Tiga minggu sebelum tragedi itu terjadi, Pangeran Edward Veliz dan Putri Shaerbeek resmi menyatakan hubungan pertunangan yang mereka jalin. Calon raja dan ratu bagi Inggris tersebut tampaknya siap membawa kisah romansa mereka ke tahap yang lebih sakral, sebelum akhirnya takdir membawa maut yang memisahkan hubungan yang ada di antara keduanya.
Sejak saat itu putri Alice jarang terlihat lagi di kalangan masyarakat Inggris. Pristiwa penting yang merupakan momentum dalam sejarah adalah satu-satunya acara terakhir yang dihadiri oleh sang princess.
Proses pemakaman raja dan pangeran yang menjadi Putra Mahkota adalah sebuah acara yang memiliki makna konotasi sebagai bentuk kerelaan dari negara ini untuk mengikhlaskan kepergian mereka, walau sebenarnya tak ada jejak yang mengindikasi bukti dari kematian kedua tokoh penting tersebut.
Namun banyak rumor yang sudah bertebaran di negara ini tentang bagaiamana seorang putra mahkota tersebut sering bermain hati dengan para wanita, awalnya publik berpikir bahwa ini hanya satu dari kisah singkat sang pangeran. Paparazzi juga kerap kali sempat menangkap dirinya tengah bersama dengan beberapa wanita berpengaruh lainnya.
Akan tetapi setiap pemberitaan negatif yang ditudingkan ke arah dirinya selalu berhasil di bantah oleh pihak kerajaan itu sendiri. Tak mudah menerobos dinding dari kastil yang sudah berdiri lebih dari seribu tahun itu.
Keutuhan monarki dan nilai esentrik mahkota harus selalu dilindungi, semuanya harus menetap sebagaimana mestinya, walau hal tersebut terkadang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Setidaknya itu yang mereka gosipkan sehari-harinya.
Orang yang terlahir dengan sendok emas takkan bisa merasakan penderitaan dari orang-orang yang lahir dengan sendok plastik. Jalur awal keduanya tidak berada dalam satu frekuensi yang sama. Titik start orang-orang dengan sendok emas selalu akan selangkah berada di depan. Takdir memang kadang membuat hidup selalu terlihat tak adil, tapi beginilah nyatanya sebuah kehidupan, suka atau tidak tetap harus dijalani.
Orang yang terlahir dengan sendok emas takkan bisa merasakan penderitaan dari orang-orang yang lahir dengan sendok plastik. Jalur awal keduanya tidak berada dalam satu frekuensi yang sama. Titik start orang-orang dengan sendok emas selalu akan selangkah berada di depan. Takdir memang kadang membuat hidup selalu terlihat tak adil, tapi beginilah nyatanya sebuah kehidupan, suka atau tidak tetap harus dijalani.
Namun satu hal yang membuat perbedaan, yang bisa dikategorikan sebagai level keuntungan karena terlahir dengan sendok plastik. Kerja keras akan menempahmu dengan sangat baik, membuatmu mudah untuk menganggap setiap sesuatu berharga.
Dan kecenderungan untuk memiliki musuh, umumnya masih dalam tahap yang wajar. Berbeda dengan mereka yang lahir dengan sendok emas, bayang-bayang kegelapan terkadang akan selalu membuntuti mereka, terus mengintai walau mereka sedang terlelap.
Sikap dan rasa benci yang sedemikian besarnya itu dapat menuntun jalan takdir membawa pada satu akhir yang sama, kematian.
***
Mobil melaju masuk ke dalam halaman luas milik kastil negeri ini. semua orang telah bersiap pada tempat mereka masing-masing. Pintu gerbang yang merupakan batas pemisah antara kalangan bangsawan dan rakyat biasa itu kembali menutup dengan sendirinya.
Di sana dapat terlihat jelas paparan dari cahaya kamera milik paparazzi yang entah dari mana sudah mulai mengerumuni Bukingham Palace atau yang sering di kenal sebagai kastil sang ratu. Keluar dengan begitu anggun dan penampilan yang sangat elok, satu langkah kakinya telah menginjak karpet suci kastil ini. Turunnya sosok cantik bak malaikat tersebut di sambut hangat oleh para pengawal kerajaan.
