Chereads / Another One For You / Chapter 27 - TALK

Chapter 27 - TALK

"Nggak bisa tidur lagi atau sengaja mau modusin gue?"

Alfa mendengkus pelan sebelum terkekeh. Dari matanya kelihatan kalau gadis itu ngantuk berat dan terpaksa bangun untuk ambil minum. "Itu weird banget, Kak Elion."

Elion menarik kakinya naik ke atas kursi, memperhatikan Alfa yang sedang menuang air putih ke dalam gelasnya. Gadis itu menoleh sebentar padanya sebelum memasukkan lagi kan air putihnya ke dalam kulkas.

"Mau nanya apa?"

"Eng ... aku cuma penasaran, apa Kak Elion udah baikan sama Bianca? Soalnya baru malam ini Bianca mau ngomong sama aku."

Bahu Elion mengedik. "Kayaknya dia baru mau ngomong ke gue setelah gue bawa pulang cewek lain." Punggung Elion jatuh di sandaran kursi, sedangkan Alfa yang barusan duduk di kursi seberang masih berjuang mengumpulkan segenap nyawanya. "Tapi nggak mungkin."

"Iya, nggak mungkin .... "

Dalam beberapa detik hanya hening. Elion menahan tawanya karena Alfa tidur dengan punggung tegak. Literally tidur. Lalu, tiba-tiba gadis itu seperti tersentak sampai matanya terbuka lebar, dan tertutup lagi.

"Tidur aja deh sana. Kasihan banget gue liat lo. Kayak anak pramuka yang disuruh baris semalaman padahal lagi ngantuk-ngantuknya."

"Eng .... "

Elion mengangkat sebelah alisnya. Menunggu Alfa mengatakan sesuatu, tapi gadis itu langsung beranjak sambil meraih gelasnya dan berlalu dari sana.

"Oh iya," Alfa berbalik di ambang pintu dapur. Matanya setengah tertutup, tidak kelihatan memandang ke arah mana. "aku mau cerita soal sesuatu, tapi besok aja. Ingetin ya. Good night."

Alfa dengan piyama hasil meminjam Riani ... sama seperti orang-orangan sawah. Bedanya cuma agak kelihatan adorable saat dipadukan dengan tingkah dan wajahnya.

" .... Night."

Sejak pulang ke rumah, ELion menghabiskan malamnya dengan segelas kafein. Lalu tidur menjelang pukul 3 pagi dan bangun lagi pukul 5 atau 6. Soalnya dia belum mulai punya kegiatan. Sehari-hari paling disuruh ini-itu oleh Meli atau Riani.

Tidak punya kegiatan membuat Elion banyak memikirkan hal tidak penting. Dia bahkan merasa dunianya sudah tidak utuh lagi. Runtuh. Rusak. Tak ada harapan. Tapi kemudian dia berpikir lagi, memang apa yang membuat dunianya terasa semenyedihkan itu? Kehilangan Nadia bukan berarti harus membuatnya kehilangan segalanya, kan?

Sesekali saat pikirannya waras, Elion merasa ... dia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini. Tapi saat malam hari semuanya jadi terasa lebih gelap. Mungkin dia harus menemui Nadia; mungkin dia tidak seharusnya melepaskan gadis itu; mungkin dia seharusnya berjuang lebih lagi, dan banyak sekali mungkin yang mengganggu pikiran Elion.

Seperti malam-malam sebelumnya, Elion ketiduran di sofa TV setelah overthinking. Tanpa selimut. Tanpa bantal. Dalam posisi meringkuk. Mungkin kalau bagus, seseorang terbangun dan memberikan perhatian  padanya; menjatuhkan selembar selimut dan mengganjal kepalanya dengan bantal. Tapi sayang sekali, sampai pagi Elion tetap dalam keadaan meringkuk tanpa penutup.

Dan dia terkejut melihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh.

" .... Itu namanya nggak reasonable. Lo jelas bisa langsung minta nomornya Bianca. Buat apa mampir ke gue dulu?"

Elion baru mengumpulkan nyawanya, menangkup kepalanya sambil masih terduduk di atas sofa waktu Alfa lewat dengan earbuds menyumpal kedua lubang telinganya. Gadis itu sudah ganti outfit, pakai kaos ketat lengan pendek dan leging warna pink. Bagian kepala sampai lehernya berlumuran keringat, dengan rambut dicepol yang juga kelihatan basah oleh keringat.

Satu kesimpulan: Alfa baru lari pagi.

Gadis itu masuk ke kamar Bianca hanya untuk keluar lagi tidak sampai setengah menit kemudian. 

"Pagi-pagi udah ribut aja lo. Di rumah orang lagi."

"Kalau nggak ada gue juga rumah ini bakal sepi." Alfa menotice Elion yang beranjak ke kamar mandi. "Morning, Kak Elion."

