Chereads / Kinara: Love Me Please, Jayden. / Chapter 9 - Fitting Baju Pengantin

Chapter 9 - Fitting Baju Pengantin

Boutique W&M Kota X

Butik dengan nama W&M ini adalah salah salah satu butik ternama yang dipercaya oleh keluarga Gwentama. Tentunya untuk membuat gaun pernikah keturunan mereka, yang akan menikah bulan depan dengan calon mempelai pilihan dan atas kehendak sang penerus sendiri.

Kinara bersama Tari, sedang mencoba beberapa gaun pesanan dari nyonya Gwentama atau juga ibu dari calon suami Kinara, tapi sayang Tari tidak cukup puas dan masih mencari gaun yang lainnya.

Kinara sendiri tidak menyangka akan secepat ini hari fitting baju pengantinnya datang. Padahal, ia baru saja memulai aktivitas kantornya, beberapa hari yang lalu. Tapi, ia sekarang harus menjalani hal, yang membuatnya merasa bagai dipenjara dengan sangkar emasnya.

Waktu itu, tepatnya saat ia pulang dari interview lanjutan. Ia berpikir baik dan buruknya, jika ia menerima pekerjaan ini. Tapi, saat ia merasa jika ini adalah yang terbaik maka ia pun memutuskan untuk bekerja walaupun ia sudah menikah nantinya.

Ia hanya berharap calon suaminya nanti akan menerima keputusannya yang memilih bekerja, alih-alih mengurus atau pun menantinya pulang dari kantor.

"Nyonya, bagaimana dengan yang ini?" tanya salah satu pegawai butik, kepada Tari saat ia sedang melihat katalog di meja, yang di sediakan oleh butik.

"Lumayan, tapi saya mau yang lebih mewah. Pernikahan keluarga Gwentama pasti sangat meriah, sudah pasti gaun untuk mempelainya juga harus mewah," sahut Tari dengan nada sombong, tapi untungnya si pegawai tidak terlalu memperdulikan.

"Baik, kami ak-

"Tidak bisakah pemilik butik yang melayani kami?" sela Tari saat si pegawai hendak menjelaskan.

"Nona Wijaya sedang sibuk dengan urus-

"Kami dari keluarga kaya, apa tidak bisa meski hanya mendengarkan permintaan kami."

Kinara hanya bisa diam dengan wajah menahan malu ketika sang mama kesal, saat pilihan gaun yang menurutnya bagus tapi tidak untuk seorang Tari. Ia menoleh kiri dan kanan, saat mendengar bisik-bisik dengan mata melihat ke mereka berdua saat ini.

"Mah, sudah. Mungki-

"Diam kamu, hih! Kamu ya tentu saja menerima begitu saja, selera kamu kan memang seperti itu, kampungan. Jadi, kamu diam saja deh," tandas Tari dengan nada kesal luar biasa.

Astaga!

Kinara hanya mampu mengusap dadanya, berusaha sabar atas kelakuan dan sikap sang Mama. Ia pun memasang senyum minta maaf, kepada si pegawai yang juga balas senyum ke arahnya.

"Mah, bisa kita pilih yang ada saja. Nara sudah harus kembali ke kantor," gumam Kinara pelan, menyerupai bisikan sehingga hanya sang sama yang mendengarnya.

"Ck .. Terserah kamu lah," dengkus Tari kesal, lalu setelahnya meninggalkan Kinara yang hanya mampu melihatnya dengan gelengan kepala.

Tari pun larut dalam pemilihan gaun yang seharusnya dipakai oleh anak kesayanganya, justru dipakai oleh anak dari istri kedua suaminya.

"Andai kamu menikah dengan orang biasa, aku akan dengan senang hati memberikan gaun biasa untukmu, Kinara,"

Di depan Tari saat ini ada gaun yang menurutnya cocok, tentunya mewah dengan segala pernak-perniknya.

"Sepertinya ini cocok," monolognya, kemudian memanggil pegawai dan meminta agar mereka menyocokkan dengan ukuran tubuh Kinara.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan oleh sang mama, Kinara pun kembali ke kantornya. Ia melewatkan jadwal makan siang yang seharusnya ia habiskan dengan menikmati santap siang bersama teman barunya.

Kinara menaiki kendaraan umum di saat sang mama menaiki kendaraan pribadinya. Karena rata-rata teman sekantornya tahu, jika ia hanyalah Kinara Mariska, tanpa embel-embel Winandar di belakang namanya.

"Huft.... Semoga saja ini keputusan yang benar," gumamnya sambil melangkahkan kaki, menuju lift yang akan mengantarnya ke ruangan tempatnya bekerja.

Ting!

