Chereads / The Devil's Revenge / Chapter 30 - Vile

Chapter 30 - Vile

Perspektif seorang Regan untuk mengeluarkannya dari rumah ini, yaitu membawanya ke lantai dua atau tepatnya di pinggiran balkon yang di bawahnya terdapat kolam renang yang sangat jernih namun terlihat sangat dalam. Tanpa sadar Rachelia bergidik ngeri.

"Apa maksudmu, Regan?!"

"Tentu saja mengeluarkanmu dari tempat ini seperti yang kau inginkan!" jawab Regan dengan tenang.

"Lalu? Kenapa kau membawaku ke tempat ini?" tanya Rachelia masih belum mengerti dengan isi pikiran Regan kali ini.

"Ayo, Rachelia! Lompat sekarang juga!" Perintah Regan tanpa belas kasihan.

Rachelia tercengang mendengar perintah pria gila di depannya itu. "Apa maksudmu, Regan?"

Regan maju mencengkeram lengan Rachelia, lebih mendorongnya mendekati balkon. "Sekarang, Rachelia!"

Rachelia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau gila!"

Regan berdecak. "Kenapa? Kau tidak mau, baiklah biar Jeane yang menggantikanmu."

Regan berbalik menarik Jeane yang ternyata sudah ada di antara mereka. Bukankah wanita itu sudah pamit pulang, tetapi kenapa dia masih berada di sini. Dan beberapa pelayan yang seharusnya juga sudah pulang kini berada di sekitar mereka. Raut wajah mereka terlihat menyimpan sebuah ketakutan dan kengerian yang besar.

"Kau lihat Rachel, Jeane yang akan menggantikanmu untuk lompat. Ayo Jeane, sekarang!"

Jeane sudah menggigil ketakutan, namun tetap mengikuti perintah Regan. Rachelia bahkan bergidik ngeri melihat ketinggian belum lagi kolam itu terlihat sangat dalam. Air mata Jeane terus berderai, membuat Rachelia seketika kasihan melihatnya. Ini salahnya, dan ia tidak mau Jeane yang sudah baik kepadanya harus menanggung hukuman dari Regan.

"Kau lihat Rachel? Wanita di depanmu ini yang akan menjadi korban kekeras kepalaanmu!" Regan lalu mulai mendorong wanita itu.

Sebelum Regan berhasil mendorong Jeane. Rachelia berteriak kencang. Mencengkeram lengan Regan, mencegahnya mendorong Jeane yang sudah dianggapnya keluarga sendiri selama berada di rumah ini.

"Jangan! Jangan! Aku yang salah, aku yang bersalah di sini, bukan dia. Biar aku yang melakukannya," teriak Rachelia panik.

Regan tersenyum sinis. "Setiap kau mencoba melarikan diri, aku bersumpah akan ada nyawa yang berkorban untukmu. Perbuatan nekat dan pembangkangmu akan membuat satu nyawa melayang!"

"Iya, Regan. Aku yang salah. Aku mohon lepaskan Jeane, biar aku yang melakukannya."

Regan terdiam mematung, masih menatap Rachelia dengan tatapan sedingin es.

"Jadi kau mengaku salah? Dan tidak akan lagi membangkan perkataanku, apa lagi berniat kabur dari sini?" tanya Regan lalu perlahan melepaskan cekalannya dari lengan Jeane, lalu mendorongnya menjauh.

"Bersyukurlah kali ini Jeane. Tetapi bersiaplah jika wanita sialan ini kembali berbuat ulah, maka kau yang akan mendapat imbasnya," ancam Regan.

"Iya, Tuan Regan," jawab Jeane dengan cicitan yang penuh ketakutan.

Rachelia merasa lega luar biasa karena Regan tidak jadi melampiaskan semuanya ke Jeane. Namun, ia kembali merasa ketakutan saat tatapan Regan kembali terarah kepadanya.

"Baiklah, Rachelia. Ayo lompat sekarang! ini adalah hukuman karena beraninya berniat kabur dariku!"

"Aku hanya ingin keluar dari tempat ini, Regan!" teriak Rachelia marah, frustasi karena Regan menggunakan ancaman licik untuk mencegahnya melarikan diri.

"Kau milikku! Kita sudah menikah kalau kau tidak lupa. Sejak dulu kau hanya milikku sampai aku berbaik hati untuk membunuhmu."

"Ayo lompat sekarang!" teriak Regan kembali.

"Kau gila, Regan! Kau tahu Valerie pasti membenci dirimu yang sekarang. Kau berkoar-koar bahwa apa yang kau lakukan saat ini hanya balas dendam untuk kematian Valerie, tapi apakah adikmu itu pernah memintamu untuk balas dendam, tidak 'kan?"

"Bahkan kalau Valerie masih hidup pasti dia akan membenci dirimu yang sekarang. Balas dendam kepada wanita lemah yang bahkan tidak bisa melawanmu, dan parahnya lagi wanita itu tidak tahu apa sebenarnya kesalahannya sampai harus menanggung dendam sialanmu itu," lanjut Rachelia kembali dengan nada berapi-api.

Rachelia terengah-engah saat mengatakannya, ini adalah kesempatannya untuk melampiaskan segalanya, bahwa apa yang dilakukan oleh Regan adalah sebuah kesalahan.

