Chereads / Menggapai ArasyMu / Chapter 22 - Ikhlas dalam Doa

Chapter 22 - Ikhlas dalam Doa

Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah...

Sebab mirsani putra putrine ora ibadah...

kedua orang tua, dalam kubur kesusahan

alasannya karena melihat, anaknya tidak beribadah

" Niki ngeten Ning, sedoyo menungso niku mesti bakal mati termasuk tiyang sepahe Kayla nggih tiyang sepahipun Kang Ali (Ini begini dek semua manuaia itu pasti akan meninggal dunia termasuk orang tua Kayla ya orang tua Kang Ali) "

"Nggih Kang," ucap Kayla yang sepertinya teringat Abahnya yang sedang sakit.

"Mpun ampun sedih nggih,"

Kulihat Ia mulai berkaca-kaca. Nduk andai kita sudah halal. Ingin aku memelukmu agar kesedihanmu bisa sirna walau sekejap saja.

"Lanjut nopo mboten?"

Ia hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Nek tiyang sepah sampun kapundhut, niku amale tergantung putra putrine. Tiyang sepah teng alam kubur niku cuma pengen anak cucune niku ibadah, mergo iku saget mengurangi siksaan beliau teng alam kubur (jika orang tua sudah meninggal dunia, itu amalnya tergntung anak-anaknya. Orang tua di alam kubur itu hanya ingin anak cucunya beribadah karena itu bisa mengurangi siksaan keduanya di alam kubur) "

"Nggih Kang,"

"Mulo Ning Kayla jaga ibadahe, Qur'ane di deres terus, ojo nganti lali (Makanya Ning Kayla jaga ibadahnya, Al-Qur'annya di lafadzkan terus, jangan pernah lupa) "

"Nggih Kang,"

"Sampun mutqin pinten?"

"InsyaaAllah sampun sedoyo Kang,"

"MasyaaAllah, alhamdulillah."

Seorang gadis yang cantik, lugu, sholeha. Tapi sayang aku tak bisa memilikinya.

"Kang," ucap Kayla mengayunkan tangannya dihadapanku.

"Astaghfirullah,"

"Kang ndak apa-apa to?"

"Nggih mboten nopo-nopo, lanjut nggih"

Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah...

Sebab mirsani putra putrine do pecah belah...

Kang den arep-arep yoiku turune rohmah...

Kedua orang tua di alam kubur bersedih

Karena melihat anak-anaknya terpecah belah.

Yang di harapkan adalah keturunannya menjadi rahmat bagi beliau.

"Sedoyo tiyang sepah teng alam kubur, niku sedih atine. Nek krungu anak-anake tukarang congkrah akibat rebutan warisan mau. Padahal seng di arepno wong tuwo iku anak seng iso dadi rahmate wancine nang alam kubur (semua orang tua di alam kubur itu akan sedih hatinya ketika mendengarkan anak-anaknya saling bermusuhan karena warisan tadi. Padahal yang diharapkan orangtua itu anak yang bisa jadi rahmat saat di alam kubur) "

"Nggih Kang,"

Jebul kang teko, jebul kang teko nambahi fitnah...

Iki dino ojo lali lungo ngaji, Takon marang kyai guru kang pinuji...

Enggal siro ora praktis kebujuk setan...

Insyaallah kito menang lan kebejan...

Ternyata yang datang adalah fitnah.

Ini hari jangan lupa pergi mengaji.

Tanya pada kyai dan guru yang terpuji.

semoga kamu, tidak praktis di bujuk setan

insya allah, kita menang dan berada dalam kebaikan

"Ngeten dek, niki sambungane wau nggih. Seng diarepno mau rahmat malah seng teko fitnah (begini dek, ini sambungannya tadi. Yang diharapkan beliau itu rahmat tapi yang datang fitnah tidak sepeeti yang di harapkan) ."

"Lanjut Kang,"

"Syair selanjutnya niki mengatakan ojo lali ngaji marang guru utawi kyai engkang bersanad lan akhlaqipun sae (syair selanjutnya ini mengatakan jangan lupa mengaji kepada guru atau kyai yang memounyai sanad jelas dan akhlaqnya juga terpuji),"

"Alhamdulillah sanadipun Kyai Faqih jelas nyambung dateng Rasulullah"

"Alhamdulillah"

"Lanjut nggih, nek sampun berguru teng kyai bersanad utawi kyai seng bener niku bakale gak gampang di ganggu setan terus akhire seng di perbuat iku amal. kebaikan (jika sudah berguru di guru yang bersanad dan benar itu akan tidak gampang di ganggu setan hasilnya selalu beramal dalam kebaikan menang dalam godaan setan)"

"Sanad niku penting nggih Kang,"

"Nggih penting, nek mboten gadah sanad wedine niku mlenceng llmune (Ya penting, kalau tidak punya sanad takutnya itu melenceng ilmunya) "

"Nggih Kang,"

"Koyo sing ngomong yasinan bid'ah, sholawatan bid'ah, diba'an bid'ah, tahlilan bid'ah iku gak bener ojo di eloki"

"Nggih Kang,"

Kulihat Kayla memegang kepalanya dan wajahnya semakin pucat.

