Saat matanya tertutup dengan air mata membasahi pipinya membuat seorang lelaki menghapusnya karna tak tega melihatnya dan sukses membuat Qia membuka lebar matanya .
"R--reno?" ucap Qia yang terbata bingung karena tiba-tiba Reno muncul disini.
"Kamu kenapa Qia? Kalo ada masalah cerita sama aku. Biasanya juga tanpa aku suruh kamu cerita," ungkap Reno.
Reno pun langsung duduk disamping Qia dan memegang bahu Qia.
"Masalah dirumah hmm? Bukannya kamu harus bahagia Qia, ayah kamu kan udah pulang itu yang kamu tunggu dari dulu."
Qia yang teringat lagi ayahnya langsung memeluk Reno erat dan menunpahkan tangisnya dan tak lupa Reno mengelus lembut rambutnya.
"H-hiks Ren, ayah udah pulang Qia bahagia banget Ren. Tapi Qia sedih ayah berubah Ren! ayah kayak gak suka lihat Qia hiks Ren kenapa ayah bisa berubah Ren? Qia salah apa sama ayah? hiks hiks." Ungkap Qia sambil menumpahkan tangisannya.
Reno yang melihat dan mendengar Qia sesenggukan menangis karena bercerita, tak terasa air matanya ikut turun juga.
"Qia jangan sedih lagi ya, ayah sayang kok sama Qia. Mungkin karna lelah dan masalah pekerjaan jadi emosi, Qia gak boleh nangis lagi nanti jelek loh kayak tikus sawah." Ucapan reno sukses membuat Qia tertawa.
Cekrek
Suara hp yang sedang memotret dua orang sedang berpelukan dengan tangan si lelaki yang mengelus rambut wanita tersebut.
"Permainan segera dimulai gadis kecil," ucap seseorang tersebut dengan smirknya lalu melangkah pergi dari rooftop itu.
Qia yang tidak lagi menangis langsung melepaskan pelukannya dari Reno.
"Makasih ya Reno kamu udah ada buat aku dari aku kecil sampe sekarang walaupun kita udah lama pisah tapi kamu gak berubah sekaligus," ucap Qia senang karena sudah memiliki Reno yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.
Reno hanya tersenyum mendengar nya.
"Qia sayang Reno. Reno selalu baik gak berubah, Qia gak salah anggap Reno sebagai abang kandung Qia."
Deg
Ucapan Qia barusan membuat hati Reno sakit mendengarnya. Ia hanya menampilkan senyum tulus walau terpaksa.
"Udah sana Qia masuk kelas bentar lagi masuk," ucap Reno yang menyuruh Qia masuk kelas dan tentu Qia mengangguk setuju.
Tak lama dari kepergian gadis itu Reno memejamkan matanya dan meremat kuat gengam tangannya sampai keluarlah air matanya.
"Maaf Qia aku salah. Aku tidak menganggap dan menyayangi mu seperti adik melainkan seperti wanita lain hiks." Lirih kecil Reno Tapi membuat jantung sakit.
"Arghh..."
Reno kesakitan tapi dia harus bisa menetralkan sakit nya karna sebentar lagi masuk kelas.
Qia yang selesai merapikan baju dan membasuh wajah nya langsung pergi ke kelas nya. Ya semua murid masih banyak yang keluar kelas hanya beberapa saja termasuk Ellard sendirian.
langkah kecilnya langsung menuju bangku Ellard dengan senyum manisnya tapi tak lama senyum itu luntur lantaran Qia melihat Ellard menatap lnya sangat tajam seperti ingin membunuh seseorang.
"El? Ellard kamu kenapa?" Tanya Qia sedikit takut karna melihat tatapan menakutkan dari Ellard.
"Dari mana?" Tanya balik Ellard dengan suara tegas tapi sangat mengerikan.
"Qia dari rooftop El," ucapnya seadanya dan ia masih bingung kenapa Ellard seperti ini.
"Aku bingung sebenarnya kamu nganggap aku apa Qia? Atau jangan-jangan kamu gak pernah anggap aku ya? aku tau Qia aku terlalu egois memaksa kamu buat jadi milik aku. Emang kalo dari awal benci gak bakal jadi cinta!" Jelasnya membuat Qia menjadi bersalah.
Saat Ellard mengeluarkan isi hatinya membuatnya menjadi sedikit lega tapi tak terasa air matanya jatuh dan sukses membuat Qia panik apa yang terjadi sama Ellard.
"El? Jangan sedih gini, maaf kalo udah buat Ellard sedih tapi please El jangan jauhi aku El." Ucapnya yang meminta maaf dan memohon tak ingin Ellard menjauhinya.
