Chereads / Another One For You / Chapter 25 - AT THE PARTY

Chapter 25 - AT THE PARTY

Sebenarnya Alfa tidak sedekat itu dengan anak-anak rekan bisnis orang tuanya, tapi mereka jelas berada di circle yang sama. Karena itu, mereka punya semacam grup chat yang dipakai untuk saling kabar-kabaran semisal ada acara seperti ini. Biar tahu, kalau misal datang bakal ada teman ngobrol atau nggak. Dan karena itu, secara tidak langsung Alfa juga cukup kenal dengan Anneth yang usianya beberapa tahun lebih tua darinya.

Anneth baru lulus S1. Rencananya mau terbang ke Amerika untuk lanjut study S2-nya. Tapi karena rencana itu, orang tuanya berpikir bahwa bakal lebih baik kalau Anneth sekalian pindah ke sana untuk mengurus perusahaan cabang. Sayangnya, Anneth menolak melanjutkan perusahaan, jadi dia harus terima saat orang tuanya meminta dia menikah dengan laki-laki yang bakal mengambil alih tugasnya sekaligus menjaganya di negara orang. Alfa tahu ceritanya dari papa Anneth waktu dia datang bersama Sela dan Matthew tadi. Biasa, anak yang datang bareng orang tuanya bakal diseret ke sana-sini, baru setelah para orang tua ngobrol lebih lama, para anak dibiarkan berkeliaran sendiri menikmati pesta.

Tapi sepertinya Alfa harus mengutuk Ari dan Stevani yang datang belakangan. Soalnya, gara-gara mereka belum juga muncul, Alfa jadi duduk bersama Anneth. Ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya gadis itu minta 'kado' di malam pertunangannya. Dia mita Alfa menyanyi, soalnya pernah Alfa nyanyi di acara ulang tahun salah satu anak teman Matthew.

Dan di sanalah Alfa, mengambil alih panggung yang tadinya hanya memutarkan lagu dari sound system.

Sela di tempatnya berdiri hanya mengulum senyum, sedangkan Matthew yang tadi sibuk ngobrol dengan temannya langsung melirik tidak suka.

"Sorry, Dad. I got no gift for her. She want me to sing instead," kata Alfa lewat microphone setelah duduk di atas stool dan memangku gitarnya. Beberapa tamu yang sudah hadir malam itu tertawa, beberapa lainnya meminta agar Matthew mengendurkan 'bautnya' dan mulai bersantai.

Alfa sudah lama tidak main gitar. Biasanya Ari yang main gitar sambil mengiringinya bernyanyi. Sayang sekali Ari belum menampakkan batang hidungnya,  juga Alfa sedang tidak dalam mood ingin banyak berinteraksi dengan laki-laki itu.

"La La Lost You" milik Niki menjadi lagu yang Alfa pilih malam itu. Selain karena dia tidak punya ide mau menyanyikan apa dan akhir-akhir ini dia agak suka dengan lagunya, Alfa juga merasa lagunya cukup slow untuk didengarkan dalam suasana seperti ini—walau ceritanya jelas sama sekali berbeda.

Sampai setengah lagu, Alfa menangkap kehadiran Stevani dan Ari yang berjalan di belakang orang tua masing-masing. Stevani kelihatan melempar senyum lebar sambil bertepuk tangan tanpa suara, sedangkan Ari tidak sempat melakukan apa-apa karena keburu ditarik oleh papanya untuk bertemu dengan beberapa orang.

'Summer's ending now and the night are cooling down'

'Remember last winter when we could drive around?'

'Silverlake, Hollywood, pretty little white lies got me good'

'Thought this was love, I was misunderstood'

Sejenak, Alfa terdiam. Tangannya secara refleks berhenti memetik gitar. Beberapa saat dia merasa shock  melihat kehadiran seseorang yang sangat-sangat tidak dia duga. Neil. Neil bisa hadir di acara ini bersama seorang ... Maddy dan suaminya.

Alfa menghela napas. Dia perlu menyelesaikan ini kalau mau menghampiri Neil yang sekarang berdiri dengan kedua tangan tenggelam di saku celana, memperhatikannya dengan salah satu sudut bibir terangkat.

