harini terhenti seketika saat Carissa menatap ingin dirinya.

Berlahan Carissa berdiri mendekati Harini dan tanpa bisa di hindari oleh Harini tangan Carissa terangkat satu tamparan keras mengenai wajah Harini yang putih.

PLAKKKK !!!

"Puas kamu sekarang hah!! puas buat hidupku menderita dan kamu puas membuat aku menerima hukuman ini hah!! kau. anak pungut yang tidak di untung kau membawa sial dalam hidupku Harini!! dan ini kan yang kamu inginkan. agar aku mendapatkan hukuman? kamu sengaja menyembunyikan kode ini bukan dan kamu sengaja kan Harini!! pantas saja orang tuamu membuang mu karena kau terlahir membawa sial!!" Ucap Carissa, tanpa merasa bersalah pada Harini.

"Menjauh dari ku anak punggut!!" Kata Carissa, dengan suara tinggi. tubuh yang lemas akibat berlari mengelilingi lapangan. Setelah mendorong tubuh Harini Carissa pergi dari hadapan Harini yang masih duduk di lapangan seorang diri. akibat dorongan Carissa, Harini tersungkur di tanah. melihat Carissa pergi berlahan air mata Harini mengalir tanpa bisa ia cegah. sudut bibirnya yang sobek mengeluarkan darah. Harini mengambil tisu dari tasnya dan membersihkan bibirnya dan mengatur nafasnya. tidak ingin terlihat terluka. Harini memakai sedikit warna bibir dengan warna yang cerah agar bisa menyamarkan bibirnya yang berdarah. semua ia lakukan hanya untuk menghindari pertanyaan dari kakeknya.

Harini bergeges meninggalkan lapangan dan mengejar Carissa yang lebih dulu ke parkiran di mana mobil yang menjemputnya telah datang. hatinya lega saat Carissa tidak menyelesaikan hukumannya, bibirnya tertarik keatas hanya tiga putaran Carissa mengelilingi lapangan yang seharusnya lima puluh putaran.

"Aku harus kuat, aku Harini yang kuat bukan!?" Kata Harini bibirnya tertarik keatas, walau hatinya merasakan ketakutan saat sampai di rumah. tanpa Harini sadari seseorang melihatnya sejak Harini menghampiri Carissa. tatapan dingin dan sorot mata yang tajam, melihat Harini yang diam saat di tampar membuatnya menggelengkan kepalanya. masih jelas di telinganya saat Carissa menyebutkan dirinya hanya anak punggut.

"Apa yang kau lihat?" Suara lembut di sampingnya, mengalihkan perhatiannya.

"Untuk apa kau kesini? bukankah kau tahu, ini adalah tempat yang aku sukai?" Jawab laki-laki dingin di sampingnya.

"Tapi, kau tidak pernah berdiri disini? tapi kau akan duduk di belakang sana, tanpa seorang tahu kecuali aku.." Kata wanita cantik yang tidak lain adalah Clara.

Sorot mata laki-laki di hadapannya, semakin tajam padanya. namun tidak sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. baginya tatapan dingin dan tajam itu hal biasa baginya.

"Pergilah, aku ingin sendiri disini." Kata Laki-laki yang kini melewati wanita yang cantik. tanpa menoleh sedikitpun pada wanita yang ada di sampingnya.

"Sampai kapan kamu bersikap dingin padaku.. aku akan sabar menunggu hingga kamu membuka hati untukku.." Ucap wanita cantik dan berlalu, menuju parkiran dimana mobil mewah miliknya telah terparkir.

Di tidak jauh dari wanita cantik, seorang wanita yang tidak kalah cantiknya, meski tanpa make-up. tengah berdiri memandang sekeliling. dan tatapannya terhenti saat melihat mobil mewah mulai meninggalkan parkiran, Wanita itu tidak lain adalah Harini. ia hanya diam saat mobil milik keluarga angkatnya telah meninggalkan parkiran sekolah bersama dengan Carissa. Harini menghela nafasnya lalu berjalan meninggalkan parkiran menuju halte bus yang tidak jauh dari sekolah.

Sesampainya di halte bus terlihat mobil mewah terhenti tepat dihadapan Harini.

"Hei.. anak pungut. sepertinya kau sedang menunggu bus? kasian.. hahaha..." Kata salah satu sahabat Carissa yang tidak lain adalah Elina.

"Elina, apa kau tahu. jika anak pungut yang kini dihadapan kita ini, adalah anak pungut yang membawa sial!! pantes saja orang tuanya membuangnya.. tapi sayangnya keluarga Herlambang terlalu baik sehingga memungutnya dan menjadikan dia sebagai anak. tapi anak pungut ini tidak tahu diri sehingga membuat Putri satu-satunya keluarga Herlambang harus berlari memutari lapang. dan itu semua karena anak pungut ini yang menjadi penyebabnya.. seandainya dia memberitahu kode pada Carissa sudah dipastikan sahabat kita tidak akan berlari dan tidak mungkin mengalami hal yang membuatnya pingsan karena kelelahan berlari!!" kata Geya yang berada di samping Elina, dengan suara tinggi.