Pengawal utama lalu mempersilahkan dirinya masuk. Satu hal yang terucap dari bibir indahnya, "Apa sang ratu dan seluruh keluarga kerajaan ada di dalam sana?"
Anggukan yang diberikan sebagai jawaban pertanda iya, tersirat begitu jelas. Tanpa adanya aba-aba lagi dirinya perlahan segara melangkah masuk ke dalam istana kebanggan negeri ini.
Sosok Pangeran Morgan terlihat berdiri di ruang utama, seolah dirinya tengah menyambut kedatangan wanita tersebut. Dirinya yang mendapati Putri Shaerbeek yang telah melangkah masuk, memberinya sambutan kecil. Ia menyoraki, "Selamat datang Putri Shaerbeek."
Tak ada balasan yang begitu berarti, Putri Shaerbeek terus melangkah maju namun tepat menuju ke arah Pangeran Morgan Veliz berdiri. Saat jarak di antara keduanya terpaut sekitar satu meter, sang putri lalu menundukkan kepalanya, memberikan tanda hormat pada anggota keluarga bangsawan itu, keluarga penguasa negeri ini.
"Terima kasih atas sambutan hangatnya Yang Mulia Pangeran Veliz," sahut Alice.
"Oh sama-sama, kami selalu senang bisa menyambutmu dengan ramah tamah di dalam kastil megah ini," balas Morgan menampakkan senyum palsunya.
"Lagipula sudah cukup lama sejak terakhir kali dirimu menginjakkan kaki di kastil kami," lanjutnya.
Putri Shaerbeek yang hendak melontarkan kata-kata untuk membalas pernyataan itu terhentikan oleh datangnya pangeran lain dari negeri ini. Adam menyambut kedatangan mantan calon kakak iparnya itu dengan senyuman hangat seraya berkata, "Selamat datang Putri Shaerbeek. Sudah cukup lama sejak terakhir kali kami melihatmu berada di istana ini."
Alice pun membalas sambutan tersebut dengan sebuah senyuman. Dirinya berkata, "Terima kasih Yang Mulia, senang bisa kembali dan di sambut hangat oleh kalian semua di istana ini. Walau kita semua juga sebenarnya tau bahwa diriku sudah tidaklah memiliki tempat di istana ini, tapi sungguh melegakan menerima salam sapa yang hangat"
"Ah jangan bersikap seperti itu. Kau akan selalu memiliki tempat istimewa di sini," sahut seseorang yang tiba-tiba memecah percakapan yang terjadi di antara mereka tersebut.
Dengan senyuman yang lebar, Isabelle menyambut kedatangan mantan calon kakak iparnya itu dengan satu pelukan hangat.
Tak kalah, juga Putri Shaerbeek membalas pelukan tersebut seraya berkata, "Terima kasih Isabelle, atau harus kusebut Putri Veliz. Wow kau terlihat jauh lebih dewasa dari kedatanganku yang terakhir kali."
Gadis itu merespon, "Tak perlu sungkan denganku. Cukup panggil Isabelle saja seperti biasanya. Aku juga merasa jauh lebih nyaman memanggilmu Alice."
Akan tetapi percakapan di antara mereka terhenti sampai di sana karena kedatangan pengawal pribadi ratu yang menyatakan bahwa saat ini ratu sudah tersedia untuk ditemui. Karena terkenal akan sifatnya yang cukup sopan, maka sang putri segera melangkah mengikuti sang pengawal.
Tanpa mengucap sepatah kata pun, Putri Shaerbeek tersebut kini berjalan masuk menemui sang ratu meninggalkan Pangeran Morgan, Adam, dan Putri Isabelle dari Keluarga Veliz di sana. Langkah maju Putri Shaerbeek membuat mereka semua pada akhirnya beranjak dari posisi mereka dan kembali melakukan aktivitasnya masing-masing.
***
Karena percakapannya dengan Putri Veliz sebelumnya, membuat Pangeran Adam Veliz secara perlahan-lahan mencoba untuk mendekati Anna Braveheart. Kali ini dia benar-benar ingin memastikan perasaannya tersebut. Pasalnya selama mengawasi wanita itu, sesuatu tampak terasa ikut menggetarkan hatinya, tiap kali mereka bertemu, saling menatap dan menghabiskan waktu bersama.
**To Be Continued**