"Sebentar ya? Aku angkat telepon dulu" kata Airin sebelum mengusap layar ponselnya untuk mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal itu
Alif tersenyum kemudian mengangguk pelan
"Halo" sapa Airin pada lawan bicara yang belum ia ketahui siapa
Alif memandang Airin untuk melepaskan rindunya
"Oh, iya. Airin kan belum sarapan. Gue pesenin makan aja deh" batin Alif. Dia kemudian meraih ponsel di dashboard mobil
"Halo... Halo... " kata Airin lagi
Alif menatap heran pada Airin
"Kenapa?" tanya Alif lirih
"Alif, sebentar. Aku angkat teleponnya di luar ya? Sepertinya ada gangguan di sinyalnya, ini nggak ada suaranya" kata Airin
Alif mengangguk mempersilakan Airin keluar dari mobilnya
"Sebentar" bisik Airin sambil membuka pintu mobil
Selagi Airin sedang sibuk dengan panggilannya, Alif dengan cepat memikirkan apa yang akan dia berikan untuk sarapan Airin hari ini. Dia membuka aplikasi ojek online, memilih fitur pesan makanan, kemudian mulai mencari apa yang sekiranya cocok untuk sarapan Airin
"Hmmm... nasi? Udah biasa. Bubur? Ah nanti kalau sampai sini nggak anget, malah jadi nggak enak. Eeem... kue aja deh. Kue coklat boleh juga nih" ujar Alif lirih
Akhirnya Alif bisa membuat keputusan dalam waktu singkat, dia memesan sepotong kue coklat dan segelas kopi untuk Airin dari aplikasi itu
"Gue harap nanti kue sama kopi buat Airin bisa aman sampai di tangannya dan dia juga suka sama apa yang gue kirim" ujar Alif dengan penuh semangat
"Apa yang dikirim, Lif?" tanya Airin yang sudah membuka pintu mobil Alif. Beruntung dia hanya mendengar bagian belakang kalimatnya
"Oh, nggak. Ini aku baru pesan vas bunga buat di rumah mamah. Semoga aman sampai rumah mamah gitu maksudnya" Alif mencoba untuk menutupi kejadian yang sebenarnya
"Ooh... yaudah, kamu jadi mau anterin aku sampai ke lobi kantor nggak?" tanya Airin
"Iya, jadi. Yuk, aku anterin sampai lobi" ujar Alif. Dia kemudian keluar dari mobil
Airin dan Alif berjalan berdampingan menuju lobi kantor
"Nanti pulangnya aku jemput, ya? Kita mamlir dulu ke kafe, gimana?" tanya Alif sambil terus berjalan di samping Airin
"Eeem...." Airin hanya bergumam
"Aku kangen tahu sama kamu" bisik Alif
Airin tertawa karena geli, "Iya, nanti jemput lagi di sini ya?"
Alif mengangguk dengan senang hati
"Bye... aku masuk ke dalam dulu ya?" Airin melambaikan tangannya pada Alif
"Bye... sampai jumpa nanti. Fighting!" Alif melambaikan tangannya pada Airin
"Eeem... semangat ya kerjanya. Kalau capek, istirahat aja sebentar. Jangan terlalu dipaksakan" teriak Alif sebelum sosok Airin menghilang di balik pintu lift
Setelah Airin sudah tidak terlihat Alif baru berjalan meninggalkan lobi kantor dan kembali ke tempat parkir. Alif mengecek kembali ponselnya, dia membuka aplikasi yang ia gunakan untuk memesan makanan
Pesanan segera diantar ke alamat tujuan...
"Cckk... semoga makanan untuk Airin segera sampai. Takutnya kalau kelamaan nanti mag Airin bisa kambuh" ujar Alif sambil terus berjalan menuju ke mobil
Alif melihat ke arloji di tangannya, jarum di arloji itu menunjukkan pukul 8 lebih 5 menit
"Aduh, gue kan ada janji jam setengah 9" Alif berlari menuju mobilnya
Alif menyalakan mesin mobilnya, dia mulai menyetir mobilnya menuju ke kafe yang sudah ditentukan
TLUING... TLUING... TLUING.... TLUING...
"Halo" sapa Alif pada lawan bicaranya
"Iya, Pak. Jadi, Pak"
"Betul, di Kafe UpNormal yang sudah kita sepakati bersama kemarin
"Iya, Pak, saya sedang di jalan juga" sahut Alif
"Baik, sampai jumpa nanti Pak" ujar Alif sebelum kemudian mengembalikan ponselnya ke dalam saku kemejanya
Alif menambah kecepatan laju mobilnya
"Hmmm... gue jadi nggak sabar pengen lihat bagaimana penampakan rumah baru gue nanti" kata Alif
.
