Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 2 - Sungguh Hancur

Chapter 2 - Sungguh Hancur

Setelah mendengar jawaban dari papanya siapa Citra, kini Chandra tau kalau yang ia dengar waktu itu adalah nyata, awalnya dia mengira yang didengarnya di kantor hanya gosip semata, tapi sekarang benar-benar nyata, jadi tak bisa dianggap remeh lagi, yang penting dia nanti harus menemui Citra dan melaksanakan kencan buta seperti apa yang diucapkan papanya.

"Jam berapa emangnya, Pa, bertemu dengan dia? Dan hmmm siapa tadi namanya?" tanya Chandra yang melupakan nama gadis itu karena sungguh sangat tak penting bagi dirinya, jadi tak mau diingat olehnya.

"Namanya Citra, jangan lupa Citra. Kamu pergi ke cafe kampus indah yang mewah itu, nah didekatnya itu ada cafe, Nak. Nanti biar anak buah, Papa yang mengantarmu," balas Cito dengan sangat bersemangat. Sedari tadi dia terus menepuk pundak anaknya karena sungguh sangat bangganya dengan putranya yang benar-benar selalu patuh kepada dirinya.

Sementara Chandra yang sebenarnya tak rela, dia hanya bisa membatin. 'Sampai segitunya, Papa, mengatur kencan butaku, bahkan dia memerintahkan anak buahnya untuk mengawalku, apa dia sangat tidak percaya kepadaku kalau aku akan menemuinya, tidak mungkin sekali kan aku kabur, heran aku kepada, Papa hmmm, ahhh sudahlah. Terserah Papa saja. Yang jelas nanti aku akan membuat jengkel gadis itu supaya menolak perjodohan ini.'

"Ya sudah, kalau begitu, Papa mau mandi dulu! Kebetulan tadi klien yang ingin bertemu, Papa hanya sedikit jadi jam segini sudah pulang, tidak ada lembur untuk hari ini, pastinya mama kamu akan senang karena Papa menemaninya, jangan lupa ya satu jam lagi kamu akan ke cafe itu," pamit Cito dengan menepuk Chandra sekali lagi. Kali ini dia menepuk bahu Chandra, bukan pundak lagi dan setelah itu pergi begitu saja tanpa menoleh kepada Chandra. Padahal Chandra rasanya ingin berbicara sesuatu lagi kepada papanya, tapi diurungkannya karena papanya sudah menjauh dari dirinya.

Chandra pun kini berjalan mondar-mandir dengan memainkan tongkatnya. Dia benar-benar mengeluh karena papanya benar-benar seenaknya sendiri dari dulu, bahkan tak pernah memberikan kesempatan buat Chandra untuk berbicara, apakah Chandra menolak atau bagaimana, bagi Chandra papanya itu benar-benar egois. Karena semua pastinya akan terus disetir dan diatur olehnya.

"Papa benar-benar keterlaluan, selalu begitu hmmm, aku benar-benar tak habis pikir dan sudah muak kepadanya, kali ini aku tak akan tinggal diam dan membiarkannya begitu saja, pastinya aku akan memainkan permainan yang keren, baiklah aku ikuti permainan, Papa dan aku akan mempercantiknya, tunggu dan lihat saja, Pa" Chandra tersenyum menyeringai sembari menaikturunkan alisnya.

Dia lalu merogoh kantong sakunya untuk mengeluarkan ponselnya. Merasa rindu kepada gadisnya. Ditekannya ponsel itu atas nama Cery sang pacarnya, ia dengan cepat menekan tombol hijaunya. Lama Chandra menunggu balasan dari Cery, tapi dengan kesabaran Chandra, ia pun terus mencoba menelepon Cery berulang-ulang, hingga panggilan yang ke 5 kali barulah Cery mengangkat teleponnya.

Di ujung teleponnya terdengar Cery sedang tertawa senang, sepertinya dia sangat senang hari ini. Chandra turut senang ketika mendengar pacarnya senang, sudah berhari-hari dia tak menghubunginya gara-gara kecelakaan ini. Makanya Chandra mencoba menjelaskan kepadanya.

"Haloooo, Sayangkuuuu," panggil Chandra dengan gemasnya, panggilan Chandra itu dikeraskan karena sepertinya di rumah Cery lagi berpesta, jadinya terdengar suara kebisingan musik yang berdentum keras, kalau Chandra tidak mengeraskan suaranya, pastinya Cery tidak akan mendengarnya.

"Ya, siapa ini? Aku sungguh tak mengenalmuuu," balas Cery dengan mengeraskan suaranya pula. Agar sang penelepon yaitu Chandra bisa mendengarnya pula.