Qia langsung menghapus air matanya Ellard karna tidak suka melihat Ellard mengeluar kan air mata.
Ellard hanya diam saja, pikirannya sudah melayang entah kemana hanya dia yang tau.
...
Tak terasa waktu yang ditunggu-tunggu akhir nya datang juga semua murid lulang sekolah.
Qia sudah sampai rumahnya dan mulai melangkah masuk dan ia tersenyum melihat Alex sedang duduk disofa"
Alex yang melihat kehadiran Qia langsung berdiri pergi kekamarnya.
Baru saja Qia ingin menyapa dan menyalaminya tapi terhenti ketika Alex pergi duluan.
"Huft, padahal Qia baru mau nyamperin dan manja-manja sama ayah tapi udah pergi duluan."
Lalu Qia pergi melangkah ke kamarnya.
Dilain tempat seorang lelaki sedang berbaring dengan tangan yang mengepal mungkin ia sedang berpikir sesuatu.
"Sial gue bingung harus percaya dengan siapa? Arghhh!!!"
Kesal Ellard dengan pemikiran dan hati nya sangat berbanding terbalik.
Ellard yang sangat kesal akhirnya mengambil hp nya untuk menghubungi seseorang entah siapa yang dihubungi nya .
"Lo cari tau tentang Reno temen kecil nya Qiana! tanpa ketinggalan sedikit pun info dan gue tunggu besok harus ada." Ucapnya menyuruh seseorang diseberang sana.
Ellard langsung mematikan sambungan telponnya tanpa mendengar seseorang itu yang ingin menjawab telpon nya.
Karna masih kesal Ellard pun mengambil benda berbentuk persegi empat mungkin orang berpikir itu adalah gantungan kunci atau mainan dompet nyatanya itu adalah sebuah pisau lipat yang dirangkai rapi agar tidak terlihat seperti pisau.
"Gue udah lama banget gak main nih benda," Ellard berucap tak lupa dengan smirk khas nya sambil membuka lipatan pisau itu dan menyatkan sedikit ke lengannya lalu keluarlah darahnya.
Cekrek
Ellard yang sudah memotret lengan berdarah nya langsung ia kirimkan ke Qia. Ellard ingin tau reaksi gadis kecilnya bagaimana nanti.
Tak lama dari itu dering hpnya berbunyi Ellard hanya tersenyum kecil melihatnya karena setelah melihat pesan kiriman dari Ellard Qia langsung menelponnya.
Drttt Drttt Drttt
"Halo Ellard kamu kenapa? Hhiks itu kenapa tangan kamu El? Kenapa bisa sampe berdarah hhiks? El dimana Qia kesana ya h-hiks Kenapa bisa berdarah El?" Ucap Qia sambil menangis disebrang sana Qia sangat khawatir melihat tangan Ellard yang berdarah takut ada yang sengaja membuatnya terluka.
"Gapapa sayang ini cuma luka kecil doang. Kamu makan sana kalo belum, udah ya aku mau istirahat. Dah my Qiana jangan genit-genit awas kamu."
Tut
Sambugan akhirnya terputus.
Ellard merasa bersalah sudah membuat Qia menangis padahal yang membuat luka tersebut dirinya sendiri dan ia juga melupakan bahwa ia memacari seorang gadis tingkah bayi.
"Hadeh gue lupa Qia mah masih bayi padahal yang luka siapa yang nangis siapa, duh makin gemes aja gue dibuat. Kalo dia disini udah gue gigit pasti," ucapnya tersenyum membayakan mimik wajah Qia sekarang tak lupa Ellard memijat dahinya yang sedikit pusing.
....
Qia dari tadi hanya mondar-mandir di kamarnya ia amat khawatir dengan sang kekasihnya apalagi ada darah di tangan Ellard membuatnya makin takut.
"Ih ellard ngeselin banget udah dimatiin dulu telponnya padahal Qia belum selesai itu juga kenapa bisa berdarah sih Qia takut liatnya. Siapa yang berani buat Ellardnya Qia luka? awas Qia gigit nanti!" ucapnya kesal dan takut bercampur menjadi satu tak lupa sambil menghapus sisa air matanya
Qia berulang kali menelpon kembali Ellard tapi nyatanya nomornya tidak aktif. Qia bingung harus bagaimana mau kesana tapi tidak tau Ellard dimana lagian Ellard juga tidak memberitahu lokasinya. Ellard juga hanya beberapa kali mengajak Qia ke rumah orang tuanya itupun pasti Qia tidak mengingatnya lagi.