Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 4 - Bersiap dan Berangkat

Chapter 4 - Bersiap dan Berangkat

Sementara Citra yang ternyata dia sudah terlelap di dalam kamarnya, terjingkat ketika papanya mengetuk pintunya dengan keras. Dia mengerang kesal dan berteriak dengan suara lemahnya, merasa terganggu karena tertidur baru 10 menit lamanya.

"Citraaaaa. Citraaaaa. Buka pintunya!"

"Aihhh apaan sih, Paaaaa! Hais mengganggu saja! Citra tidur iniiii! Benar-benar deh, Papa ini!" Sambil masih mengumpulkan nyawanya dan terpaksa bangkit saja, Citra berjalan sembari mengucek-ucek kedua bola matanya. Dia pun membuka pintunya dengan bibir yang dimanyunkan dengan sesekali menutup matanya.

Papanya yang sudah berada di depannya, langsung saja menyentil keningnya supaya segera mengerjap, akhirnya karena ulah papanya itu Citra pun benar-benar terbuka matanya. "Aduh sakit tau, Paaa hmmm, apaan sihh ... bukankah Citra sudah selalu patuh kepada, Papa? Terus kenapa lagi?"

Ucapan Citra benar-benar terdengar tidak ikhlas, memang benar dia tidak ikhlas karena dipaksa menikah seperti itu oleh papanya, tapi dia bisa apa, bahkan papanya saja tak perduli kepada perasaannya, yang penting bagi papanya bisnisnya terus maju dan bagi papanya itu yang terbaik buat anaknya, pastinya Citra putri si mata wayangnya akan bahagia kalau mendapatkan suami yang kaya dan terpandang, begitu menurut papanya.

"Ini gawat dan darurat, cepat kamu berangkat ke cafe itu sekarang juga! Barusan Papa di telepon oleh teman Papa itu kalau anaknya sudah berangkat ke cafe barusan, jadi kamu harus segera bersiap dan segera berangkat, oke Putri Papa sayang, Papa tunggu! Papa yang antar kamu ke sana sekarang juga!" balas papanya dengan sangat bersemangat.

Citra hanya bisa membuka lebar mulutnya, ketika papanya memberikan perintah seperti itu, sekaligus dia sangat kesal dengan pasangan kencan butanya itu, yang sungguh plin-plan, katanya menyetujui waktu dalam satu jam lagi, tapi kenapa sekarang dipercepat, emang dia sungguh seenaknya saja, seperti dirinya saja yang sangat sibuk, padahal Citra juga sama sibuknya, untung saja mata kuliah sudah tidak ada jadi sedikit longgar sekarang.

Citra pun hanya bisa membatin. Kalau dia mengeluh dan sedikit molor pastinya papanya marah dan tak mau berbicara dengan dia lagi, makanya Citra hanya bisa membatin saja. 'Sekarang? Dia benar-benar gila! Seenak jidatnya saja! Awas saja nanti! Kalau sudah bertemu dengannya pastinya aku akan mengerjainya, aku injak dirinya hingga hancur, tunggu dan lihat saja kamu pastinya tidak akan menyukaiku dan menggagalkan perjodohan ini haha.'

Cirul yang melihat putrinya masih terbengong dan tak beranjak juga untuk bersiap-siap, beliau pun langsung berdehem dengan keras. Seketika Citra terkekeh dan berhamburan cepat. Cirul yang sudah berpengalaman dan tau anak zaman sekarang bagaimana, dia pun berceloteh dengan keras.

"Citraaaa. Jangan kamu mencoba menggagalkan perjodohan ini! Kalau perjodohan batal berarti ini ulahmu! Dan Papa tak akan tinggal diam! Oke, Nak, kamu harus benar-benar membanggakan buat, Papa! Jangan sampai mengecewakan."

Citra yang mendengar ucapan papanya itu, dia menjadi melemas karena papanya itu benar-benar tau akal bulusnya, jadinya ya sudah Citra hanya bisa pasrah dengan keadaan, menerima semua perjodohan ini dengan lapang, dalam hatinya mungkin ini adalah takdir dari sang Maha Kuasa.

"Iya, Paaa, baiklaaaah, Papa keluar sana! Nanti kalau Papa masih di sini dan ribut saja! Malah mengganggu Citra untuk bersiap-siap, dan akan semakin lama Citra untuk menemuinya, Papa mau?" usir Citra dengan sedikit ancaman, dia sekarang berada di ruang ganti, setelah usai mondar-mandir dari kamar mandi. Tanpa memandangi papanya sedikitpun.

