Chereads / Vampire Disease / Chapter 20 - Daging Merah Di Lemari Es

Chapter 20 - Daging Merah Di Lemari Es

Bi Mira berlari ke lantai bawah sembari berteriak memanggil sopir dan satpam rumah itu.

"Ada apa, Bi?" tanya pak sopir, yang seketika ikut panik.

"Iya, kenapa, Bi?" tanya pak security kemudian, yang muncul dari belakang pak sopir tadi.

"Aa-anuu ... den Jarrel, pak ...."

Bi Mira tampak panik, hingga ia pun tak sanggup berbicara. Ia tergagap, bicaranya seolah tidak terarah. Mungkin itu, karena dirinya begitu panik dan cemas jikalau terjadi sesuatu kepada tuan muda majikannya.

"Tenang, Bi tenang. Ayo tarik napas dulu dan hembuskan perlahan. Lalu, mulailah berkata dengan tenang, jelaskan apa yang terjadi," ucap pak sopir menenangkan bi Mira.

Bi Mira pun mengikuti intruksi sopir rumah itu. Ia mulai mengatur napasnya perlahan. Menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Kini perasaan hatinya sudah mulai sedikit tenang. Barulah ia dapat menceritakan apa yang terjadi.

"Ii-ituu ... den Jarrel sedari tadi Bi Mira bangunkan, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamarnya. Takutnya dia kenapa-kenapa di dalam kamar, Pak," papar bi Mira.

"Bibi ada kunci duplikatnya? Buka saja pakai itu."

"Tidak punya, pak. Semua kunci dipegang den Jarrel. Aduh, gimana ya?" Bi Mira tampak panik kembali.

Mereka bertiga tampak sedang berpikir, bagaimana caranya bisa membuka pintu kamar Jarrel. Karena mereka juga berpikir, tidak mungkin untuk mendobrak ataupun merusak pintu tuan muda majikannya itu.

"Ayo dong, Pak! Gimana ini?" seru bi Mira.

"Ya sudah, kita ke kamarnya lagi. Siapa tahu tadi dia masih tertidur. Kita harus berpikir positif saja, Bi. Semoga tidak ada kejadian yang aneh-aneh menimpa den Jarrel," tukas security rumah itu.

Baik bi Mira dan sopir rumah itu pun mengangguk tanda setuju. Mereka bertiga melangkah ke arah kamar Jarrel. Bi Mira berharap jika kali ini, tuan muda majikannya mau menyahut dan membukakan pintu.

Mereka sudah sampai di depan pintu kamar Jarrel. Bi Mira kembali mengetuk pintu di hadapannya, sekaligus memanggil-manggil nama Jarrel. Namun, tetap sama tidak ada jawaban apa pun dari dalam kamar. Bahkan sampai sopir dan security rumah ini pun ikut mengetuk dan memanggil nama Jarrel. Tetap tidak ada respon apa pun. Ke mana Jarrel?

"Tuh 'kan tidak ada jawaban atau respon apa-apa dari den Jarrel. Gimana nih, Pak? Kalau tuan dan nyonya menanyakan putranya gimana coba? Aku yang bertanggungjawab untuk menjaganya 'kan?" cemas bi Mira.

"Iya, Bi. Sabar, gimana kita tunggu sampai lewat makan siang deh. Nanti baru kita panggil lagi. Untuk sekarang kita berpikir positif saja. Den Jarrel masih di alam mimpi tertidur dengan sangat lelap." Sopir rumah itu berusaha menenangkan hati bi Mira yang begitu cemas dan khawatir dengan keadaan tuan muda majikannya.

Bi Mira hanya mengangguk pelan, mereka bertiga pun kembali pada tugas dan tanggungjawab masing-masing. Namun, security rumah itu tidak menyadari akan sesuatu yakni, pintu gerbang rumah ini tidak terkunci oleh gembok. Hanya gembok yang menggantung di sana tanpa terkunci.

***

"Ahh, semoga den Jarrel memang benar masih tertidur," gumam security itu, menjatuhkan tubuhnya di atas kursi yang berasa di pos security.

