Pertanyaan Alif langsung membungkam Airin. Airin tidak bisa memungkiri kebenaran ucapan Alif. Mereka bertahan beberapa menit dalam diam sebelum akhirnya Airin memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Lif, gimana?" tanya Airin dengan sedikit ragu. Dia tidak yakin Alif mau memberikan respon.
"Kan udah aku kasih tahu jawabanku dari tadi, sejak kita masih di atas motor. Kamu tadi nggak denger aku ngomong apa?" tanya Alif.
"Denger," jawab Airin lirih.
"Terus kenapa kamu masih tanya soal itu lagi?"
"Dengernya dikit," jawab Airin.
"Harus aku ulangi lagi?"
Airin menunduk kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
Alif merasa kasihan pada Airin. Dia kemudian mengalahkan egonya lagi dan mulai mau mendengarkan curahan hati Airin yang terus mencemaskan tentang pertunangannya besok. Meskipun mendengarkan curahan hati Airin sama saja dengan menabur garam di atas luka yang belum kering, Alif tetap berusaha untuk mendengarkan curahan hati Airin. Meski dengan menahan pedih dan perih.