Papanya yang mengerti, beliau pun pergi dengan senyumannya, merasa senang karena putrinya itu sungguh sangat patuh selalu kepadanya.

Kini Citra yang sudah usai ganti baju, dia pun berada di depan cermin dan memakai make up senatural mungkin, dengan bibir yang dimonyongkan, siap untuk diberikan lipstik berwarna pink di bibirnya itu. Tak lupa memakai parfum dengan jumlah banyak seraya Citra sedikit menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri di depan cermin itu dengan bernyanyi-nyanyi kecil.

"Aku si Citra, yang cantik jelita, memakai baju pink, memakai celana jeans hitam, rambut se-punggung berwarna pirang digerai saja, tak lupa memakai jepit love-love kesukaanku, parfum juga banyak, pastinya lelaki akan takluk di hadapanku hohoho hahaha."

Citra terus menyanyi seperti itu, lagu sangat lucu yang dibuat sendiri dengan alunan musik india, jadi membuat dia tertawa terbahak-bahak sendiri karena tingkah konyolnya. Karena memang faktanya banyak lelaki yang menyukainya, hanya saja Citra menolaknya karena merasa studinya belum usai dan tak memikirkan berpacaran atau semua itu.

Malahan sekarang takdirnya ditulis oleh papanya seperti ini, jadi menurut Citra sia-sia dia dulu alim menolak cowok siapapun itu, tapi sekarang dengan mudahnya dijodohkan oleh papanya, iya kalau cowok yang dijodohkan masih single dan muda, kalau sudah tua dan jelek, rugi dong? Begitu pikir Citra dengan menatapi cermin terus sekarang. Menyesal kenapa dulu tak mencoba berpacaran, jelasnya yang dijodohkannya juga pernah mencicipi pacaran dan sudah tidak original lagi bibirnya, jelas banyak tempelan bibir perempuan di bibirnya itu dengan varian lipstik yang berbeda-beda. Pasti itu.

Dia masih berada di depan cermin dengan terus memantaskan dirinya, sampai mamanya mendatanginya dengan melipat kedua tangannya di dada dan geleng-geleng kepala di depan pintunya.

"Haha astagaaa lama sekali dandannya putri Mama ini, ayo Sayang sudah ditunggu papa! Tenang saja kamu sudah sangat cantik, pastinya nanti Chandra akan sangat terpikat olehmu."

"Chandra? Siapa dia? Ehhh apa nama dia Chandra, Ma?" Mama Citra yang bernama Cassandra mengangguk pelan dengan senyumannya, memang mamanya sungguh ramah, tapi beliau juga jarang di rumah karena wanita karir, beliau juga tak bisa melawan keputusan suaminya itu, makanya Citra juga tak bisa meminta bantuan kepada mamanya, jadi dia tak akan curhat kepada mamanya, bagi Citra sia-sia saja.

"Ohhh ya sudah deh, Citra sudah siap, Citra berangkat dulu, Ma, assalamu'alaikum," pamit Citra dengan meraih tangan mamanya dan mencium punggung tangannya, mamanya pun membalas salam anaknya dan setelah itu beliau menatapi Citra yang berhamburan menuruni anak tangga. Cassandra pun mengikuti Citra juga dan melihat Citra menepuk punggung papanya yang membelakanginya itu.

Cirul menoleh dan menatapi anaknya dengan memicingkan matanya, terpukau rasanya. "Kamu benar-benar cantik, Sayang, apakah sudah siap?" Citra mengangguk tanpa merasa senang dengan pujian papanya itu.

"Baiklah, ayo kita berangkat! Semoga sukses, Sayangku, semangat!"

"Ma, Papa berangkat dulu ya antar, Citra," pamit Cirul ketika melihat istrinya berdiri tepat di depan matanya.

"Iya, Pa, hati-hati! Jaga Citra baik-baik," balas Cassandra dengan melambaikan tangannya, Cassandra hanya bisa menatapi keduanya yang sudah pergi menjauh lalu pergi ke arah kamarnya kembali.

Bagi Citra ucapan papanya itu sungguh lebay, seperti Citra lagi ujian kuliah saja sampai segitunya, padahal bertemu kencan butanya saja seheboh ini melebihi ujiannya, dulu sewaktu Citra kuliah saja papanya tak pernah menyemangatinya, baru sekarang ini begini, benar-benar keterlaluan pokoknya papanya itu.

Citra pun masuk ke dalam mobil bersama dengan papanya, lalu papanya pun mengendarai dengan cepat, supaya tidak terlalu lama sampai ke cafe itu.