Chereads / QIELLA / Chapter 10 - Berubah

Chapter 10 - Berubah

Saat Qia pulang sekolah ia tampak bingung kenapa ada dua mobil halamam rumahnya tapi satu mobil tersebut Qia tidak mengenali nya tak mau ambil pusing akhirnya ia masuk ke kamarnya.

Langkah kaki memasuki pintu rumah Qia kaget ia melihat siapa disana seorang yang ia rindukan akhirnya kembali juga.

Qia berlari menuju orang tersebut dan memeluknya erat seakan tidak ingin melepaskannya.

"Ayah ini beneran ayah? h-hiks Qia kangen banget sama ayah h-hiks akhirnya ayah pulang."

Akhir nya air mata Qia jatuh ia sangat sedih seakan tidak percaya dengan semua nya. Ini adalah tangis bahagia Qia tapi ia merasa aneh kenapa sang ayah diam bahkan tidak membalas pelukan nya.

"Bisa kau lepaskan pelukanku dan menyikirlah di hadapanku!" Bentak Alex.

Alex risih melihat Qia bahkan Qia memeluk Alex untung saja tidak didorong alex.

Qia kaget lantaran ayahnya seperti itu, bahkan seperti tidak menyukai Qia rasanya Sangat sakit, ia tidak pernah terbayangkan akan seperti ini respon Alex kepada nya.

Alex langsung meninggalkan Qia yang masih terdiam beku dengan semua ini Qia menampar pipi nya mungkin ini hanya mimpi

PLAK!

"Ini pasti mimpi? Ya ini pasti mimpi hiks..."

Air mata nya kembali turun tapi berbeda ini rasanya sangat sakit ia tidak mau ini terjadi bahkan dalam mimpi sekalipun.

Qia memasuki kamar nya dengan langkah gontai tidak bersemangat.

...

Tok tok tok

Qia terkejut lantaran ia hanya diam menghadap jendela dengan tatapan kosong seperti memikirkan sesuatu.

"Non, makanan udah siap tuan dan nyonya juga udah dibawah atuh," Ucap pembantu tersebut.

"Iya by nanti Qia turun."

Qia langsung turun kebawah takut ayah dan bundanya lama menunggu.

"Malam Ayah, malam ibu,"

Sapa ramah Qia kepada orang tuanya dijawab senyum oleh Diana serta dan deheman oleh Alex.

Hanya dentingan menemani makan malam mereka sampai selesai tidak ada pembicaraan apapun hingga Alex meninggalkan meja makan.

"Bunda? Qia merasa ayah berbedah bund, ayah berubah sama yang dulu," lirih Qia kepada bundanya.

Diana langsung memeluk Qia menenangkan putrinya dan mencium hangat anak nya.

"Anak bunda kok mikirnya gitu, kan ayah baru pulang pasti lelah jadi mungkin kebawa emosi sayang wajar dong."

Diana menjelaskan dengan lembut meyakinkan Qia dan membuat nya mengangguk mengiyakan sang bunda.

"Ya udah sana masuk kamar udah malam bobo jangan mikir aneh-aneh besok sekolah loh." Ucap Qia.

.

Qia belum tidur dia hanya diam dengan pikiran kemana-mana sampai Qia mendengar samar-samar suara keributan.

Hanya dapat mendengar dari balik pintu kamar samar-samar keributan dari ayah dan bundanya.

Qia sangat takut ia kembali teringat saat terakhir sebelum ayahnya pergi.

"H-hiks Qia takut apa yang Qia pikirkan terjadi. H-hiks kenapa semua jadi gini? Hikss Qia gak kuat denger ini.."

Tangis piluh gadis itu sampai badan terjatuh ke lantai dan memegang lutut nya.

Drrttt drrttt

Suara handphone berbunyi membuat Qia berdiri gontai mengambil hpnya dengan wajah bengkak sehabis menangis.

"Hal-lo?" ucapnya terbata.

"Halo? kamu gak kenapa-kenapa kan?Aku kepikiran kamu terus ada yang nganjal rasanya."

"Gap-papa kok Hhiks..."

mungkin sehabis nangis hebat membuat Qia sesunggukan dan sukses membuat Ellard sangat khawatir dibuat nya.

