Chereads / AKARSHA / Chapter 22 - 22. Masa Orientasi Siswa

Chapter 22 - 22. Masa Orientasi Siswa

Hari baru, cerita baru.

Masa Orientasi Siswa atau MOS adalah salah satu kegiatan yang juga Arsha tunggu-tunggu untuk masa remajanya, banyak yang bilang bahwa kegiatan ini lebih menyenangkan daripada outbound walaupun agak sedikit lebih membosankan karena akan ada lebih banyak materi yang mereka terima dari beberapa perwakilan guru nantinya. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Arsha tidak perlu kelelahan seperti tiga hari sebelumnya.

Baju berwarna putih yang dipadukan dengan sebuah rok hitam, juga nametag yang selalu menggantung di leher. Tidak ada topi berbentuk kerucut ataupun pita warna-wanrni, sebab Bakti Nugia memang tidak lagi memakai peraturan seperti itu sebagai kegiatan MOS mereka. Hanya cukup seragam yang dikenakan dengan rapi serta tanda pengenal, itu sudah cukup. Para peserta outbound sudah cukup merasakan banyak pengalaman unik ketika outbound, maka dari itu MOS tidak lagi diberlakukan hal-hal yang hanya akan membuat pusing mereka saja.

Arsha beserta semua siswa dan siswi lainnya sudah berkumpul di lapangan sejak tadi, mereka sedang mendengarkan sambutan awal serta beberapa peraturan yang sedang diberikan oleh wakil ketua OSIS sementara di depan sana, yang juga merupakan ketua pelaksana untuk MOS saat ini, namanya Kelana Kinanti atau yang akrab disapa sebagai Kak Lana. Kelompok mereka tidak berubah, hanya saja ada gabungan dengan kelompok dari laki-laki dan untuk saat ini Tulip digabungkan dengan kelompok Hiu, dan ternyata penggabungan ini yang juga nantinya akan menjadi satu kelas di kelas sepuluh.

Sebelum outbound berlangsung, pembagian kelompok memang hanya terbagi dari perempuan dan laki-laki yang dipisah antar masing-masing kelas, bukannya mengambil nama atau membagi nama secara random.

Tapi jujur saja, Arsha bersyukur karena mereka tidak digabungkan dengan kelompok Nemo. Karena jika digabungkan, Arsha sudah tidak tau lagi apakah masa kelas sepuluhnya akan berjalan dengan tenang atau tidak, sebab akan ada Zakiel di dalam sana.

Sekarang Arsha dan juga anak-anak lain sedang bergegas memasuki ruang kelas masing-masing setelah Bian selesai memberi arahan untuk mereka, ada total enam kelas dalam dua lantai, dan kelas Arsha berada di lantai 1 paling ujung kanan di dekat tangga. Ketika Arsha memasuki kelasnya, hal pertama yang gadis itu temukan adalah cengiran lebar milik Zidan yang entah mengapa terlihat menyebalkan di matanya.

"Akarsha?"

"Panggil Arsha aja, jangan Akarsha," koreksi Arsha, dia memang lebih suka dipanggil dengan nama singkat daripada nama panjangnya, karena terdengar aneh jika orang-orang memanggilnya dengan Akarsha, hitung-hitung agar tidak pemborosan huruf.

"Dan ... gue mau duduk, lo bisa minggir dulu nggak?" Arsha meringis ketika mengucapkan itu, merasa tidak enak hati juga dengan Zidan yang sudah dia usir secara perlahan. Tapi saat ini Zidan memang sedang berdiri dibarisan tempat duduk Arsha, jadi secara tak langsung telah menghalangi jalannya.

"Maaf, maaf, Sha." Zidan nyengir lebar dan langsung memberi jalan, laki-laki itu juga duduk di kursinya yang berada paling depan namun di ujung kiri.

Tepat ketika Zidan duduk di tempatnya, dua orang Kakak Kelas memasuki ruangan mereka. Arsha sedikit kaget ketika melihat wajah dua senior di hadapannya, ada satu laki-laki dan satu lainnya perempuan. Namun, yang menjadi fokus Arsha saat ini adalah si laki-laki, yang mana telah lebih dulu Arsha lihat kemarin.

Kakak rompi merah kemarin.

"Perkenalkan saya Adyatma Akas Ar-Rasyid bisa kalian panggil Akas, dan teman saya yang pasti udah kalian kenal karena tadi udah ngomong di depan namanya Kelana Kinanti bisa kalian panggil Lana. Kami berdua akan menjadi Kakak Pembimbing MOS kalian selama tiga hari ke depan." Akas tersenyum setelah selesai memperkenalkan diri, kemudian menyapu pandangannya untuk melihat satu-persatu wajah adik kelas yang akan dia bimbing, namun senyumnya malah kian lebar tertarik begitu manik matanya bertemu dengan manik mata milik Arsha.

