Siapa sepasang mata yang harus rela menyaksikan pemandangan tidak terduga nyaris begitu aneh itu?
Atau bisa saja itu bi Aida yang memang sering ke dapur meskipun sudah malam hari.
Dreena terus menyantap daging merah itu dengan lahapnya, hingga menghabiskan setengah isi wadah itu. Tanpa merasakan kehadiran seseorang di sekitarnya. Fokusnya hanya satu yaitu, daging di hadapannya.
Dreena begitu lahap menyantap daging-daging mentah itu. Ia tidak menyadari apabila sedari tadi bi Aida menyaksikan perilaku aneh atau menyimpangnya. Ia tak pernah tahu betapa shock dan terkejutnya bi Aida ketika harus tanpa sengaja mendapati dirinya, sedang memakan daging-daging mentah yang ternyata baru saja bi Aida beli tadi pagi.
Bi Aida memang tadi pagi sempat berbelanja stok bahan makanan dan ia juga sempat membeli beberapa kilo daging sapi segar. Lalu ia menaruhnya di freezer lemari es. Malam ini pula, ia harus meyaksikan bahan makanan yang ia beli dan ia letakkan di dalam lemari es harus rela tersantap oleh nona majikannya, yang entah mengapa saat ini terlihat aneh dan janggal sekali.
"Ya Allah ... aa–apa yang dilakukan Non Dreena?" pekiknya, membelalakkan kedua bola matanya seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
Entah mengapa menyaksikan sesuatu yang janggal membuat bi Aida begitu sangat ketakutan. Ia pun tidak berani menegur atau menghampiri Dreena yang berada di area dapur. Padahal bi Aida berniat untuk membuang hajat kecil ke toilet, tetapi niatnya itu ia urungkan saja.
Bi Aida memilih berbalik badan dan kembali ke dalam kamarnya. Ketika ia berbalik badan, tanpa sengaja Dreena menoleh ke arahnya. "Bi Aida?" gumamnya heran. Kemudian Dreena menoleh kembali melihat wadah di hadapannya. Sepertinya ia menyadari akan sesuatu.
"Apa ... bi Aida melihat ini semua? My God, apa yang sudah aku lakukan? Bagaimana bisa aku menyantap daging-daging mentah ini dengan begitu lahapnya? Apa yang terjadi dengan diriku? Apakah ini efek dari penyakit vampir yang kuderita?" Dreena bertanya-tanya di dalam hatinya, tanpa ada seorang pun yang menjawab pertanyaan batinnya.
***
Ia begitu sudah tidak paham lagi akan keanehan yang tetiba saja muncul di dalam dirinya. Dari yang takut terkena sinar matahari, sampai dirinya bak hewan buas yang memakan daging mentah nan segar.
Memikirkan tentang penyakitnya membuat Dreena sedikit kesal dan tercuatlah emosi di dalam dadanya. Seakan ia begitu mengutuk dirinya sendiri. Mengapa ia harus mengidap penyakit menyusahkan dan bahkan sebuah aib yang memalukan baginya dan juga keluarga.
Dreena pun termenung melamun, ia pun kembali mengingat tentang mimpi yang baru saja ia alami. Ia baru sadar jika sosok-sosok yang terdapat di dalam mimpinya layaknya sosok-sosok para vampir. Wajah yang putih pucat menyeramkan berpadupadan dengan jubah hitam besar yang tampak begitu mengerikan.
"Sial, kenapa aku sampai mimpi hal tak jelas itu? Kenapa pula mereka semua mengira aku ini putri mereka. Mana nama putri itu mirip dengan nama tengahku lagi. Aku jadi takut mimpi itu menjadi nyata, waktu di dalam mimpi saja sudah seperti nyata. Aku benar-benar takut, aku ingin kembali menjadi manusia normal seperti sediakala." Dreena bermonolog pada dirinya sendiri.
Ia masih berada di ruang dapur. Terduduk membeku di hadapan wadah berisi daging mentah yang sudah tersisa setengah dari isi awal wadah itu. Dreena menatap nanar ke dalam wadah itu. Seakan ada dorongan kuat yang membuatnya harus menyantap daging-daging itu. Bahkan seolah dirinya seperti seseorang yang sengaja meminum obat penambah nafsu makan. Begitu lahap dan berseleranya ia menyantap daging-daging mentah itu.
***
Esok harinya bi Aida seakan takut atau trauma saat berada di dapur. Sebab begitu jelas dan masih terngiang di dalam benaknya, ia menyaksikan keanehan yang dilakukan oleh nona muda majikannya. Ia membuka lemari es dan membuka freezer, lalu mengambil wadah berisikan daging yang tadi malam isinya sempat dimakan oleh Dreena setengahnya.
"Tuh 'kan aku tadi malam tidak salah lihat atau aku sedang bermimpi. Ini nyata, aku melihat keanehan yang terjadi pada non Dreena. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Haruskah aku mengatakan ini semua kepada tuan dan nyonya?" pikir bi Aida dilema.
Usai melamun memikirkan tentang nona muda majikannya, ia tersentak dan sadar akan tugasnya. Segera saja ia menyiapkan bahan-bahan makanan untuk memasak sarapan pagi. Tugas rumah tangga yang selalu ia lakukan setiap pagi. Sekar membantunya hanya ketika sudah siap untuk disajikan di atas meja makan. Atau tidak membantunya sama sekali. Sebab bagaimanapun ini semua memang sudah menjadi tugas bi Aida sebagai asisten rumah tangganya.
Bi Aida juga terkadang menolak untuk dibantunya, karena bagi bi Aida ini semua sudah menjadi tugas serta tanggungjawabnya terhadap rumah dan keluarga ini. Ia tidak ingin dicap sebagai pekerja yang hanya memakan gaji buta saja. Ia harus berusaha dan bertanggungjawab akan semua tugas-tugasnya.
Satu jam kemudian, sarapan pagi pun sudah tersaji di atas meja makan yang terletak di ruang makan yang berada di dekat dapur itu. Rupanya Sekar ataupun Andres belum turun ke lantai bawah. Sudah menjadi kebiasaannya juga untuk memanggilkan para majikannya yang beradaH di lantai atas.
Untuk saat ini, bi Aida hanya memanggil dari ujung bawah tangga. Ia agak mengeraskan volume suaranya ketika memanggil para majikannya itu. Sudah biasa pula baginya untuk berteriak-teriak.
Tak lama turunlah Sekar bersama sang suami. Sekar dan Andres sudah tampak rapi, rupanya mereka hendak berangkat bekerja.
"Pagi, Bi Aida," sapa Sekar.
"Pagi, Nya," sahut bi Aida.
Andres pun tak lupa menyapa asisten rumah tangganya itu. Bi Aida sedikit tampak gugup dan salah tingkah, hal itu membuat curiga Sekar dan juga Andres.
Ada apa dengan bi Aida? Mengapa ia tampak gugup dan cemas seperti itu? Ataukah ia masih mengingat kejadian tadi malam yang baru saja ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri?
***
Hai, Readers!
Masih lanjut baca kah?
Makin seru ya?
Semoga kalian suka dengan kisah Dreena & Jarrel ya. Aku tunggu star vote, krisan/review terbaik kalian ya. Boleh beri gift bila berkenan.
Terima kasih & selamat membaca.
Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29