William duduk di tepi tempat tidur. Ia menggunakan piyama tidur berwarna hitam. Tangannya menepuk sisi tempat tidur di sampingnya.
"Kemarilah! Apa kau ingin berdiri sampai pagi?" tanya William.
Mentari melangkah dengan dada berdebar-debar kencang. Ia ingin meminta maaf karena sudah membuat Will terjaga sampai dini hari hanya demi menunggunya datang. Tari duduk dengan jarak lima jengkal dari tempat suaminya duduk saat ini.
"Kenapa jauh sekali? Kau tidak ingin~"
"Bukan begitu!" potong Tari sambil menggelengkan kepala. "Aku ingin meminta maaf, karena aku tertidur saat menemani Monic," sambungnya.
"Aku tidak marah padamu. Aku juga mengerti tugas seorang ibu. Tidak perlu merasa bersalah. Seharusnya, kau berpikir bagaimana caranya membalas penantianku selama tiga jam dengan melakukan sesuatu," ucap William ambigu.
William bergeser tempat duduk. Menempelkan tubuhnya di samping Tari. Jantung Tari seolah hendak melompat menembus tulang rusuknya.