Chereads / remember that day / Chapter 7 - Bagian 7

Chapter 7 - Bagian 7

Setelah menutup telepon Airin semakin gugup. Kakinya sampai terantuk meja saat hendak berdiri menuju pintu masuk. Dia menunggu bel dibunyikan sambil mondar-mandir di dekat pintu.

Ting tong…. Dengan cekatan Airin membukakan pintu. Alif terkejut karena Airin begitu cepat membukakannya pintu.

"Masuk, Lif."

"Ya. Selamat untuk apartemen barunya. Ini untukmu." Alif memberikan bingkisan dan bunga.

"Thank you, Lif. Kamu kok malah jadi repot-repot bawa bingkisan sama bunga."

"Nggak repot, Rin. Apartemen kamu keren juga, nyaman."

"Ya…. Begini lah keadaannya. Eh, aku udah siapin makan malam. Ke meja makan langsung aja, yuk!"

"Wiiiih… makan enak nih malam ini cacing-cacing di perutku."

"Hahaha… coba kamu cicipin dulu, Lif."

"Aku yakin ini enak." Alif langsung memotong steak di hadapannya. "Hmmm… apa aku bilang? Mantep, Chef . 4 jempol pokoknya."

"Syukur lah kalau kamu suka."

"Aku lebih suka sama yang masak."

"Apa?" Airin bertanya untuk memastikan apa yang didengarnya tidak salah.

"Aku lebih suka sama yang masak." ulang Alif. "Rin, sebenarnya tadi aku menemui Mas Bian."

"Lalu? Apa yang terjadi, Lif?"

"Aku memintanya untuk tidak lagi menggangu kamu. Agar dia tidak lagi bisa melukai kamu, Rin. Dia …."

Airin memotong kalimat Alif, "Mengapa kamu melakukan itu, Lif? Bagaimana jika Mas Bian ingin kembali padaku? Bagaimana kalau dia… kalau dia… dia masih menyayangiku,Lif." Air mata Airin mulai menetes.

Alif langsung bangkit dari kursinya. Dia memeluk Airin dan berkata, "Dia sudah melanggar kesepakatan awal kami, Rin. Dia sudah gagal menjagamu. Dia mencampakkanmu, membuatmu terluka, membuatmu seperti ini. Rin… lihat aku…" Alif memeganag bahu Airin. Alif dan Airin saling bertatapan. "Dengar, Rin! Dia sudah sepakat untuk tidak lagi mengganggu kamu. Dia sudah melepaskanmu. Tapi… tapi kamu masih punya aku. Aku sejak awal milikmu, Rin. Aku yang sampai akhir akan tetap menjadi milikmu. Aku yang sejak awal sudah mencintaimu dan akan tetap mencintaimu. Aku yang akan selalu rela melakukan apapun, menjadi apapun dan mengorbankan apapun untukmu."

Kali ini Airin menangis sambil tersenyum, "Aku tahu, Lif. Aku tahu." Airin memeluk erat Alif dengan tangis bahagia. "Terima kasih banyak,Lif. Maaf aku terlalu lama melukaimu. Maaf aku tidak menyadari ini lebih awal. I love you."

"I love you more, Airin kamiliana."

3 BULAN KEMUDIAN

"Good morning, Honey" sapa Alif pada Airin yang baru keluar dari lift

"Good morning. Alif?" sahut Airin yang terkejut melihat Alif sudah ada di hadapannya setelah 3 bulan di tugaskan ke proyek di luar pulau jawa

"Yaa... ini aku" kata Alif sambil membuka kedua lengannya lebar-lebar berharap Airin akan memeluknya

"Kapan kamu pulang dari Sulawesi?" Tanya Airin tanpa memedulikan kode dari Alif yang menginginkan pelukan darinya untuk pengobat rindu

"Semalam" jawab Alif kemudian menurunkan kedua lengannya

"Ooh... kamu kok nggak kabar-kabar kalau mau pulang? Kalau kamu kasih kabar dulu kan aku bisa jemput kamu di bandara semalam" ujar Airin

"Nggak, biar jadi kejutan. Lagian aku sampe sini tuh jam 11 malem, kasihan kalau aku minta jemput sama cewek. Apa lagi ceweknya cantik kaya kamu, bisa bahaya " sahut Alif

"Bahaya? Bahaya gimana maksudnya?" tanya Airin tidak mengerti

"Bahaya, nanti ada yang suka terus culik kamu" jawab Alif sambil memegang hidung Airin dengan telunjuknya

"Hahaha... nggak mungkin lah" tukas Airin

"Oh iya. Ini oleh-oleh buat kamu" ujar Alif sambil memberikan sebuah paper bag berukuran sedang pada Airin

"Waaah... thanks, Lif" ucap Airin sambil menerima paper bag dari Alif

"Ini kopi toraja. Kamu masih suka ngopi kan?" Tanya Alif

"Eeem... masih kok" jawab Airin agak lama

"Yaudah, kamu udah siap berangkat ke tempat kerja? Nggak ada lagi yang ketinggalan?" Tanya Alif