"Sayang kamu kenapa? Kamu kenapa bisa nangis gitu? aku kerumah ya sekarang ya atau kamu dimana sekarang kamu shar...? " ucapan Ellard terpotong karena Qia.

"Hhiks El jangan gitu aku makin nangis kamu bilang gitu, aku gak bisa lihat kamu perhatian gini apalagi kalo aku lagi sedih hhiks El... "

"Ellard boleh kesana? Qia kalo ada masalah cerita ya, jangan buat khawatir okey."

"Aku tutup ya, aku capek mau bobo El good night."

" good ni--"

Tut tut tut

Sambungan terputus.

"ARGHH! Sial kenapa gue gak tau masalah Qia," kesal Ellard sampai membuat ia memukul tembok rumahnya sampai darah bercucuran di jari-jarinya.

...

Pagi yang cerah tapi tidak wajah gadis yang murung melangkah gontai masuk ke kelas nya ia datang lebih awal dan benar belum ada yang datang duluan kekelas.

Qia hanya menatap ke depan dengan tatapan yang sulit diartikan dibilang kosong tapi seperti sedang berpikir  sampai-sampai ia tidak menyadari semua sudah mulai memasuki kelas nya termasuk Ellard sedari tadi menatap nya.

Ellard hanya menatap Qia sedari tadi ingin rasanya bertanya tapi biarlah Qia butuh waktu untuk sendiri.

Darla menepuk pundak Qia dan suskes membuat nya terkejut.

"Ah iya Darla kenapa?"

Darla hanya tersenyum melihat Qia.

"Kalo ada masalah cerita ya, jangan dipendam terus Qia. Kita udah lama sahabatan, kalo kamu sedih kita juga sedih jadinya."

Qia tersenyum mendengarnya ternyata banyak yang peduli padanya.

Qia lalu menarik nafas dalam .

"Huft, Qia perlu waktu sendiri dulu ya Darla kalo Qia udah siap nanti kita cerita."

Darla hanya mengangguk dan langsung memeluk Qia dan tak lupa kedua sahabatnya juga.

Ellard tersenyum melihat pemandangan di depan matanya, setidaknya Qia bisa tersenyum walau tak lama.

.

Qia berada di kamar mandi dia sedang membasuh wajahnya di wastafel biar lebih segar agar tidak murung terus.

Saat Qia ingin keluar kamar mandi tapi dihadang 3 wanita dengan pakaian ketat.

"Oh ini yang namanya Qiana?" Ucap wanita yang berada paling depan.

"Sok cantik banget lo! pake apa lo bisa-bisanya si Ellard suka sama lo!" Jawab temannya mencampuri.

"Paling buat dijadiin mainan tuh hahaha," jawab temannya satu lagi.

Tawa ejekan dan bentakan tiga wanita itu sukses membuat Qia bergidik ngeri melihatnya.

"Gue peringatin ke lo ya dedek kecil. Jauhi Ellard dan jangan sok cantik!"

Bentak salah satu dari mereka yaitu Ines. Ia mendorong Qia yang hampir terjatuh dan teman-temannya juga menatap ejek Qia yaitu Luna dan reva.

Qiana termenung karna masih kaget tiba-tiba ada beberapa wanita yang tak dikenalinya datang dan menyuruhnya menjauhi Ellard.

Untuk membuat pikirannya tenang ia lalu menuju rooftop.

Memandang semua orang dari atas malah membuat Qia semakin pusing lantas ia memenjamkan mata nya dan duduk di kursi yang berada di rooftop.

"Semua terasa seperti mimpi dan terkadang Qia berpikir untuk mengakhiri semuanya karna Qia rasa tidak kuat lagi mengahadapi semua masalah hidup ini hhiks..."

Tak terasa air matanya terjatuh membasahi pipinya.

Memejamkan mata nya membuat pikiran lebih sedikit berkurang ditambah air mata yang terus menetes terasa beban nya sedikit berkurang.

Saat mata nya tertutup dengan air mata membasahi pipinya membuat seorang lelaki menghapusnya karna tak tega melihatnya dan sukses membuat Qia membuka lebar matanya.