Chereads / Vampire Disease / Chapter 25 - Perdebatan Kecil Antara Sekar dan Dreena

Chapter 25 - Perdebatan Kecil Antara Sekar dan Dreena

"Tenang, Dree! Semua pasti ada jalan keluarnya. Kamu pasti akan sembuh dari penyakitmu itu. Setiap waktu Mama selalu mendoakan untuk kesembuhan dan kesehatan dirimu. Mama juga berharap kamu akan kembali seperti dulu, tidak harus berdiam diri di rumah saja dan tidak harus memiliki kulit sepucat itu lagi. Mama dan papa akan mengusahakan kesembuhanmu, sabarlah," tutur Sekar, menenangkan putrinya yang tampak putus asa.

Usai Sekar berkata demikian, tidak ada ucapan apa pun yang keluar dari bibir Dreena. Mereka berdua saling membisu dan bergeming pada tempatnya. Dreena termenung dengan pikiran frustrasinya, sedang Sekar masih berharap dan memikirkan jika semua yang terjadi di keluarganya adalah mimpi terburuknya. Ia ingin segera terbangun ke dunia nyata, meski sebenarnya ini adalah realita kehidupan yang terjadi di keluarganya.

"Baiklah, untuk masalah ini biar Mama yang akan menjelaskan semuanya pada bi Aida biar dia tidak salah paham atau mungkin takut berada di dekatmu. Mama dapat melihat kalau dia begitu bergidik ngeri saat menceritakan tentangmu tadi pagi." Sekar membuka pembicaraan kembali.

"Terserah Mama saja gimana baiknya. Aku sudah tidak bisa menutupi efek dari penyakit ini. Aku rasa besok-besok akan lebih parah dari tadi malam atau kemarin-kemarin lalu. Aku juga tidak yakin, apa aku bisa sekolah seperti anak-anak normal pada umumnya. Aku yakin, suatu saat mereka teman-temanku akan menjauh bila tahu tentang penyakitku. Semua orang pasti akan takut berdekatan denganku, atau mereka akan mengira aku ini memang bukan manusia, tetapi sesosok vampir yang mengerikan," cicit Dreena putus asa.

Ia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi dengan kehidupannya di masa depan. Besok adalah hari ia harus mencari dan mendaftar ke sekolah baru. Meski ia sudah mendaftar online ke beberapa sekolah akan tetapi, ia harus melihat dulu bagaimana keadaan sekolah barunya nanti. Mungkin ia akan diantar oleh Sekar dan pak sopir besok pagi.

***

"Sudahlah, kamu jangan memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Kalau gitu Mama keluar dulu ya," ujar Sekar, bangkit dari sofa yang ia duduki.

Sekar melangkah ke arah pintu, memutar anak kunci yang menggantung di lubang pintu. Sebab tadi Dreena sempat mengunci pintunya kembali ketika ia dan ibunya masuk ke dalam kamar.

Pintu pun terbuka perlahan, Sekar sempat menoleh ke arah putrinya yang masih bergeming di tempatnya. Bahkan melihat ke arah ibunya pun ia enggan. Dirinya seolah sudah pasrah dengan keadaannya sekarang. Ia sudah nyaris putus asa atau mungkin sudah tidak ingin berada di dunia ini lagi.

Selepas ibundanya keluar dari kamarnya. Dreena pun menghela napas lega. Seakan sedikit bebannya berkurang detik itu juga. Ia sesungguhnya lebih nyaman bila di dalam kamarnya seorang diri daripada harus ada orang lain ataupun ada orang tuanya.

Apalagi ia sudah tahu kedatangan ibunya tadi pasti akan membahas masalah kemarin malam. Seketika itu juga ia merasa membenci dan mengutuk dirinya sendiri. Berharap penyakit terkutuk itu tidak menghampiri hidupnya. Namun, apa daya, semua telah menimpa hidupnya. Tidak ada yang dapat mengelak garis takdir yang telah Allah gariskan kepadanya.

"Besok aku sudah mulai harus mencari dan melihat-lihat sekolah yang baru. Kalau begitu berarti aku ... aku akan ke luar rumah kembali. Gimana dengan kulitku?" batin Dreena bertanya dalam hati.

