Chereads / Extraordinary Girl / Chapter 5 - Kaget

Chapter 5 - Kaget

Irina tercengang dengan ekspresi tak bisa dijelaskan ketika kata itu dilontarkan.

"Nama saya, Faiz, Jaksa, berusia 28 tahun."

Hening, tak ada respon.

"Saya memperkenalkan diri supaya kamu tidak terlalu terkejut nantinya."

Gadis itu mengganguk tak begitu terlihat perduli.

"Ya... tunggu—siapa kau tadi?"

"Calon suamimu."

"Oh..."

Detik berikutnya matanya melotot karena kaget.

"Tunggu—apa?!"

Minuman datang. Kaira langsung menyambar gelas minuman. Sedangkan Irina yang berada di antara mereka berdua. Hampir saja pingsan. Seseorang mengaku sebagai calon suami sahabatnya, yang telah menjomblo lama. Bagaimana mungkin ia tidak senang, dan sekaligus bingung.

"Kamu serius?" tanya Irina memastikan.

Pria itu langsung mengganguk tanpa berpikir panjang.

"Jika Kaira bersedia!" imbuhnya terdengar berharap.

Byurr.

"Ups, maaf." Entah mengapa. Ia tiba-tiba malah menyemburkan minumannya ke wajah Faiz.

Irina mendelik kearahnya.

"Apa yang kau lakukan gadis bodoh?!" Makinya dalam hati.

Temannya itu melirik ke arah Faiz yang nampak biasa saja. Sama sekali tak merasa terganggu akan tingkah laku Kaira yang absurd.

"Aku tidak sengaja, mau kuambilkan air untuk cuci muka?" tanya Kaira ngawur kepada Faiz.

Irina melotot ke arahnya. Ekor matanya melirik ke tisu. Menyuruh Kaira untuk membersihkan wajah sang pria dengan tisu.

"Oh, Kau mau tisu, Rin?"

Irina menatapnya datar.

Seandainya boleh, ia ingin membenamkan muka sahabatnya ke dalam kloset. Tisu itu malah disodorkan padanya. Bukan ke Faiz, level kepekaannya dibawah rata-rata. Ia berharap Faiz tak akan cepat menyerah.

"Aku baik-baik saja," kata Faiz mengambil tisu sendiri.

Walau sudah bersikeras agar tak usah membayar tapi Faiz tidak mau. Sebab mana mungkin makanan yang sudah terhidang malah digratiskan, lagipula ini kan usaha.

"Aku pulang," kata Kaira pamit. Ia menolak ketika Faiz menawarkan untuk mengantarkannya pulang. Kaira tak mau sebab ia tak begitu mengenal pria tersebut.

***

"Segarnya."

Setelah memberi makan Tom yang mengais sisa wiskas dan meminta maaf karena lupa

Ia kemudian berendam dalam bathub. Kalau bukan karena tercebur. Ia malas mandi.

"Pria gila," gumamnya ketika ingat pada orang asing yang ia temui tadi siang.

Ia keramas, karena kepalanya terasa lengket. Sepertinya benar yang diucapkan Irina.

"Uhm, aneh," gumamnya ketika merasakan ada yang aneh. Ia mematikan shower. Lalu mengusap rambutnya. Ada bau aneh dari shamponya. Kaira yakin belum kadaluarsa.

Gadis itu pun membuka tutup botol. Dan memandanginya dengan tatapan horror.

"Awas saja kau!" jeritnya. Ketika sadar shamponya telah di sabotase sang adik.

Sepertinya itu cairan pencuci piring.

Sedangkan Kevin yang sedang berada di mobil, entah tiba-tiba merasa merinding.

Ia yakin itu karena kakaknya. Kemudian tertawa membayangkan ekspresi Kaira

"Aku nanti mau mampir ke rumahmu. Pastikan kamarmu bersih!"

Voice note terputar. Dan itu dari Irina.

"Banyak maunya, memangnya kamarku kenap—" ucapannya terhenti, handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, ia jatuhkan sembarangan.

"Hm, hanya sedikit berantakan." ucapnya tanpa rasa bersalah. Padahal aslinya porak-poranda.

"Ada lowongan di kantor tempatku, kau mau?" Chat itu dari kontak bernama Nathan.

Ia mengerjap. Hari ini tepat 2 bulan dirinya menggangur. Dan sudah pindah tempat kerja 3x selama 2 tahun.

"Akan ku pikirkan," balasnya.

Sejujurnya, bukan kehendak dia pindah-pindah tempat kerja seperti itu. Tapi karena lingkungan.