Ia masih belum memeriksa keadaan sekitar. Ia pikir, gembok yang menggantung di pintu gerbang itu masih terkunci. Security itu tidak mengecek kembali keadaan sekitar. Padahal tadi ia baru saja tertidur, tetapi suara teriakan bi Mira mampu mengejutkannya sehingga membuat ia terjaga.

Rupanya ia masih agak mengantuk. Baru duduk sebentar saja sudah ingin kembali ke pulau kapuk. Mungkin saking sepinya rumah ini, membuatnya mudah kantuk.

Ia pun menguap dan tak lama matanya terpejam.

Tidak lama sopir rumah itu berniat untuk memanaskan mobil milik majikannya dan hanya sekedar untuk berkeliling komplek perumahan sebentar saja. Karena sejak Jarrel libur dan lulus dari bangku SMP, sopir itu seminggu 1 - 3 kali untuk menjalankan mobil itu.

Pagi tadi, sopir itu sebenarnya sudah memanaskan mobil milik majikannya. Hanya saja ia harus mengecek keselurahan keadaan mobil itu, dengan cara membawanya berkeliling komplek perumahan berapa minggu sekali.

Tinn!

Suara klason mobil mengejutkan security yang sedang tertidur itu. Memang kebiasaan baginya seperti itu, mungkin karena tuan dan nyonya majikannya selalu tidak berada di rumah. Sehingga membuatnya sedikit bebas dalam menjaga rumah ini. Buktinya seperti pagi ini, ia kecolongan dan tidak menyadari jikalau tuan muda majikannya telah kabur dari rumah itu.

"Astaghfirullah!" serunya terkejut.

Ia pun bergegas bangun dan menghampiri mobil yang dikemudikan sopir pribadi yang memang dikhususkan untuk mengantar Jarrel ke mana pun tuan muda majikan itu mau pergi. Sekali lagi, itu semua harus dalam pengawasan sopir pribadi.

"Iya, Pak sebentar!" teriak security itu.

"Cepat dong! Kebiasaan nih molor terus. Kalau ada tuan dan nyonya 'kan tidak enak," tegur sopir itu, yang berada di depan kemudi.

"Iya, Pak maaf-maaf. Aku cuma ketiduran bentar saja kok. Ini aku bukakan pintu gerbangnya, sebentar ya," ucapnya seraya berlari ke arah pintu gerbang yang terkunci oleh gembok.

Security itu tak lupa membawa anak kunci yang tergantung di dinding belakang kursinya untuk membukakan gembok yang menggantung di pintu gerbang itu.

Baru saja ia akan membuka gembok yang terkunci itu, tiba-tiba saja ia terperanjat melihat posisi gembok yang hanya menggantung saja pada tempatnya tanpa terkunci sama sekali.

***

Kembali ke Dreena yang malam itu begitu sangat kelaparan. Entah mengapa ia begitu tergoda dan tertarik bahkan berselera itu memakan daging merah segar yang terdapat pada freezer lemari es di dapurnya.

Dreena membuka wadah transparan berukuran medium, membuka penutupnya segera. Ia mendekatkan hidungnya ke arah wadah berisikan daging sapi mentah yang masih merah dan segar. Sepertinya baru tadi siang atau pagi bi Aida membelinya di pasar.

Ia pun mengendus-endus aroma daging mentah itu dengan hidungnya. "Ahh ... ini baru lezat," gumamnya menelan saliva.

Ia pun melangkah ke meja makan yang terdapat di dapur itu. Dengan segera, Dreena pun menyantap satu per satu daging mentah yang memang sudah diiris kecil-kecil oleh bi Aida.

"Ahh, ini enak sekali. Sangat lezat dan membuat selera makanku bertambah." Dreena menyantap daging sapi mentah itu dengan sangat lahap, sampai ia tidak menyadari jika ada sepasang mata terperanjat menyaksikan aksinya.

Siapa orang itu?

Apakah ibunya atau ayahnya kah?

Siapa sepasang mata yang harus rela menyaksikan pemandangan tidak terduga nyaris begitu aneh itu?

***

Hai, Readers!

Masih lanjut baca kah?

Makin seru ya?

Semoga kalian suka dengan kisah Dreena & Jarrel ya. Aku tunggu star vote, krisan/review terbaik kalian ya. Boleh beri gift bila berkenan.

Terima kasih & selamat membaca.

Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29