.
Sementara itu di kantor,
Airin mulai merasa lapar. Cacing di perut Airin mulai melakukan demo menuntut haknya untuk diberikan. Jelas saja Airin sudah lapar, dia hari ini belum menyantap apa pun sebagai sarapan
"Mbak Airin!" panggil seorang security
Airin tidak mendengar suara security yang memanggilnya. Dia masih fokus dengan pekerjaan dan rasa laparnya
"Mbak Airin!" panggil security itu lagi
Airin masih tidak menyahut
"Rin!" pekik Seina sambil memegang pundak Airin
Seina adalah rekan kerja Airin yang duduk di sebelah kiri Airin. Mereka dulu juga teman satu kampus, namun mereka tidak terlalu dekat
"Hah?!" Airin terkejut karena suara dan sentuhan dari Seina
"Kenapa sih, Rin?" tanya Seina
"Laper" jawab Airin
"Cckk... Tuh, dipanggil sama security" Seina menunjuk seorang security yang sedang berdiri sambil celingukan mencari keberadaan Airin
"Tumben ada security nyariin gue" ujar Airin lirih
"Iya, Pak. Saya!" teriak Airin sambil mengangkat sebelah tangannya
Setelah melihat Airin mengangkat tangannya, security tadi langsung menghampiri meja Airin dengan menjinjing sebuah paper bag berwarna coklat. Kalian tentu bisa menebak apa yang ada di dalam paper bag yang di bawa oleh security itu.
"Permisi, Mbak Airin. Saya mau mengantaran pesanan Mbak Airin, tadi ada ojek online yang mengantarkan ini. Kata ojek online itu pesanannya atas nama Mbak Airin dari Divisi Pembangunan Jalan Tol," kata bapak security.
"Bukan saya, Pak. Saya nggak pesan apa-apa lewat ojek online, Pak. Mungkin Bapak salah orang. Bisa saja itu Airin yang lain, bukan saya," sahut Airin yang merasa dia tidak memesan apapun melalui ojek online.
"Jangan-jangan ini gara-gara lo yang udah terlalu laper jadi lo nggak sadar tadi waktu pesan makanan," ujar Seina yang sedari tadi masih menyimak percakapan Airin dan security.
"Ah, nggak Na. Gue yakin gue nggak pesan makanan." Airin langsung mengecek aplikasi ojek online yang dia install di handphone-nya.
"Coba dicek dulu," kata Seina.
"Lihat deh, Na! Beneran nggak ada, beneran bukan gue" Airin berhasil membuktian itu bukan pesanannya.
"Pak, ini bukan milik saya. Bapak bisa lihat sendiri, di sini saya nggak memesan apapun." Airin menunjukkan isi layar handphone-nya pada security.
"Iya, Mbak. Ternyata bukan Mbak Airin yang pesan makanan ini."
"Memang bukan saya, Pak. Kan saya sudah katakana ke Bapak dari tadi, bukan saya yang pesan. Mungkin itu Airin yang lainnya," tukas Airin.
"Tapi, Rin. Di sini nggak ada yang punya nama Airin selain lo," kata Seina sambil mengingat-ingat semua nama karyawan wanita yang ada di kantor mereka.
"Seina…. Kantor ini besar, loh. Karyawannya juga banyak, memangnya kamu tahu dan ingat nama-nama rekan kita di kantor ini?" tanya Airin sambil menggelengkan kepalanya.
"Ya, nggak semuanya aku tahu sih. Tapi sebagian besar karyawan di sini itu kan laki-laki, yang cewek nggak ada setengahnya. Sepertiganya aja nggak tahu ada apa nggak. Dan kita kan juga sering ketemu sama mereka di kantin atau di musholla, sering ada acara khusus karyawan wanita juga setiap bulan. Lo pernah denger ada nama Airin selain lo, nggak? Nggak, kan?" tanya Seina.
"Dan satu lagi… alamatnya sudah sangat detail. Airin, Divisi Pembangunan Jalan Tol. Jelas banget ini punya lo. Mungkin ada yang kirimin ini buat lo," tambah Seina.
Pertanyaan dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Seina semakin membuat Airin bingung. Airin terus memikirkan tentang pernyataan Seina.