"Maksud kamu siapa? Ini aku Chandra, Sayaaaang, bukankah kamu Cery kekasihku? Kita sudah pacaran selama 4 tahun lhoooo." Chandra membalas lagi, mencoba meyakinkan Cery.

Takutnya Cery sedang mengigau atau berada didekat orang tuanya, jadinya Chandra mencoba memahaminya, karena Cery dulu pernah seperti itu berpura-pura tak mengenal Chandra, ketika berada didekat orang tuanya, makanya Chandra tidak terdengar syok. Hanya saja dia sedang merindukan pacarnya itu makanya meneleponnya dan suaranya dibuat seromantis mungkin, lagian dia belum berani mendekati kedua orang tua Cery dikarenakan katanya memang belum saatnya, Chandra memang berniat akan datang ke rumah Cery untuk menemui kedua orang tuanya kalau Cery sudah menyelesaikan studinya nanti.

Karena Cery tak membalas ucapannya, Chandra pun berucap kembali. "Haloooo, apa kamu bersama kedua orang tuamu? Maafkan aku kalau menganggumu, Sayang, tapi biasanya kamu bisa berbicara sedikit kepadaku dengan berbisik meskipun ada kedua orang tuamu, ayo balaslah ucapanku ini, Sayang." Kali ini Chandra berbicara dengan berbisik, takutnya saat ini keadaan Cery benar-benar gawat, makanya biar dia saja yang mengalah, asalkan Cery baik-baik saja.

"Maaf ya, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, mulai sekarang kita putus saja! Anggap saja kita tidak pernah mengenal dulu, lagian kamu sudah buta, apa yang bisa diharapkan dari orang buta sepertimu, sekarang aku sudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik darimu, dia sungguh sangat kaya juga tak kalah tampannya denganmu, selamat tinggal, byeeee."

"Haha ayo, Sayang, kita belah duren lagi yuuuk, tambah lagi doooong, ya, ya, enak tauuuu."

Chandra yang mendengar itu semua mulutnya menganga bahkan hatinya sungguh hancur, tongkat yang sedari tadi dipegangnya tiba-tiba terlolos dari tangannya dan tergeletak di lantai. Dengan tangan satunya yang meremas ponselnya erat, bahkan dia sungguh tak terima dengan apa yang dikata Cery. Chandra juga tak menyangka tanpa menjelaskan tentang apa yang terjadi kepadanya, yang ternyata Cery sudah tau tentang dirinya yang buta, tapi benar-benar dirinya sungguh tega tak mengunjunginya sama sekali.

Ternyata Cery tak sebaik yang Chandra kira, benar-benar tidak tulus, bahkan dia berani terang-terangan memamerkan pacarnya, juga terdengar menggelikan ketika ada suara cowok yang ternyata sudah mengambil keperawanannya dan dia dengan mudahnya menyukainya, karena sungguh suara Cery terdengar bahagia, dulu sewaktu bersama Chandra tak pernah dia sebahagia ini. Bahkan Chandra sering sibuk mengurus perusahaannya, tapi tak pernah dia mengabaikan permintaan Cery. Meskipun dia matre dan meminta apapun dari Chandra, pastinya akan terus dikabulkannya, karena memang Chandra benar-benar mencintainya. Jadi sekarang sungguh Chandra tak menerimanya.

Lalu dengan tanpa berucap apapun lagi dan tanpa mematikan teleponnya. Akhirnya Chandra langsung beralih dan berjalan ke arah kamarnya yang dekat dari dia berpijak saat ini. Berjalan tanpa membawa tongkatnya, dengan sesekali menabrak apapun yang ada di sekitaran sana, bahkan dia menabrak dinding besar yang membuatnya mendesis nyeri karena kesakitan. Dia pun langsung melemparkan ponselnya dengan geramnya. Lalu berteriak.

"Kauuu wanita murahaaaaan! Aku sungguh membencimuuuu, ternyata selama ini cintamu palsu! Ketulusanku tiada artinya, haaaah!" Namun, sungguh sayang, ucapan Chandra tak didengar oleh Cery karena ponsel Chandra tiba-tiba mati dengan sendirinya, mungkin karena kerasnya Chandra membanting ponselnya itu. Makanya seperti itu dan ponsel itu juga terlihat retak sedikit.

"Ternyata dan pastinya semua wanita samaaaa! Haaaaa. Tak ada wanita yang bisa menerima apa adanya, kalaupun nanti ada aku berjanji akan memberikan dia semua yang kumiliki. Haaaa aku berjanji!"