Chereads / Scandalous Kingdom / Chapter 16 - Sentuhan Pertama

Chapter 16 - Sentuhan Pertama

Setelah merasa siap, Adam meluncurkan kakinya melintasi sebuah aisle dari istana yang dipenuhi dengan lukisan antik para pemimpin mereka di masa klasik, dan juga anggota keluarga bangsawan lain yang begitu esensial. Ukiran ornament indah yang menghiasi lorong tersebut, juga masih terus dipertahankan hingga hari ini.

Tepat setelah berada di depan ruangan sang ratu, Pangeran Adam hendak melangkah masuk, tapi kemudian kedua pengawal yang berjaga di sana mencegat langkah dari sang pangeran. Mendapat perlakuan seperti itu, tentu saja membuat Adam merasa cukup tercengang dengan situasi yang tampak tak biasa itu.

"Mengapa kalian memberhentikan langkahku?" tanya Adam yang merasa heran.

"Apa sang ratu berada di dalam sana?" lanjut sang pangeran.

Dengan sikap yang tegas namun tak melanggar kode etik dan tata krama yang ada, salah satu dari pengawal yang tengah berjaga itu berucap, "Maaf Yang Mulia akan tetapi Your Royal Highness sedang bertemu dengan seorang tamu yang sangat penting di dalam sana. Beliau berpesan untuk tak membiarkan siapapun masuk dan mengganggunya."

Paham akan kondisi yang ada, Adam kembali mengajukan pertanyaan kepada mereka, "Memangnya siapa tamu penting yang sedang ditemui Yang Mulia?"

Pengawal yang sama itu mendekat pada sang pangeran, masih dengan tone suara yang sama, dia menjawab singkat, "Perdana menteri." Mendengar sebutan nama 'perdana menteri' yang keluar dari mulut sang pangawal, membuat Adam merasa sedikit gugup entah mengapa.

Pasalnya sosok tersebut telah menjadi topik yang sudah dibahas berulang kali selama sekitar tiga hari belakangan, dan setiap namanya muncul, tak pernah ada hal baik, selalu terdapat sentiment dan energi negatif untuknya pada pihak istana.

Nama orang itu juga sedang sangat naik daun saat ini di tengah masyarakat, mereka semua menyaksikan bagaimana sosok itu berbicara di hadapan masa. Ia berhasil mencuri pandangan semua mata yang ada.

Dirinya bahkan tampak begitu mudah menguasai situasi publik yang ada, ia merupakan tipe orang yang pemberani dan tampak sangat berkualifikasi, seorang lawan yang cukup kuat untuk dihadapi. Sadar akan tamu yang sedang berusaha dihadapi sang ibunda, Pangeran Adam akhirnya mengurungi niat miliknya. Ia mendekat kepada sang pengawal, lalu menitipkan pesan untuk memberitahu bahwa dirinya ingin menemui Yang Mulia ratu setelahnya.

Sebelumnya, asisten pribadi sang ratu mengabarkan bahwa perdana menteri yang baru saja terpilih itu memasuki lingkungan Buckingham palace, dengan satu ucapan kalimat yang dilontarkan sang ratu maka asisten yang menjadi tangan kanannya itu segera bergegas mengikutinya. Dalam ruangannya, sang ratu sibuk untuk memperbaiki penampilan dirinya agar terlihat sempurna, di sisi lain dirinya juga ikut memperhatikan detail-detail kecil yang bisa menambah daya tarik estetik ruangannya yang sebenarnya sudah tampak luar biasa.

Sebenarnya pengalaman seperti ini adalah pembelajaran kedua bagi dirinya. Karena sang ratu tak pernah berbincang-bincang serius dengan para perdana menteri hingga akhirnya dia lah yang menjadi pemimpin negara ini.

Perdana menteri terakhir merupakan orang yang terkenal, sudah sangat akrab dengan pihak kerajaan. Sayang saja beliau sudah tak lagi terpilih naik pada pemilihan tahun ini, akan tetapi sosok kontras lain yang justru mendapatkan kursi tersebut.