Kalau memang ada yang kirimin gue ini, siapa orangnya?... Airin terus bertanya-tanya dalam hati
Dari aroma wangi yang keluar dari paper bag itu, Airin dapat menebak ada kopi di dalam sana. Aromanya wangi banget, ada aroma kopi dan manis-manis apa nih? coklat?Hmmm…. aromanya aja udah bikin gue makin laper, ngiler deh pengen ngicipin yang ada di dalam sini, ini pasti isinya enak deh.... Airin mencoba menebak isi di dalam paper bag itu dari aroma yang dikeluarkannya
"Coba, Mbak Airin lihat saja isinya. Siapa tahu di dalamnya ada petunjuk ini benar milik Mbak Airin atau tidak. Mungkin saja benar apa kata Mbak Seina, mungkin saja ada yang mengirimkan ini untuk Mbak Airin," ujar security yang memberikan masukan pada Airin
Airin yang juga sudah sangat penasaran akhirnya mengikuti masukan dari security. Airin langsung melongok ke dalam paper bag untuk melihat apa isi di dalam paper bag itu. Di dalam paper bag itu Airin melihat ada cup berisi minuman. Sepertinya ini isinya kopi, tebak Airin sambil mengeluarkan cup itu dan meletakkan cup itu ke atas mejanya.
"Kopi ya? Pantes aja aromanya wangi banget," kata Seina yang menbak dengan tebakan yang sama dengan tebakan dari Airin.
"Kayaknya sih iya," sahut Airin.
"Terus, apa lagi?" tanya Seina yang sudah semakin penasaran dengan isi paper bag misterius itu.
"Iya, sabar dong!" Seina mengeluarkan sebuah kotak yang ditutup dengan mika sehingga dia bisa melihat langsung apa isinya.
"Waaah…. Kue coklat. Enak deh kayaknya." Seina terlihat tergiur dengan penampilan kue yang ada di tangan Airin sekarang.
Airin melihat ada selembar kartu di dalam paper bag itu. Dengan cepat Airin meletakkan kue coklat itu di mejanya. Dia lebih tertarik untuk membaca apa yang dituliskan dalam kartu itu.
"Masih ada lagi isinya?" tanya Seina.
"Ada," jawab Airin sambil mengeluarkan kartu itu dari paper bag.
Siapa tahu ada petunjuk di atas kartu ini, pikir Airin. Airin kemudian membaca apa yang tertulis di atas kartu itu.
Selamat menikmati, Airin. Semoga kamu suka dengan ue dan kopi yang sengaja aku kirim. Semangat! I love you… -Alif-
"Ya, Tuhan…." Airin tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Kenapa? Bener ini punya lo? Ada yang kirim ini buat lo, ya? Siapa?" tanya Seina penasaran.
"Pak, maaf ya Pak. Ternyata ini kiriman dari teman saya, jadi ini benar punya saya Pak. Terima kasih ya, Pak. Terima kasih karena sudah diantar sampai sini."
"Baik, Mbak. Sama-sama. Kalau begitu…. Saya permisi dulu ya, Mbak Airin… Mbak Seina…"
"Iya, Pak. Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Maaf karena saya merepotkan Bapak," kata Airin yang jadi merasa tidak enak karena sempat mengira itu bukan untuknya dan membuat bapak security ikut kebingungan.
"Nggak apa-apa, Mbak. Mari…." Security itu meninggalkan ruangan Airin dan Seina.
"Ini dari siapa? Gue boleh baca kartunya, nggak?" tanya Seina yang masih penasaran.
"Cckk…. Ini bukan dari siapa-siapa." Airin menjawab sambil tersenyum.
Bisa sweet juga ternyata ya si Alif, nggak nyangka sih gue dia bisa manis kaya gini. Gue pikir dia bakalan cuek banget, ternyata lebih manis dari mas Bian, mantan suami gue…. Kata Airin dalam hati.
"Mana mungkin bukan dari siapa-siapa tapi bikin lo senyum-senyum begini" Seina terlihat curiga pada Airin.
"Hmmm…. Nggak percayaan ya lo orangnya, Na. Ini dari Alif," jawab Airin.
"Alif? Bukannya dia lagi nggak di Jakarta? Bukannya dia lagi tugas di proyek yang di luar pulau, ya?" tanya Seina.
Airin mengangguk pelan, "Iya, dia memang kemarin dari Sulawesi tapi dia bilang kalau dia tiba di Jakarta tadi malam," jawab Airin.
"Oh, kok dia nggak kasih tahu gue kalau dia sudah di Jakarta," kata Seina dengan kesal. Wajahnya juga tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada Alif.
Airin merasa sedikit aneh dengan sikap Seina yang seperti itu. Memangnya dia siapa? Rekan kerja saja, bukan? Kenapa Alif harus mengabarinya kalau dia sudah sampai Jakarta? Atas dasar apa dia menuntut kabar dari Alif?.... tanya Airin dalam hati.