"Ampun, Tuan. Saya salah," ucapnya dengan suara bergetar.
Tubuhnya gemetar serta berkeringat. Jantungnya berdebar-debar dengan cepat saat mendengar langkah kaki laki-laki yang berjalan ke arahnya. Ia tidak berani mengangkat kepalanya dan terus bersujud dengan wajah menempel ke lantai.
"Jangan takut. Aku hanya akan memberitahumu untuk yang terakhir kali. AKU TIDAK SUKA WANITA KOTOR!" Laki-laki itu mengucapkan kalimat terakhir dengan suara tinggi di dekat telinga pengurus klub.
"Ampun, Tuan. Saya mengerti. Saya akan mengingatnya dengan baik." Pengurus klub merasakan sakit di dalam telinga karena teriakan laki-laki itu. Namun, ia tidak berani pergi sebelum laki-laki itu memerintahkannya pergi.
Tak! Tak! Tak!
Suara sepatu yang beradu dengan lantai kaca itu menghentak di daun telinga pengurus klub. Setiap hentakan langkah kaki itu seperti jarum waktu yang ada di atas bom. Membuatnya seperti sedang berada di ambang kematian.
"Pergilah. Ingat apa yang kukatakan padamu!"