Dari arah sana terlihat seorang pria yang berusia dua puluh tahun lebih muda itu melangkah masuk ke dalam ruangan sang ratu. Orang yang sudah terkenal sebagai asisten pribadi dan tangan kanannya itu berjalan mendekat ke arah beliau, tentunya setelah menundukkan kepalanya selama sepersekian detik.
"Ada apa Yang Mulia memanggil diriku?" tanya sang asisten.
"Begini kau tahukan bahwa beberapa hari yang lalu masyarakat baru saja mengadakan pesta demokrasi. Demi mendekatkan hubungan antara pihak istana dengan lembaga perlemen, aku ingin mengadakan sebuah acara. Diriku menginginkan agar dirimu yang bertanggung jawab dalam mengatur persiapan pesta besar itu, buat ini sebagai sebuah welcome party," jawab sang ratu dengan antusias.
***
Mendapati seorang saudara yang tengah duduk di halaman belakang dengan segelas tehnya membuat seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang menyandang gelar bangsawan sebagai seorang putri itu mendekati dirinya. Dengan santainya ia langsung mendudukkan dirinya tepat di sebelah sang pangeran tersebut. Ia berkata, "Brother, apa yang kau lakukan di sini sendirian?"
Tanpa mengalihkan tatapan dari kertas-kertas yang sedang dibacanya, Pangeran Adam menjawab, "C'mon Isabelle, kalau kau ingin menggodaku maka sekarang bukanlah saatnya untuk bermain-main."
Mendengar kata-kata yang terlontar dari sang kakak membuat Isabelle merasa sedikit kesal. Dia benar-benar merasa peduli, tapi tampaknya niat baiknya tak disambut dengan baik. Ia berucap, "Jika kau berpikir aku tak tahu segalanya maka kau jelaslah salah. Aku tahu mengenai masalah perdana menteri dengan partainya yang memenangkan kursi, atau masalah mengenai dirimu dengan Anna. Bukan hanya sampai situ, aku juga tahu beberapa hal mengenai Alice yang mungkin tak kalian ketahui."
Sang pangeran sebagai seorang saudara, merasa cukup terkejut bahwa adiknya yang tampak begitu acuh tak acuh, dan tak pernah terlihat tertarik pada urusan lain yang ada di istana, ternyata mengetahui beberapa informasi penting juga.
"Bersikaplah tenang, kita cukup percayakan saja semuanya pada ibu, dia pasti bisa mengatasi hal ini," cetus Isabelle.
"Oh, sepertinya ada yang mulai bersikap dewasa dan mulai mempercayai sang ibu yang selalu diajaknya bertengkar," ujar Adam menyindir sang adik secara halus.
"Aku memang lah selalu bersikap dewasa. Kalian saja yang selalu suka memperlakukan diriku sebagai anak yang masih kecil. Lagi pula bukan karena aku yakin dengan ibu. Beliau saja yang selalu menginginkan perhatian dan juga cukup handal dalam mengatasi banyak masalah," Ungkap Isabelle.
Kedua saudara-saudari ini pada akhirnya mulai saling membagikan beban yang di pikul olehnya. Mereka mulai saling bercerita tentang keluh kesah hatinya. Bagaimana keduanya menaruh rasa curiga pada kedatangan Putri Shaerbeek yang kembali ke kastil mereka. Baik Adam ataupun Isabelle ternyata sama-sama sepakat untuk bekerja sama dalam mencari tahu tujuan asli dari niat tersembunyi Alice.
Namun sebelum akhirnya Putri Veliz pergi meninggalkan Pangeran Adam Veliz, dirinya mengutarakan sesuatu yang membuat sang pangeran menjadi sedikit tersipu malu. Isabelle juga berucap, "Dalam tiga hari ke depan sang ratu akan mengadakan sebuah pesta di Istana Windsor untuk mempererat hubungan pihak kerajaan dengan pihak pemerintah. Mereka mungkin akan membatasi jumlah tamu undangan, namun berterima kasihlah padaku. Kau mungkin tak tahu, tapi aku sudah melakukan sesuatu dengan mengirimkan satu undangan khusus atas nama Anna Braveheart di dalam sana."