Tempat kerjanya yang pertama. Dia harus resign karena ribut dengan teman sekantor. Tepatnya. Seorang pegawai wanita menuduhnya sebagai perebut pacarnya.

Ia ingat sekali nama pria itu. Adit, pria berusia 26 tahun, berperawakan tinggi, dan memakai kacamata itu sangat dekat dengannya. Padahal jelas-jelas ia sering mengabaikannya.

Tapi sang pria malah menjadi-jadi.

Padahal ia sudah punya pacar bernama Tari.

Alhasil, Kaira tak terima. Terlebih ia kesulitan mengontrol emosi. Maka jalan tengahnya mereka bertengkar. Karena pegawai wanita itu duluan yang menjambaknya, dan akhirnya ia menang telak.

Tak lama berselang, kebenaran terungkap, pria bernama Adit itu memang playboy cap ikan teri. Sudah memacari 3 orang wanita.

Kaira memilih pergi. Sedangkan Adit dan Tari sibuk bertengkar sendiri.

Sebelum memutuskan untuk pergi, Kaira bilang. Untuk apa tinggal di tempat yang bahkan orang terdekat tak mempercayainya, dan sejujurnya Ia tak kesal pada mereka. Ataupun Tari dan Adit. Ia hanya kesal pada diri sendiri.

Emosi membuatnya tak betah. Padahal harusnya ia bertahan, dan meluruskan kesalahpahaman. Meski namanya sudah bersih. Tetap saja. Ada setitik rasa kurang percaya diri. Yang membuatnya lari.

Tempat kerja yang kedua. Bosnya super menyebalkan. Ketika orang-orang sudah pulang, ia malah disuruh lembur seharian. Mentang-mentang dia anak baru saat itu. Parahnya. Satpam penjaganya telah pulang darisana. Hingga ia harus menunggu selama 3 jam. Sampai membuatnya harus menelpon polisi supaya bisa keluar.

Bukan hanya itu, ia dituduh merusak properti kantor. Padahal benda itu sudah usang lama karena termakan usia.

Terlebih cara bos itu menatapnya. Tatapannya malah seperti melecehkan.

Ditegur pun marah-marah. Akhirnya ia marahi balik. Si bos murka dan ingin menamparnya. Tapi dengan sigap ia menghindar. Dan membanting sang bos ysng berusia 40 tahun ke lantai.

Lalu menghamburkan surat pengunduran diri dengan santainya.

Kejadian ketiga yang membuatnya sedikit trauma. Ketika salah satu klien di kantor tempatnya bekerja melecehkannya dengan meremas pantatnya. Meski terkejut dan gemetar. Ia menatap nyalang dan langsung menghajar dengan menendang wajah si klien dengan kerasnya.

Alhasil, klien itu dirawat inap karena geger otak. Giginya lepas 2.

Tak parah. Hanya perlu menginap empat hari.

Padahal orang-orang tahu kejadian sebenarnya, tapi malah memilih bungkam, karena ia klien tetap disana. Seandainya jika mau, Kaira bisa memperkarakannya. Karena ayahnya seorang Pengacara. Tapi ia tak mau. Karena takut dirinya akan jadi konsumsi publik. Dan tak ingin orangtuanya tahu, dia korban pelecehan. Terlebih, respon orang-orang aneh dan diluar nalar. Dirinya korban, tapi malah dia yang di caci. Bilang bahwa dia jalannya melengoklah. Karena pakaiannya ketatlah. Karena ia mengoda klien itulah.

Padahal tak satupun di atas. ia tak sekalipun memakai pakaian ketat. Malah pakaian kebesaran. Mengoda? Bercanda, kah? Lucu sekali, yang jadi korban siapa, yang disalahkan malah siapa.

Menyukai makhluk bernama lelaki pun sedikit mustahil untuknya lalu bagaimana mungkin ia malah menggodanya.

Akhirnya, ia resign dengan menumpahkan kopi ke berkas orang-orang yang mengatainya. Sebagai balasan. Kita impas!

Kalau kita bisa balas sekarang. Kenapa harus menunggu nanti, pikirnya.

Baginya hidup itu sederhana. Sebuah chat lain akhirnya masuk ketika ia baru saja menyandarkan tubuhnya ke ranjang.

"Silahkan datang besok untuk wawancara."

Hanya itu kata yang ia ulang-ulang. Seulas senyum terpatri di wajahnya. Kali ini ia menjadi lebih bersemangat.

"Kali ini aku tidak boleh kalah," ucapnya dengan senyum lebar.