'Feeling low on the low, driving through'

'If I'm honest, I'd call, but I'm trying to let go'

'And I hope you're happy, living life in taxis'

'But you'll always have me, you'll have me'

Alfa menarik kedua sudut bibirnya sewaktu melihat Anneth di ujung sana mengangkat ponsel. Dia tidak yakin Anneth hanya merekamnya. Soalnya Anneth tipe orang yang suka update soal daily activities-nya. Bisa jadi, dia sedang melakukan siaran langsung di akun sosial medianya.

Begitu lagu selesai, Alfa mendapat sorakan yang cukup riuh.

"Udah cukup, Kak Anneth?" tanyanya, membuat para tamu menoleh pada Anneth yang tersenyum lebar sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Thank you!"

Alfa hampir mendengkus mendengar seruan Anneth, tapi dia hanya turun dari stool dan mengembalikan gitarnya ke stand, kemudian turun dari panggung.

Awalnya Alfa kepingin nyamperin Neil, sayang sekali dia malah ditarik Stevani untuk bergabung dengan anak-anak yang lain, mulai merumpi soal berita-berita terkini. Sedangkan Anneth dan calon tunangannya mulai naik ke atas panggung, mendengarkan arahan dari MC.

Acaranya cukup meriah, tapi Alfa tidak bisa menikmatinya karena dia terus mengawasi Neil, takut kalau-kalau orang itu tiba-tiba menghilang.

Saat satu per satu teman Alfa berpencar untuk cari tempat makan camilan dan mulai mengucapkan selamat pada Anneth, Neil mendekat dengan sendirinya. Dia meraih segelas minuman di meja belakang Alfa.

"Halo, gimana kabarnya yang di sana?"

Alfa meneguk minumannya sebelum membalas pertanyaan Neil. "Gue nggak nyangka lo bisa di sini."

"Kenapa? Karena ini teritori para orang berduit?" dengkus Neil, ikutan menyesap pelan minuman di gelasnya. "Konyol banget."

"Sikap lo nggak mencerminkan kalau lo anak seorang Madeleine."

"Sikap anaknya Madeleine yang lo maksud itu gimana?" Neil melirik Alfa dari sudut mata. "Yang jaim? Atau yang bisa nge-judge orang seenak jidat hanya karena ada yang punya tindik di kuping dan ngecat rambut? Atau yang nge-judge karena circle-nya beda kasta?"

Alfa tahu itu hanya sindiran yang ditujukan padanya.

.... Juga sebentuk provokasi.

Melihat Alfa tidak mencoba mengeluarkan komentar, Neil mengedikkan bahunya. "Maddy yang lo lihat di sana," katanya sambil menunjuk Maddy dengan tangan yang memegangi gelas. "sama sekali beda sama Maddy yang gue kenal." Neil meneguk minumannya sekali lagi sambil melirik Alfa. "Jadi nggak usah sok tau dan mutusin sesuatu hanya dalam sekali liat."

Sewaktu melihat Niel mau pergi, Alfa menahannya dengan kata-kata.

"Mumpung ketemu, gue mau bilang," Begitu Neil berbalik padanya, Alfa meneruskan, "terlepas dari sikap judgemental gue, lo memang nggak sebaik itu buat Bianca?"

Neil yang tadinya mau pergi jadi urung. Dia balik lagi sampai berdiri di hadapan Alfa. Tepat dua langkah di depan gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya.

Dengan suara rendah, Alfa menjawab, "Terus terang aja, lo beneran brengsek karena mutusin Bianca cuma karena hal remeh begitu; karena Bianca nggak mau diajak pergi malam Mingguan, padahal Bianca segitu sukanya sama lo."

"Oh," Neil mendengkus geli. "jadi lo merasa perlu marah atas nama Bianca?"

Alfa benci sekali kalau harus merasa terintimidasi. Tapi sekarang dia betulan merasa terintimidasi menyadari bagaimana ekspresi dan postur Neil yang berdiri menjulang tepat di hadapannya.

"Terus lo perlu penjelasan juga nggak buat gantiin Bianca?" tanyanya sekali lagi. "Kalau perlu, biar gue kasih tau. Malam Minggu itu gue bukan ngajak Bianca main. Gue udah kasih tau dia kalau itu hari ulang tahun mami, tapi dia tetap nggak mau datang." Neil menggeleng dengan seringaian tipis. "Dia nggak seberharga itu buat gue pertahanin."

___________________