Kulangkahkan langkahku menuju sungai yang berada di samping Pesantren. Tempat dulu kami sering bermain disana. Ku lihat Kang Ali sedang merangkai bunga padi.
Ya Allah, itu hal yang sepele dan aku tak memintanya. Tapi Ia rela tersengat sinar matahari yang sedang terang-terangnya di atas sana.
Beberapa saat kemudian Ia mengetahui keberadaanku dan menghampiriku.
"Ning Kayla, kok teng mriki?
"Kang, , kenapa Kang Ali ndamel niku (membuat itu)? Kayla mboten nyuwun (tidak minta),"
"Nggih, karena Kang Ali sayang kalih Ning Kayla,"
Jawaban itu seperti merasuk ke dalam jiwaku. Tapi kenapa Kang? Kenapa Kang Ali tak memperjuangkan perasaan Kang Ali? Kayla menunggu disini.
Menunggu seorang Kang Ali mengkhitbahnya bukan khitbah orang lain. Sontak Kang Ali memakaikan rangkaian mahkota tersebut ke atas kepalaku dan jatuhlah air mataku.
Yang Ia suguhkan saat ini adalah senyuman yang sepertinya terpaksa Ia tampakkan agar matanya yang berkaca-kaca tak menjatuhkan rintikan air mata.
"Mpun, ampun nangis (sudah jangan nangis)," ucapnya sambil mengusap air mataku.
Kang Ali, ada dua orang laki-laki yang bisa menyentuhku di dunia ini dan itu hanya Abah dan Kang Ali. Ya Allah, kuharap yang dihadapanku ini adalah imam didunia dan akhiratku bagaimanapun skenario-Mu, satukanlah kami dengan takdir yang tak kami sangka.
πΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈ
POV (Kang Ali)
Aku melihat rintikan air mata denga penuh kepasrahan di wajah Kayla.
"Kang,"
"Dalem,"
"Suwun (terimakasih)"
"Nggih sami-sami," ucapku padanya.
"Ning Kayla sampun sehat?"
"Agak mendingan Kang."
"Tapi pucet niku tasikan."
"Ndak apa-apa Kang."
Alhamdulillah, Kayla sudah mau berbicara denganku. Kulihat wajahnya masih pucat. Beban perasaan yang Ia tanggung dapat membuat goyah kesehatannya. Maafkan Kang Ali ya Nduk.
Sungguh melihat keadaanmu seperti ini tak pernah Kang Ali inginkan. Kang Ali ingin Kayla kembali ceria.
Seorang Ning yang dilihat kehidupannya serba mudah di kalangn masyarakat sana tak mengetahui problematika yang ada dalam keluarga Ndalem.
Hubungan antar saudara sendiri kadang menjadi hal yang tak biasa terjadi di Pesantren pada umunya. Seperti kisahku dan Putri kecil Kyai Ja'far ini.
Sedih melihatnya harus merelakan perasaannya untuk orang yang tak dicintai. Nikah itu ibadah yang paling panjang sampai mata ini menutup mata. Perlu kematangan dan keikhlasan untuk saling menerima satu sama lain.
Tapi Kayla hanya anak Kyai yang penurut. Ia tak bisa menolak amanat Abahnya dan imbasnya ke hubungan kami.
"Ning, mlebet malih nggih (masuk malih nggih), sampean tasik sakit lo."
"Mboten Kang."
"Nggih Mpun,"
Tiba-tiba langkahnya menyebrangi sungai dan hampir saja Ia terpeleset. Aku tak tau jika saat ini tangaku tak meraih tangannya. Pandangan mata kami menyatu lagi.
Ia pun melanjutkan langkahnya ke Gubuk semasa kami kecil dulu. Nampaknya Kayla ingin mengulang masa-masa indah dulu.
Kulihat gadis kecil yang sekarang menjadi dewasa yang masih setia dengan pakaian khas santri duduk disana anggun dengan jilbab birunya.
Oh Adik berjilbab biru
Duduk manis malu malu
Dapat salam dari ayah ibu
Tahun depan jadi menantu
Kulihat Ia tersenyum dengan malu. Semburat merah di pipinya terlihat jelas di depanku.
Oh adik berjilbab biru
Nampak tersenyum terpaku malu
Ada apa dengan diriku.
Apa salah dengan sarungku?
"ha..ha..ha.." suara itu terasa menggelitiki diriku. Akhirnya Ia bisa tertawa dengan syair celotehanku.
"Kok sarung sih Kang?"
"La dari tadi sampean mandang sarungku."
"Ndak ya."
"Hehehe."
"GR Lek Ali."
"Ben (biarin) GR gratis kok,"
Bahagia melihatnya bisa tertawa tanpa beban seperti itu.