Laki-laki itu hanya mengangkat sebelah tangannya, lanjut bersih-bersih ke kamar mandi. Lalu, begitu keluar, Alfa sudah duduk di lantai, memangku gitar yang dia pinjam dari Arega dua hari lalu.

"Satu lagu dan gue bakal dengerin apa pun yang bakal lo ceritain."

Alfa menoleh, tercengir tipis pada Elion yang sudah duduk lagi di sofa belakangnya.

"Di halaman belakang aja gimana? Anaknya Mbak Rena masih tidur."

"Fine." Elion beranjak duluan, diikuti Alfa yang menenteng gitar. "Siapa yang telepon barusan?"

"Kenapa kepo?"

"Soalnya lo nyebut-nyebut Bianca."

"Well, itu mantannya Bianca. Kak Elion tau mantan Bianca yang namanya Neil?"

"Uh-um."

"Dia yang telepon. Dia temannya Kak Arega, satu sekolah, satu circle juga kayaknya. Dan aku sama sekali nggak punya ide kenapa dia harus telepon lewat nomor aku sedangkan Kak Arega punya nomornya Bianca—"

"Pertanyaannya, dari mana Arega tau nomor lo?"

Seperti baru sadar, Alfa berhenti melangkah sampai di depan pintu belakang. "Eh! Iya juga! Aku nggak pernah ngasih nomor aku ke Kak Arega. Kok dia bisa punya nomor aku? Ini antara Kak Neil bohong atau Kak Arega yang nyolong nomor aku—ah, bukan itu intinya." Alfa ikutan duduk di sebelah Elion, di lantai teras belakang. "Semalam aku ketemu sama Kak Neil."

"Hm?"

"Kak Elion pernah liat orangnya?"

"Neil?"

"Iya."

"Nggak sih, gue cuma dikasih tau Riani doang."

"Dulu waktu Bianca pacaran sama Neil, aku yang paling nggak setuju."

"Kenapa?"

"Soalnya dia kayak Kak Arega."

"Brengsek."

"Ganteng," jawabnya, yang membuat Elion mendengkus. "tapi kelihatan kayak anak nakal. Badboy gitu lah. Dia piercing di kuping, ngecat rambut dan yang pasti ... dia temannya Kak Arega. Intinya, dalam sekali lihat aku udah nggak suka. Cuma—aku sadar ini salah aku yang terlalu cepet nge-judge orang—semalam aku ketemu dia di pesta dan dia anaknya Tante Maddy."

"Maddy siapa?"

"Madeleine."

"Siapa tuh?"

Alfa menganga tak percaya. "Masa nggak tau Madeleine Raharja? Yang punya mall. Tau nggak? Punya banyak banget mall loh dia."

"Gue nggak sering main ke mall. Wajar aja sih," balas Elion, setengah santai, setengah tengsin.

"Ini masalah pengetahuan umum. Mainnya Kak Elion kurang jauh nih berarti. Pokoknya mantannya Bianca ini anaknya orang tajir."

"Terus?"

"Terus .... "

"Terus kenapa kalau orang tajir? Gue nggak berpikir Bianca macarin cowok cuma karena dia kelihatan kece atau dompetnya tebel."

"Bukan itu maksud aku. Kayak ... aku merasa I blocked her blessing."

"Is he her blessing? Kalau emang gitu ya nggak mungkin dia putus."

"Aku cuma merasa bersalah karena nggak dukung hubungan mereka dan ... aku cerita ke Kak Elion sambil mau tanya, menurut Kak Elion, semisal aku bikin Bianca sama Neil balikan lagi ... gimana?"

"Lo bilang dia punya circle yang nggak bagus? Buat apa dibikin balikan?"

"Karena dia nggak seburuk yang aku pikirin. Tadinya aku pikir dia mutusin Bianca cuma karena Bianca nggak mau diajak malam Mingguan. Ternyata ... itu cuma salah paham. Dia ajak Bianca buat rayain ulang tahun Tante Maddy, yang kebetulan malam Minggu, sedangkan Bianca ngerasa nggak seharusnya ngerayain ulang tahun mama orang lain sedangkan ulang tahun bunda nggak pernah dirayain. Bukannya ... hubungan mereka masih bisa diperbaiki?"

Bahu Elion mengedik. "Bianca bukan anak kecil. Seharusnya dia tau mana yang baik buat dia dan mana yang nggak. Kalau menurut dia si Neil ini baik buat dia ya ... dia pasti bakal memperjuangkan." Elion menepuk gitar di pangkuan Alfa. "Satu lagu. Habis itu gue mau mandi. Cepetan."

Dan ... Alfa sekali lagi menyanyikan lagu "La  La Lost You" milik Niki, yang hanya mendapat respons anggukan kepala dan kata "lumayan" dari Elion.

_____________________