"Kamu!" Tunjuk Akas ke arah Arsha. "Kok hari ini lebih cantik daripada yang kemarin sih?"

Arsha langsung cepat menunduk begitu sorakan teman-temannya terdengar menggema heboh, melantunkan kata cie secara bersama-sama seolah kejadian ini merupakan hal yang amat menarik.

Haduh, tolonglah. Padahal Arsha ingin sekali masa remajanya dilingkupi dengan rasa tenang dan damai. Namun, jika dia bertemu dengan laki-laki seperti ini apakah bisa Arsha mendapatkan keinginannya itu?

*

"Dari Zakiel, terus ke Kak Bian, abis itu masih ada Kak Cakra dan sekarang malah Kak Akas. Gila! Cantiknya lo tuh memang kebangetan sih, Sha. Jadi gue nggak heran lagi kalo yang naksir sama lo udah segitu banyak!" seru Tara begitu heboh.

Arsha cemberut mendengarnya, ingin menghentikan obrolan ini namun rasanya akan percuma karena teman-temannya ini sulit sekali untuk dihentikan. Tara sendiri adalah satu satu anggota dalam kelompok Tulip yang memang sejak kepulangan dari outbound jadi dekat dengannya dan juga Tirani, mereka sekarang lebih sering bertiga kalau kemana-mana, bukan membentuk sebuah geng perkumpulan juga sih, hanya saja ini terjadi secara alamiah dan Arsha sendiri tidak akan merasa terganggu jika memang ada gadis-gadis lain yang ingin berteman dengannya.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di salah satu meja kantin karena istirahat. Arsha sendiri sudah merasa gerah karena kedua temannya itu tidak bisa berhenti membahas apa yang sudah terjadi di kelas tadi. Kalau dari yang mereka lihat mungkin Arsha kelihatan seperti biasa-biasa saja setelah Akas ngegombalin di hari pertama MOS mereka dan di depan seluruh teman-temannya, tapi mereka nggak tau kalo sebenarnya Arsha mati-matian menahan risih dan dia sebenarnya tidak suka diperlakukan seperti itu. Namun anehnya ada sebagian kecil dari hatinya yang justru merasa deg-degan setengah mati karena laki-laki itu.

Kak Akas itu kayak Zakiel tapi versi lebih gantengnya.

Soalnya mereka sama-sama suka gombalin Arsha nggak tau tempat dan juga nggak tau situasi.

"Tapi kalo gue perhatiin, Arsha tuh kayaknya suka sama Kak Cakra deh," ujar Tirani secara tiba-tiba.

Arsha tersedak air putih yang baru saja dia teguk. "Hah?! Apaan deh Tir, lo jangan buat gosip yang aneh-aneh!" Gadis itu langsung menjawab dengan cepat, bisa-bisanya malah bawa-bawa Kak Cakra di tengah-tengah obrolan aneh ini.

Tapi ngomong-ngomong soal Cakra ... Arsha sebenernya jadi kepikiran. Soalnya sedari pagi dia sama sekali tidak menemukan keberadaan kakak kelasnya yang satu itu, bahkan sampai sekarang di jam istirahat kedua pun batang hidungnya tak tampak di manapun, apa kemungkinan laki-laki itu tidak datang ke sekolah? Tapi, Arsha masih melihat beberapa kakak kelas yang masih menjadi panitia outbound kok, contohnya Kak Bian dan juga Kak Haki.

Daripada penasaran, lebih baik Arsha utarakan sebuah pertanyaan.

"Eh, memannya kalo udah jadi panitia outbound enggak boleh jadi panitia MOS lagi, ya?" tanya Arsha.

Tara menangguk, membenarkan pertanyaan Arsha. "Enggak boleh. Soalnya Kak Gerald juga dulu jadi panitia outbound terus enggak bisa jadi panitia MOS lagi, itu sih yang dia ceritain ke gue waktu itu." Gerald, si ketua OSIS saat ini memang Kakak kandung dari Tara, Gerald juga yang menyuruh Tara untuk masuk ke sekolah yang sama, kalo kata Tara sih biar kakaknya itu bisa lebih mudah mengawasi kalo Tara sampai berbuat macam-macam.

Padahal kalau dipikir-pikir sekarang juga angkatan Kak Gerald sedang sibuk-sibuknya untuk menghadapi ujian yang ada, jadi bagaimana bisa dia mengawasi Tara?

"Masuk yuk, bentar lagi udah mau bel." Arsha dan Tara segera mengangguk menanggapi ucapan Tirani barusan.

Di perjalanan menuju ruang kelas, mereka sempat melewati sanggar, Arsha melirik ke arah ruang itu untuk menemukan keberadaan Cakra, namun nihil, dia hanya menemukan sepatu-sepatu yang tidak tertata rapi dengan pintu yang tertutup rapat, sepertinya ada banyak anak OSIS yang sedang istirahat di sana.

Dan lagi, mungkin saja Cakra memang tidak datang ke sekolah hari ini.