"Kang Ali gadah syi'iran niki (punya syi'iran ini), suwi to mboten syi'iran, (lama tidak syi'iran)."
"Nggih Lek."
"Judule Padang Bulan."
"Niku kan kathah versinipun (itu kan banyak versninya)"
"Nggih, ngagem (pakai) versinipun Habib Syech mawon (saja)"
"Coba Kayla langgamno (lagukan), Kang Ali sing mengartikan."
"Nggih Kang."
Padang bulan, padange koyo rino
Pada bait yang pertama dalam syair ini tidak ada hubungannya pada waktu siang dan malam seperti apa yang tertulis pada syair. Namun membicarakan tentang hidup dan mati, kata Rino pada syair ini atau yang artinya siang hari kiaskan sebagai kehidupan dunia.
"Oh dalem kinten niku Padang bulan, bulane niku terang ngoten, teng jawi kados tanggal 15 (Oh, saya kira itu Padang bulan, bulannya terang gitu, di jawa seperti tanggal 15),"
"Mboten, niku bulane bunder (bulat) hehe"
"Nggih Kang lanjut,"
padang bulan" merupakan sebuah kehidupan setelah kematian, yang artinya kehidupan setelah mati itu sama halnya pada kehidupan dunia, atau sama dengan jika semasa hidup taat dan taqwa maka akan berbuah sama halnya kala di alam yang terang bagaikan rembulan di dalam kematian dan itu juga berlaku untuk sebaliknya.
"Nggih Kang, sami kalih pepatah niki nggih sopo sing tandur apik bakal uwoh apik, sopo sing tandur olo bakal uwoh olo (Ya Kang, sama dengan pepatah ini ya siapa yang menanam benih yang bagus maka akan tumbuh bagus, siapa yang menanam benih yang jelek maka akan tumbuh jelek),"
"Leres dek, mulo ayo podo nandur apik supoyo iso panen apik. Ngathahi amal apik supoyo besok panen amal apik (benar dek, makanya ayo semua menanam yang bagus supaya bisa memanen hasil yang bagus. Perbnyak amal baik supaya besok dapat memanen amal yang baik),"
"Nggih Kang."
"Lanjute."
Rembulane sing ngawe-awe
Kalimat ini juga mengandung makna yaitu benda yang mati tapi tetap dinyatakan hidup dan siapakah yang di awe-awe, maksudnya ? jawabannya siang dan segala isinya semua juga akan mengalaminya yaitu siang pasti akan bertemu malam.
"Oh nggih, Rembulan niku srengenge (matahari) nopo bulane (bulan) Kang,?"
"Rembulan yo bulan to Nduk Cah Ayu,"
"Hehe, Nggih Kang,"
Rembulan yang mengawe-awe adalah sebuah peringatan agar selalu ingat pada rembulan dalam artian yaitu kematian
"Oh ngoten, rembulan niku kematian teng syair niki nggih Kang."
"Nggih."
Ngelengake ojo turu sore
maksudnya tidur sore itu adalah ibarat orang sudah tua malah menjadi lupa dan tidak sadar.
"Barangsiapa yang tidur setelah 'Ashar, lalu akalnya dicuri (hilang ingatan), maka janganlah sekali-sekali ia mencela selain dirinya sendiri. Niku hadistnya Kang?"
"Nggih Leres, walaupun banyak yang tidak menshahihkan hadist niki, tapi hadist niki bagus untuk kita ikuti"
"Oh nggih kang, lanjut kang"
Kene tak ceritani, kanggo sebo mengko sore
"Datang kesini nanti akan kuceritakan untuk bekal kamu nanti sore" bermakna sebuah ajakan untuk bekal atau persiapan bila telah mendekati rembulan atau kematian.
" Oh nggih kang, niku wonten lanjutane"
"Nggih niku tambahane Habib Syech mawon, Kayla pengen ngerti maknane?"
"Angsal kang (boleh kang)?"
"Angsal to (boleh kang)."
Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo kliru ngimpine...
Alamat bakal, alamat bakal getun mburine...
Wong tuwo loro kundur ing ngarso pengeran...
Anak putune rame-rame rebutan warisan...
kalau orang tua, salah memimpin
Pasti niscaya akan menyesal di belakang
kedua orang tua meninggal, menghadap Yang Maha Kuasa
Anak cucunya, ribut-ribut rebutan warisan.
" Niki ngeten dek, Nek wong tuwo salah memberikan pendidikan kepada anaknya, niscaya anakke waktu ibu bapake meninggal iku gak dungakno malah bingung congkrah tukaran ngerebutno warisan peninggalan wong tuone"
"Nggih kang."
"Paham Nggih?"
"Nggih kang."
"Lanjutipun kang."