"Tentu, nggak ada lagi kok yang ketinggalan. Udah siap semua" jawab Airin

Alif meminta Airin menyerahkan tas laptop yang dijinjinggnya, "Sini, berikan tasnya. Biar aku yang bawain" ujar Alif

Airin melihat Alif kemudian menyerahkan tas laptopnya pada Alif, "Thanks, maaf ngerepotin" kata Airin

"It's ok, Rin" sahut Alif yang sama sekali tidak merasa keberatan atau direpotkan

Mereka kemudian berjalan menuju mobil Alif yang terparkir di halaman apartemen Airin

"Silakan masuk, Tuan putri" ujar Alif sambil membukakan pintu untuk Airin

"Thank you" jawab Airin sambil tersenyum manis. Dia masuk ke dalam mobil

"Sama-sama, Tuan putri. Sebuah kehormatan bisa memiliki kesempatan membukakan pintu untuk Tuan putri" sahut Alif layaknya seorang pengawal

Airin tertawa mendengar Alif yang begitu wasis memerankan perannya sebagai seorang pengawal istana

"Udah berapa kali ya kamu bilang thanks selama beberapa menit kita bertemu?" tanya Alif sambil memasang sabuk pengamannya

Airin hanya tersenyum dan tersipu malu

"Nggak usah kebanyakan bilang thanks, thank you, makasih, terima kasih, atau kata sejenisnya kalau sama aku ya?" tanya Alif dengan tatapan penuh kasihbsayang pada Airin

"Loh, memangnya kenapa? Kenapa aku nggak boleh mengatakan terima kasih dan sejenisnya ke kamu?" tanya Airin heran

"Aku bukannya melarang kamu untuk bilang terima kasih. Kamu tetap boleh mengatakannya, Airin. Tapi... jangan banyak-banyak. Tahu nggak kenapa?" Alif balik bertanya

"Nggak, kan tadi aku nanya ke kamu" sahut Airin

Alif tersenyum, "Em... ok. Aku merasa kita jadi canggung kalau kamu terlalu sering bilang terima kasih ke aku. Paham?"

"Eem... ok, baiklah" sahut Airin singkat

"Kamu mau mampir-mampir dulu atau mau langsung ke kantor?" tanya Alif

"Langsung ke kantor aja" sahut Airin

"Kamu udah sarapan emangnya? Ingat kamu udah punya maag loh" Alif mencoba mengingatkan Airin

"Nggak sempet kalau mau makan dulu. Udah, ayo dong jalan" pinta Airin

"Eeh... sarapan itu wajib loh. Melewatkan sarapan sama aja mengundang penyakit" ujar Alif

"Hahaha... sejak kapan kamu jadi sangat care sama kesehatan, Lif?" tanya Airin

"Eeem... akhir-akhir ini" sahut Alif

A piece of chocolate cake

"Rin, maaf ya? Aku hanya bisa antar kamu sampai lobi kantor aja" kata Alif saat mobil sudah masuk ke area parkir kantor

"Loh, kamu mau ke mana? Kamu ada rapat di luar? Kan kamu baru aja pulang dari proyek, memangnya kamu kasih laporan ke pimpinan?" tanya Airin

Alif menjawab semua pertanyaan Airin dengan hanya menggelengkan kepala

"Lalu? Ketemu klien?" tanya Airin

Alif kembali menggelengkan kepala. Dia memarkirkan mobil di tempat yang masih kosong

"Terus kamu mau ke mana?" tanya Airin

"Rahasia" jawab Alif yang kemudian mengangkat kedua alisnya

"Iiih... kesel. Dari tadi aku tanya ke kamu tapi jawaban kamu hanya geleng-geleng kepala aja. Sekalinya jawab malah bilang rahasia" ujar Airin kesal. Wajahnya langsung merengut

"Hahaha... lucunya pacar aku kalau lagi ngambek gini" goda Alif sambil mencubit pipi Airin

"Hmmm..." Airin hanya bergumam

"Aku izin hari ini" kata Alif

"Izin aja atau ambil cuti?" tanya Airin untuk lebih memastikan jawaban Alif

"Izin aja" jawab Alif singkat

"Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Airin lagi

"Rahasia" jawab Alif masih enggan untuk memberi tahu Airin

"Tuh, kan. Itu lagi jawabannya" ujar Airin kesal

"Hahaha... " Alif tertawa melihat wajah Airin yang semakin lucu saat ngambek seperti sekarang ini

"Bisa kan jawabnya yang lain, masa rahasia terus sih jawabannya. Kesel ih aku dengernya" protes Airin

"Iya, bisa" kata Alif

"Aku tanya lagi nih ya? Awas kalau jawabnya rahasia lagi" kata Airin

"Iya" jawab Alif menurut

"Awas kamu" ujar Airin cepat

"Iya, mana? Katanya mau tanya-tanya aku lagi" tantang Alif

DREEET... DREEET... DREEET... ponsel di tangan Airin bergetar. Sebuah panggilan masuk dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Airin

"Nomor siapa ya? 222? Kamu kenal nomor ini, Lif?" tanya Airin sambil menunjukkan nomor yang muncul di layar ponselnya

"Eeem... No. Coba jawab aja kalau penasaran, siapa tahu nanti itu telepon penting" kata Alif