"Tutup mulut sialanmu itu!" Regan mulai membentaknya. Giginya bergemeletuk menandakan kalau ia sangat marah mendengar kalimat Rachelia.

"Tidak, Regan. Kali ini kau harus mendengarku. Selama ini akulah yang selalu mendengarmu, takut akan ancamanmu. Tetapi sekarang giliranmu yang harus mendengarku."

Di depannya Regan masih menatapnya dengan tajam, rahangnya mengeras menandakan kalau ia sangat marah saat ini. Tetapi Rachelia harus meluruskan segalanya, menyadarkan kalau perbuatan Regan selama ini salah.

"Apakah kau tidak sadar, kalau perlakuan itu yang membuat Valerie mencari kesenangan di luar sana. Apakah kau tahu, dia kesepian karena terus ditinggal olehmu. Oleh satu-satunya keluarga untuknya. Sebenarnya kaulah yang membuat Valerie seperti itu hingga memilih mengakhiri hidupnya."

"Stop! Aku bilang berhenti mengucapkan nama adikmu dengan mulut menjijikkan kamu itu!"

"Valerie mendapatkannya dari Mike, Regan. Bersamanya dia terlindungi dan merasa berbahagia. Kaulah Regan, kau yang membuatnya mencari kesenangan di luar sana. Kau terlalu sibuk dan tidak memperdulikannya. Apakah kau sadar kalau sampai kematiannya dia masih saja kesepian karena dirimu yang terlalu sibuk?"

Perkataan Rachelia terhenti karena tamparan keras di pipinya. Regan-lah yang menamparnya, mengakibatkan ujung bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Jalang sialan! Jangan sok tahu. Dia sama sekali tidak mendapatkan kebahagian dari Mike, justru pria itu yang menyakitinya setelah menikmatinya. Dan kau! Kau juga ikut andil dari semua ini, membantu Mike dan membuat Valerie memilih mengakhiri hidupnya." Dengan kasar Regan mendesak tubuh Rachelia sampai benar-benar ke ujung balkon. Membuat tubuhnya terbungkuk ke bawah sementara tangannya dikekang dari belakang oleh Regan.

"Jangan memutar fakta seolah-olah aku yang membuat Valerie mengakhiri hidupnya. Aku tahu Valerie, dia adikku dan selama ini dia mengerti dengan kesibukanku. Tetapi semua itu bermula setelah dia mengenal Mike. Kau dan kakakmu itu adalah pembunuh keji. Kau pantas menyusul Mike dan terbakar ke neraka bersamanya." Dengan kejam Regan menyumpahinya, tanpa perduli dengan ketakutan Rachelia yang semakin didesak ke pinggiran balkon.

Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Rachelia masih bisa mengeluarkan cicitannya. "Kau mengataiku pembunuh. Lalu kau itu apa? Kau tidak ada ubahnya dari seorang pembunuh. Pemerkosa keji seperti dirimu tidak pantas hidup," teriak Rachelia.

"Perempuan jalang!" Regan benar-benar mendorongnya sampai ke ujung. "Ada kata-kata terakhir?"

Rachelia memalingkan kepalanya sehingga tatapan matanya bertemu dengan bola mata Regan yang menggelap oleh amarah. "Aku membencimu! Dan sampai kapan pun akan selalu begitu, Regan."

Lalu, setelah itu tubuh Rachelia terlempar. Melayang di udara kemudian meluncur ke dalam kolam renang yang dalam itu. Terbanting menembus permukaan kolam, lalu tenggelam. Rachelia memejamkan matanya, tidak berusaha menyelamatkan diri. Entah berapa banyak air kolam ditelannya. Napasnya terasa sesak dan paru-parunya seakan mau pecah.

Oh Tuhan! Aku akan mati.

Apa ini adalah akhir hidupnya?

Ketika Rachelia sudah sampai di titik akan kehilangan kesadaran, terdengar ceburan lain yang tak kalah kerasnya. Disusul sebuah lengan kekar merengkuh dan mengangkat tubuh lemahnya dan membawa ke permukaan. Tubuh lemas Rachelia dibaringkan di lantai pinggiran kolam, lalu dia merasakan dadanya ditekan dengan ahli hingga merasakan aliran air yang tertelan keluar.

Rachelia memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri.

Siapakah penolongnya? Apakah dia memang belum diizinkan mati sekarang?

Di saat kegelapan semakin menyelimutinya, ia masih bisa melihat Regan memberinya napas. Perlahan suara keras Regan mengalung, suara terakhir sebelum kegelapan mengambil alih tubuhnya.

"Cepat panggil dokter!"

Itu jelas suara Regan. Apakah Regan yang menyelamatkannya?

Lagipula ... kenapa lelaki itu menyelamatkannya?

****

Regan keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai.

Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Andreas berdiri di sana dan terlihat tampak khawatir melihatnya.

"Bagaimana dia?" tanya Regan dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan. Anda sendiri bagaimana, Tuan Regan? Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu ...."

Regan melirik pada Andreas dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah. "Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?"

Regan membalikkan tubuhnya dan menatap Andreas dengan mata menyala. "Karena aku memutuskan belum saatnya dia mati." Mata biru Regan bagaikan bersinar di dalam kegelapan.