"Kang Ali."

"Nggih dek."

"Kepala Kayla pusing Kang."

Belum aku mengatakan sepatah kata, Kayla sudah pingsan berada di pundakku. Khawatir, cemas dan takut kehilangan melihat wajahnya yang pucat.

"Nduk, sadar Nduk"

Tak ada tanda-tanda Kayla sadar. Aku pun membawanya ke Ndalem.

"Loh Kang, kenapa iki dek Kayla?"sahut Azizah yang baru selesai mengajar para santri.

"mboten ngertos Ning Azizah,"

Ku percepat langkah kakiku dan kubarungkan lagi Kayla di atas tempat tidurnya.

"Wallah, panas iki Kayla"

"Tulung jupuk kain karo banyu kanggo ngompres"

"Iya Kang,"

Ya Allah, sembuhkan Kayla. Sudah tiga jam Kayla tak ada tanda sadar.

"Piye Kayla?" ujar Budhe.

"Nopo kayla di buncal teng griyo sakit mawon budhe (apa kayla di bawa ke rumah sakit saja bibi) ?"

"Iyo Kang, ayo. Zah, budhe titip Pakdhe yo"

"Nggih budhe,"

"Ayo Al,"

Aku membawa Kayla bersama budhe ke Rumah Sakit terdekat. Kulihat wajah yang khawatir tersirat dalam diri budhe. Aku pun sama, Ya Allah tolong sembuhkan dek Kayla.

Adzan Maghrib berkumandang. Kulangkahkan kakiku ke musholla rumah sakit untuk mendoakan Kayla. Setelah selesai kulihat Mobil Pesantren Mambausshofa berada di parkiran.

Aku pun kembali ke ruangan Ning Kayla dirawat. Nampak Kyai Faqih dan Gus Zein berada disana.

"Sampun wonten kabar Budhe (sudah ada kabar bibi) ?"

"Durung Al (belum Al) ,"

"Ya Allah,"

"Seng sabar InsyaaAllah Ning Kayla waras."

"Aamiin, nggih Kyai" ucapku bersalaman pada Kyai Faqih.

Tiba-tiba seorang perawat keluar dari ruangan tersebut dan berkata, "Ada yang bernama Ali?" ucapnya membuatku kaget. Ada apa dengan Kayla?

"Saya suster,"

"Baik, mari ikut saya."

Kenapa Ia memanggilku? Aku jadi tak enak kepada ibunya. Ku lihat Kayla terbaring lemah dan memanggil namaku.

"Kang Ali.. kang Ali."

"Dari tadi pasien seperti ini, saya tinggal sebentar ya."

"Iya suster terimakasih."

"Kang Ali...,"

Ya Allah, mataku berkaca-kaca melihat semua ini.

"Kayla, niki Kang Ali," ucapku duduk di sampingnya.

"Kang Ali," ucap Kayla sontak memegang tanganku.

Ya Allah, jika Engkau berkenan, aku ingin menemaninya saat masa-masa seperti ini.

"Jangan tinggalkan Kayla Kang."

"Ndak Kayla, istirahatlah."

Tak lama kemudian budhe masuk menghampiri kami dan memeluk Kayla. Aku mengetahui perasaan budhe. Kaylq adalah anak satu-satunya. Tentu sebagai seorang ibu. Budhe sangat takut terjadi apa-apa dengan Kayla.

Kemudian datang Kyai Faqih dan Gus Zein. Pandangan sinis terlihat darinya saat mendekat ke arah Kayla.

Aku hanya dapat terduduk di kursi sebelah melihat mereka saling memberi support kepada Kayla. Sesekali Kayla menengok ke arahku dan tersenyum padaku.

Kulihat Gus Zein memberikan support untuknya agar segera kembali ke Pesantren dan musyawarah tentang pernikahan mereka.

Ya Allah Gusti, kuatkan aku, kulihat Kayla juga berkaca-kaca saat Gus Zein. Membahas tentang pernikahan. Seperti pandangan yang meminta tolong agar pernikahan itu takkan terjadi.

Maafkan aku Ning Kayla, aku tak bisa apa-apa. Air mataku menetes saat Kayla memandang ke arahku dan diapun sepertinya juga merasakan hal yang sama.

Cinta yang dipaksakan, korban perasaan. Antara abdi ndalem dan putri kyai yang menginginkan untuk bersama. Namun sepertinya Allah menunda sebuah hubungan yang halal.

Laa Tahzan bidadari kecilku

Hentikanlah tetesan air matamu

Lembutkanlah hatimu

Terimalah skenario yang tak terduga yang menujumu