"Geya.. kamu benar. dia anak yang membawa sial. dan kita tidak perlu terlalu dekat dengannya karena aku tidak ingin terkena sialnya!!" Ucap Elina.

"Ayo.. kita pergi dari sini!! mataku perih liat anak pungut yang belagu dan apesnya lagi membawa sial!!!" Mobil mewah melaju meninggalkan Harini yang diam membisu. namun tidak berapa lama mobil itu kembali mundur kaca mobil terbuka. Geya dan Elina melempar minuman yang mereka beli di kantin, ke arah Harini. yang tidak sempat untuk menghindar sehingga minuman berwarna itu mengenai tubuhnya dan naasnya seragam sekolah yang warna putih kini berubah dengan dua warna minuman milik Geya dan Elina.

"A.. apa yang kalian lakukan padaku!?' Tanya Harini. yang di balas tawa oleh dua wanita yang berada dalam mobil mewah.

"Hahaha.. itu pantas kau dapatkan anak pungut dasar manusia bodoh tidak tahu diri. sudah menumpang kini kamu membuat Putri satu-satunya keluarga Herlambang pingsan!! tidak tahu di untung kau anak pungut!!" Setelah mereka puas menyiram Harini dengan minuman yang mereka bawa kini mereka meninggalkan Harini yang terdiam memandangi bajunya yang yang basah kuyup bahkan pakaian dalamnya tercetak jelas. Harini memeluk tasnya agar menutupi pakaian dalamnya yang tercetak jelas. berapa orang memandangnya dengan tatapan lapar bahkan berapa pengendara berhenti untuk menggodanya dan di antar mereka dengan terang-terangan mengajak Harini ke hotel. di tengah rasa amarah dan terhina tiba-tiba seseorang berhenti dengan motor sport keluaran terbaru. yang Harini ketahui harganya mencapai ratusan juta bahkan mendekati milyar.

"Pakai ini. dan cepatlah naik!!" Kata laki-laki yang tidak membuka helmnya dan melepas jaket kulitnya yang bernilai fantastis pada Harini.

"Cepat pakai, atau kau lebih suka jika mereka melihat pakaian dalam mu!?" Harini seketika melihat sekeliling. matanya membulat sempurna mendapati berapa pengendara tengah menatapnya dengan pandangan lapar. tidak sedikit dari mereka yang meneteskan air liurnya melihat tubuh bagian atas yang terlihat dengan jelas.

Melihat mereka seketika Harini meraih jaket yang di berikan laki-laki yang Harini ketahui adalah seniornya. Laki-laki itu meminta Harini untuk naik ke atas motornya. Harini yang kini berada di atas motor meletakkan tasnya di tengah-tengah dirinya dan kakak seniornya, agar membuat jarak.

Setelah membutuhkan waktu kurang dari tiga puluh menit tiba-tiba Harini meminta berhenti di pinggir jalan. dan bergegas turun dari motor sport. namun terhenti saat suara dingin kakak seniornya.

"Kenapa turun disini?" Tanya laki-laki dengan suara dingin.

"D.. disini saja kak, terima kasih." Kata Harini dan turun dari motor sport. berlaku dari hadapan laki-laki yang hanya diam menatap kepergian Harini.

Harini berlari sekencang mungkin agar, cepat sampai di rumah. tubuhnya bergetar saat melihat mobil mewah terparkir di depan rumah mewah milik keluarga angkatnya.

"Non, maafkan bapak yang tidak menunggu non Harini," Kata sopir yang di tugaskan untuk mengantar jemput Harini dan Carissa. sekaligus orang kepercayaan Malik Herlambang.

"Tidak apa-apa pak." Harini berlari menuju rumah mewah namun langkah terhenti saat wanita paruh baya menghadangnya.

"Anak sial!! apa yang kau lakukan pada Putri keluarga Herlambang hah!?" Teriak wanita paruh baya yang tidak lain adalah Harumi.

"Maaf i.. ibu," Ucap Harini dengan bibir bergetar.

PLAKKKK !!!

Satu tamparan mendarat di wajah Harini, Harini tersenyum kecut saat dua pipinya berwarna merah dan itu akibat dari tamparan ibu dan anak.

Harumi bukan hanya menampar wajah Harini tapi juga menyeretnya hingga kekamarnya, bukan hanya tubuhnya tapi juga rambutnya seakan lepas dari kepalanya.

Harini tersungkur dan punggungnya membentur tembok dan berakhir keningnya membentur ujung meja yang mengakibatkan kening Harini mengeluarkan darah, dan tidak berapa lama pandangan Harini mulai berkunang-kunang dan tidak berapa lama tubuhnya terkulai di lantai dan tidak sadarkan diri.