Ia pun menghela napas lesu. Lalu mencari informasi di laman internet tentang beberapa sekolah yang masuk ke daftarnya. Memang beberapa sekolah sudah ia dan orang tuanya daftar secara online. Sudah ada sekitar 4 sekolah yang menerimanya. Dreena harus memilih 1 di antara 4 sekolah itu.

Oleh sebab itu, ia harus mencari tahu seluk beluk dan segala fasilitas yang tersedia di sekolah-sekolah tersebut. Ia memilih sekolah SMA Negeri yang memang terfavorit se-DKI. Ia harus mencari sekolah yang setidaknya ada jurusan yang ia sukai.

Setelah berapa menit berselancar di laman internet, ia pun akhirnya menemukan sekolah SMA yang cocok sesuai seleranya. Dari lokasi, jurusan mata pelajarannya, sampai ekstrakurikuler sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Aahh, akhirnya nemu juga. Walau sempat bingung, tapi okelah aku pilih ini aja," gumamnya sumringah.

Ia pun mulai mempersiapkan apa saja perlengkapan yang akan dibawa nantinya. Karena masih siang, ia merasakan perutnya yang mulai keroncongan. Sudah waktunya penghuni perutnya ingin sekali diberi sentuhan lezat dari sebuah makanan bercita rasa tinggi. Sudah tidak diragukan lagi kelezatan masakan dari asisten rumah tangga itu.

Dreena pun menuju pintu dan keluar kamar. Sebelum ia mengidap penyakit Porfiria, dirinya masih tinggal di kamar lantai bawah. Namun, atas kemauannya sendiri, Dreena memilih untuk pindah ke kamar atas. Maka dari itu juga Sekar beserta suami pindah ke lantai atas. Sebab mereka takut andaikata terjadi apa-apa yang menimpa putri semata wayang mereka.

Dengan terpaksa kamar di lantai bawah mereka ubah menjadi kamar tamu, meski sangat jarang atau mungkin bisa dikatakan tak ada seorang tamu yang menginap di rumah ini. Kakek dan nenek dari ibunya sudah lama meninggal. Sedang kakek dan nenek dari sang ayah sudah pasti mereka berada di negara Spanyol. Mereka masih hidup, hanya saja memang karena berbeda negara, jadi mereka pun tak pernah lagi berkunjung.

Dreena mempercepat langkahnya menuruni anak tangga. Meski ia malas harus berbolak-balik naik turun jika harus ke lantai bawah. Alasan dirinya memilih untuk tertidur di kamar atas adalah agar ia tidak mudah untuk keluar kamar. Ia memutuskan untuk lebih baik menyendiri di dalam kamar. Sepertinya sejak ia pulang dari rumah sakit keesokan harinya ia sudah meminta untuk pindah ke lantai atas. Ia pikir kedua orang tuanya tidak akan mengikutinya, rupanya ia salah mengira. Sekar dan Andres tetap mengawasi dan mengikutinya.

***

Dreena melangkah ke arah dapur, sesampainya di sana ada bi Aida sedang bebenah area dapur. Ketika Dreena memasuki area dapur, bi Aida sempat menoleh karena merasa ada seseorang yang datang. Sontak nyaris membuat jantungnya nyaris terhenti seketika itu juga.

Bagaimana tidak, ia terkejut sekali ketika mendapati wajah putih pucat Dreena tetiba muncul di depan pintu masuk dapur. Mana suasana rumah sedang sepi dan mungkin bi Aida sedang melamun, maka dari itu ia mudah terperanjat dengan hal apa pun.

Ia menoleh ke arah Dreena seraya membelalakkan kedua bola matanya dan menelan salivanya yang nyaris kering. Ia sangat membutuhkan air putih saat itu juga. "Kenapa, Bi? Kok kayak kaget saat lihat aku?" tegur Dreena, yang membuat bi Aida semakin salah tingkah dan berdegup kencang jantungnya.

"Ahh ... anu, tidak apa-apa kok, Non. Ada yang bisa bi Aida bantu kah?" tawar bi Aida basa basi menahan gugup.

***

Hai, Readers!

Mohon maaf, aku baru sempat update lagi.

Apa kalian masih lanjut baca?

Makin seru ya?

Semoga kalian suka dengan kisah Dreena & Jarrel ya. Aku tunggu star vote, krisan/review terbaik kalian ya. Boleh beri gift bila berkenan.

Terima kasih & selamat membaca.

Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29