Hujan sedari pagi memang belum berhenti. Mentari pun masih redup-redup menyinari pelataran bumi. Akhir tahun memang selalu seperti ini. Membuat stasiun televisi pun sibuk menayangkan berbagai bencana alam yang timbul dari luapan air karena buruknya drainase.
"Kita naik taksi aja, ya?"
"Bus aja, Ga."
"Kamu kedinginan, Li."
"Aku nggak apa-apa."
Alga menghela pasrah. Ia membuka tasnya lalu mengambil jaket dan ia sematkan di tubuh gadisnya.
Eiryl menoleh atas kehangatan yang selalu Alga berikan. "Kamu gimana?" tanyanya. Pasalnya, Alga memang tidak bisa tahan dengan udara dingin.
"Peluk kamu. Biar sama-sama hangat," ucap Alga lalu memeluk Eiryl dari belakang. Digenggamnya tangan Eiryl dan ia masukkan ke dalam saku jaket. Tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang. Itulah mereka. Selalu melupakan di mana mereka sedang berpijak.