Perdana menteri yang baru digandrungkan akan menjadi ancaman bagi nilai esentrik mahkota, sepertinya sungguh memberikan Yang Mulia ratu persaingan yang cukup ketat dan sulit. Menghadapi dirinya secara langsung akan menjadi tantangan tersendiri bagi Camila. Siap atau tidak, iya harus menghadapi sosok tersebut.

***

Saat kedua pintu besar itu terbuka, tampak sosok yang tentu saja sudah pernah di lihat oleh sang ratu, akan tetapi hanya melalui layar kaca tv atau pun melalui pemberitaan media lainnya. Camila menatap dirinya dari atas sampai bawah mencoba meraih kesimpulan singkat yang dapay digunakannya untuk menarik sosok itu.

Dengan posisi duduk menyamping khas ala bangswan wanita, dirinya mempersilahkan sang perdana menteri baru itu untuk ikut duduk. Perawakan yang begitu tampan dengan berewok halus yang menumbuhi wajahnya, di tambah sinar dari mata birunya itu yang tajam, sosok itu mengikuti arahan dari sang ratu.

Namun sebelumnya dia sempat membungkuk sekitar Sembilan puluh deraja derajat. Pria itu menunjukan salam miliknya, sebagai bentuk tanda hormat yang sebenarnya terlihat lumayan cukup dramatis di mata Camila.

"Selamat atas terpilihnya dirimu dan kelompok partaimu, aku turut berbahagia untuk kalian," sahut sang ratu.

"Terima kasih atas ucapan selamatnya. Kami begitu senang bisa melaksanakan pesta demokrasi yang kami miliki, tanpa harus mendapatkan interupsi dari pihak mana pun," kata pria itu.

"Tentu saja, kalian dan masyarakat tentu tak perlu harus merasa khawatir karena pihak kerajaan tak memiliki niat apa pun untuk melakukan hal tersebut," balas ratu dengan senyuman kecil atas sindiran halus yang dilemparkan kepadanya.

"Berbicara tentang perayaan, aku yakin bahwa saat ini kantormu tentu saja telah menerima undangan dariku. Maaf, tapi jangan anggap ini sebagai sebuah bentuk gangguan atau ancaman, akan tetapi kami memang sudah merencanakan semua ini sebelumnya, anggap saja sebagai sebuah hadiah kejuatan dari sikap ramah tamah istana dalam menyambut pemimpin lain yang terpilih atas amanat rakyat," tambah Camila dengan antusias.

"Iya kami sudah menerimanya. Niat yang sungguh baik yang tak kami sangka datang dari pihak sang ratu. Dan juga Yang Mulia, dirimu tak perlu harus meminta maaf karena kau sama sekali tak sedang melakukan sebuah kesalahan. Bukankah begitu?" balas sang perdana menteri.

"Ah tentu saja tidak. Kami hanya ingin agar itikad baik dan tulus dari kami tidak di salah artikan, kalian pasti tahu jika menonton atau membaca hal-hal yang di buat para jurnalis di luar sana. Sangat menyanyangkan bahwa mereka menjadikan sebuah isu pemerintahan sebagai sebuah ajang hiburan," respon spontan dari Camila.

***

Setelah berbincang-bincang singkat yang merupakan sebuah basa-basi semata, sang perdana menteri tersebut kini mengeluarkan beberapa berkas dari tas yang dibawahnya. Dirinya kembali menyahut, "Ini adalah pertemuan kita yang pertama dan Yang Mulia mungkin sudah tahu apa yang hendak aku bahas di sini pada hari ini."

Masih dengan ekspresi yang sama, sang ratu membalas, "Tentu saja, tak perlu terburu-buru karena pertemuan kita sudah terjadwalkan setiap minggunya. Well, diriku sedikit kagum padamu, di usia yang baru saja menginjak dua puluh lima tahun, kau berhasil menjadi seorang perdana menteri negeri ini. Literally perdana menteri termuda kedua setelah William Pitt. Aku harap kita dapat bekerja sama dengan baik kedepannya."

Pria itu merespon, "Ah terima kasih ratu atas pujiannya. Tapi diriku bukanlah sebuah orang yang suka membuang-buang waktu. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tata kelola perdana menteri sebelumnya begitu sangat kacau, tak mengherankan jika negeri ini juga menjadi sangat rentan dan mudah untuk dikendalikan.

**To Be Continued**