"Ah! Selamat siang, Pak!" seru Kinara kaget, karena saat ia ingin memasuki lift ternyata di dalamnya ada pria yang kemarin menerimanya bekerja, tapi tidak sendiri melainkan dengan pria lain yang tidak asing di penglihatannya.

"Selamat siang, Kinara. Kamu baru kembali istirahat?" tanya si pria yang adalah Sage dengan ramah, sedangkan seorang pria lainnya berdiri menjulang di sampingnya hanya diam dengan tatapan datar.

"Benar Pak Sage, saya baru saja selesai beristirahat," balas Kinara apa adanya. Ia sama sekali tidak menoleh ke arah pria satunya, yang menantapnya dengan sorot mata penasaran.

Bukankah, dia ini yang kemarin itu, batin si pria dengan alis terangkat penasaran.

"Jadi kamu-

Tidak tahan dengan obrolan akrab kedua orang di depannya, si pria yang hanya diam saja itu pun berdehem, menyela dengan dingin apa yang akan di katakan oleh asisten kepercayaannya.

Ehem!

Keduanya pun menoleh ke asal suara dengan Kinara yang menunduk, tidak ingin melihat wajah seorang pria yang pernah bertabrakan dengannya.

"Sebaiknya kalian, jika ingin bebas berbincang dan berakrab ria nanti saja. Jangan sekarang, karena sekarang adalah waktu untuk kalian berdua bekerja. Paham?" tanyanya dingin.

Sage atau juga asisten sekaligus sahabat dari si pria di sebelahnya melihat si pria dengan ekspresi tidak terbaca. Biasanya ya, mau bagaimana pun ia berbicara dengan seorang karyawan, terlebih perempuan Bosnya ini tidak akan protes. Tapi lihat sekarang, kenapa bos sekaligus sahabatnya ini menampilkan ekspresi seperti itu.

Namun, karena tidak ingin membuat masalah, terlebih untuk karyawan baru di sebelahnya, Sage pun menjawab dengan nada santai kepada Bos sekaligus sahabatnya yang selalu bersikap kaku.

"Maaf, Bos. Sepertinya aku yang terlalu lupa diri di sini."

Si pria yang belum di ketahui namanya ini hanya mendengkus, saat mendengar permintaan maaf santai dari asistennya. "Hn. Kita harus segera pergi," gumam dan ujar si pria dengan nada datarnya.

"Oke," sahut Sage, kemudian ia menghadap ke arah Kinara yang hanya mampu diam saat keduanya sedang berbicara. "Nah.... Kinara, aku pergi dengan Pak Bos besar dulu yah. Semangat bekerja, oke?" lanjutnya sambil melihat dengan sorot mata yang Kinara tidak mengerti, tapi sayangnya itu cukup jelas di mata si pria yang lainnya.

Si Ge, suka dengan perempuan ini? Masa sih? batin si pria bertanya dengan rasa penasarannya.

"Tentu Pak, Bapak juga semangat bekerja."

Sage tentu saja senang dengan balasan bernada lembut untuknya dari Kinara. Ia bahkan tersenyum lebar, senyum yang membuat si pria satunya tidak suka, saat si perempuan dengan nama yang didengarnya Kinara balas dengan senyum tipis dan kalem, tapi sialnya tampak menawan.

Ck..... Apa yang aku pikirkan, dia tidak ada apa-apanya dengan calon istriku, batin si pria menampik, saat dirinya pun hampir mengakui jika senyum seorang Kinara mampu membuat separuh hatinya bergetar.

"Ya sudah, kami berangkat dulu. Sampai jumpa nanti, Kinara."

Dengan begitu Sage dan seorang pria yang belum diketahui namanya ini pun pergi, meninggalkan Kinara yang kembali menekan tombol buka pada lift saat pintunya tertutup kembali.

Ting!

Sedangkan si pria ini sempat berpikir, saat ia merasa familiar dengan mata dan tatapan dari seorang perempuan bernama Kinara, yang sudah beberapa kali ini bertemu, namun selalu diawali dengan kejadian tidak mengenakan.

Aku seperti kenal dengan tatapan mata itu, tapi siapa ya? batinnya kemudian menggelengkan kepala, mengenyahkan segala pemikiran tidak pentingnya.

Dan itu membuat Sage yang sedang menyetir di kursi kemudi melihatnya dengan penasaran. "Ada apa, Jay?" tanyanya dengan formal saat tidak ada siapapun di sekitarnya, membuat seorang pria dengan sebutan Jay di belakangnya melihat ke arah depan, tepatnya ke arah si penannya, Sage.

"Hn, tidak ada apa-apa," balasnya, kemudian mereka pun larut dalam kehening di perjalanan menuju kantor milik partner bisnis mereka.

Bersambung.