***
Sedangkan di dalam ruangan sang ratu, kehadiran Pangeran Morgan yang terus mengoceh di sana-sini membuat beliau mulai merasa sedikit tak nyaman dengan tingkah saudara iparnya itu. Dengan gaya dan sikap bossy miliknya, pangeran itu kembali mendudukkan dirinya pada kursi tamu yang ada. Dia bahkan tak dipersilahkan, Camila sendiri juga tampak mengabaikannya.
Pria itu berkata, "Langkah yang kau ambil begitu berani tapi sangat begitu penuh dengan resiko Camila. Apa kau mendengarku?"
Sembari membolak-balikan dokumen yang ada dihadapannya, sang ratu membalas, "Tentu saja, pepatah mengajarkan kita bahwa dekatlah pada musuhmu melebihi kedekatanmu dengan kawan sendiri."
Camila, sebagai sang ratu juga menegaskan, "Lagi pula bukan hal mudah untuk membongkar dan mencari sesuatu pada Istana Windsor, kastil yang satu itu sangat terlampau sulit untuk di jangkau setiap sisinya. Jangankan orang biasa, seorang bangsawan pun juga mudah untuk tersesat di dalam sana."
Morgan yang melihat keseriusan di mata wanita yang dikenal sebagai pemimpin negeri ini hanya bisa tersenyum. "Baiklah, kau tampaknya begitu percaya diri dengan hal ini. Kuharap semuanya berjalan sesuai dengan yang kau harapkan dan rencanakan."
Sebenarnya Camila sendiri merasa ragu dengan rencana yang diambil olehnya, tapi dia merasa tidak ada pilihan yang jauh lebih baik saat ini. Alangkah jauh lebih baik baginya untuk menunjukkan bahwa pihak istana justru mendukung kelompok tersebut daripada menentang mereka.
Pesta simbolik yang diadakan olehnya hanyalah bentuk lain dari sebuah pernyataan bahwa ia ingin menunjukkan keseriusannya dalam melakukan gencatan senjata. Perang dingin yang terjadi di antara mereka sebagai orang-orang yang menduduki kursi kepemimpinan sungguh takkan berakhir baik bagi satu sama lain. Terutama jika keduanya terus saja memutuskan untuk saling bermusuhan.
***
Pikiran ragu dan sedikit perasaan gugup tengah menghantui pikirannya sejak bangun pagi ini, membuat seorang pangeran yang berpotensi sebagai raja di masa depan itu mempertanyakan kembali aksi dirinya sendiri.
Karena ia bangun yang sedikit telat, dirinya pun ketinggalan sarapan pagi bersama dengan anggota bangsawan lainnya. Kini dia segera beranjak keluar dari kamar megahnya itu. Mengawali hari dengan melakukan beberapa rutinitas olahraga yang tak pernah dilewatinya, lalu dilanjutkan dengan menyantap sarapan paginya.
Sama seperti kebanyakan orang pada umunya, seorang pangeran sepertinya juga melakukan aksi mandi dua kali sehari, di pagi hari dan juga sekitar dua sampai tiga jam sebelum waktu dirinya terlelap.
Adam juga mirip seperti sang ibu, dirinya juga tak pernah bisa menikmati waktu luang dengan baik, tanpa harus memikirkan segala hal yang menjadi tanggung jawab mereka. Terutama masalah penting yang sedang dihadapi saat ini. Sangat sulit bagi mereka semua untuk bernafas legah ketika setiap musuh selalu berada di sekitar.
***
Sebelum mandi, sang pangeran sempat mendengar sebuah bunyi lonceng berbunyi dengan keras. Bunyi khusus itu ditujukan jika ada kedatangan tamu khusus ke kerajaan. Suara yang sama seperti saat kedatangan Putri Shaerbeek sebelumnya.
Namun karena tak ingin membuang banyak waktu, sang pangeran tak memperdulikan siapa tamu yang datang mengunjungi istana mereka di pagi menjelang siang ini. Adam cukup fokus pada urusan pribadi miliknya saja, menutup pikiran pada semua kemungkinan yang ada.
Setelah merasa siap, Adam meluncurkan kakinya melintasi sebuah aisle dari istana yang dipenuhi dengan lukisan antik para pemimpin mereka di masa klasik, dan juga anggota keluarga bangsawan lain yang begitu esensial.
**To Be Continued**