"PERNAHKAH KAU MENJALANI HIDUP SEPERTI RAPUNZEL?, HIDUP DIKEKANG DAN TERKURUNG DALAM MENARA TINGGI YANG MENJULANG TANPA PERNAH BISA BERTEMU SIAPA SIAPA?, WALAUPUN DIKEKANG DAN DIASINGKAN RAPUNZEL PERNAH MERASA BAHAGIA BERSAMA IBU TIRINYA. TAPI DIRIKU?, TAK PERNAH SEKALIPUN MERASA BAHAGIA, DENGAN TERKEKANG NYA KEHIDUPANKU, DENGAN DIBATASINYA AKTIFITASKU AKU MALAH SEPERTI MENJADI SEORANG TAHANAN NARAPIDANA DI SEBUAH PENJARA ISTANA MEWAH".
-CLAIRE
"selamat pagi ayah." sapa Claire dengan nada kecil
Kedua tatapan tajam yang tertuju pada surat kabar yang ia baca mampu membuat siapapun tertunduk takut dan segan. manik coklat yang tetap indah walaupun termakan usia masih bisa melihat huruf demi huruf dan kata demi kata yang ada dalam paragraf yang tersusun rapi dalam majalah bisnis yang ia dapat dari Spanyol. Dan dia adalah Samuel Zanquen, ayah dari Claire. Yang memiliki sifat tegas, keras dan juga dingin. Sosok ayah yang selalu mendidiknya dengan keras dan tegas tanpa memberinya kelembutan ataupun waktu untuk istirahat. Sosok laki laki yang Notabene memiliki sifat yang sangat amat keras tempramental dan sulit ditebak.
"Duduk!" ucap Samuel kepada putrinya tanpa berpaling dari majalah bisnis yang ia baca
suara dengan tempo nada datar itu membuat hati Calire dilanda rasa cemas, Calire duduk dikursi seperti apa yang diminta sayang ayah. Duduk dengan perasaan tegang membuat nya kembali melakukan kebiasaannya yaitu meremas remas bajunya dan menundukkan kepalanya. Tangannya dipenuhi keringat wajahnya juga sedikit gelisah ketika menghadapi dan berhadapan dengan sang ayah. Mulutnya bergetar mencoba menanyakan sesuatu kepada ayahnya, memberanikan diri untuk bertanya kepada Samuel ayah kandungnya.
"a....ada apa ayah?" tanya Claire dengan suara bergetar
Samuel menutup majalah bisnis yang sedang ia baca, meletakkannya di meja lalu memasang wajah serius dan memandang lekat putrinya. Kembali menunjukan tatapan tajam miliknya kepada Claire putihnya. Menatap putri satu satunya dari keluarga nya yang harusnya ia namakan dengan kasih sayang dan perhatian tapi malah sebaliknya. Ia mendidik Claire putihnya dengan keras dan penuh ketegasan, dan itulah Samuel yang dikenal semua orang.
"disekolah mu akan diadakan lomba bukan?" tanya Samuel dengan nada dingin
Claire hampir lupa dengan lomba matematika ajang internasional yang akan diadakan lusa di sekolahmya. untung saja ayahnya mengingatkannya akan hal itu. Tapi tetap saja, ia memang murid yang paling pintar dan cerdas di sekolah, Claire pun populer karena kecantikan dan juga otaknya. Tapi kalau boleh jujur Claire ia paling benci jika ayahnya sudah membicarakan tentang lomba. Karena apapun lomba yang ia ikuti Claire pasti dituntut untuk selalu menang dan mendapatkan piagam.
Karena itu semua menyangkut harga diri dan nama baik keluarga Zanquen. Claire pelan pelan mengerjakan mulutnya dan menjawab pertanyaan sang ayah dengan nada sedikit bergetar
"i....iya ayah, akan ada lomba di sekolah." jawab Claire dengan nada bergetar
Samuel lalu beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan perlahan menghampiri guci antik besar berwarna biru di dekat jendela yang ia beli dari Tiongkok. Samuel lalu mengelus mulut guci yang sedikit berdebu sambil berkata.
" kau tau setiap ada lomba kau harus apa Claire?" tanya Samuel sambil mengelus guci antiknya
Claire menelan salivanya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan sang ayah yang bila didengar begitu sangat amat singkat dan biasa saja, tapi bagi Claire pernyataan itu bagaikan bom yang meledak sangat keras dan dapat menimbulkan masalah. Ia tahu apa yang diinginkan sang ayah, ia harus menang dalam lomba itu lah keinginan sang ayah.
"aku akan memenangkannya ayah." jawab Claire sambil tertunduk
"bagus kau sangat pintar, tak sia sia aku mendidikmu dan memberi mu nama Zanquen." ucap Samuel sambil tersenyum puas
Calire hanya bisa mengepal erat telapak tangan nya, rasanya ia ingin menangis kencang. Lelah itulah yang ia rasakan, ditekan dan selalu ditekan oleh ayahnya membuatnya kadang menjadi gadis yang lemah dan tak berdaya, gadis yang hanya bisa diperintah. Membawa nama keluarga Zanquen tak dapat ia pungkiri bahwa ia merasa sengsara. Walau Hidup dengan harta yang berlimpah dan menyandang status nona muda dari keluarga kaya tak menjamin rasa bahagia menghampiri dirinya yang ada rasa muak kesal dan lelah sudah menjadi teman dan sahabat karibnya.
🌸🌸🌸
Di Kamarnya...
Brukkk!!!!!
Menjatuhkan diri sekaligus ke kasur empuknya, itulah kebiasaan Claire setelah berbincang singkat dengan ayahnya. Ia lalu mengambil guling dan memeluknya erat erat, ingin rasanya ia teriak, ingin rasanya ia menangis kencang karena terus saja hidup dibawah tekanan tapi ahkkk andai kamarnya kedap suara maka tempo tempo dulu ia sudah melakukannya. Mulai kesal dengan keadaanya Calire lalu beranjak dari tepat tidur keluarga Itali itu dan berjalan menuju meja belajar sambil mengoceh ngoceh mengumpat tak jelas.
"ahkkk!!!,,,kenapa pihak sekolah harus mengadakan lomba huh???, ahkkkk!!!!!." ucap Claire frustasi sambil mengacak ngacak rambutnya
hmm menjadi seorang Rapunzel yang selalu terkurung di kamar memanglah sangat tak bahagia. Apalagi jika selalu mendapat penekanan dari orang tuanya, yang memaksanya harus bisa selalu mendapat nilai yang sempurna setiap waktu dan saat. ahkkk rasanya sungguh amat melelahkan.
Claire lalu mengambil tab android miliknya dengan raut muka cemberut. Ia membuka salah satu aplikasi membaca komik yang populer lalu memilih cerita komik yang berjudul 'My Queen'. Claire lalu melihat setiap panel dan gambar antara adegan tuan putri dan pangeran yang membuatnya iri. ia lalu mengelus layar Tab nya sambil berkata kepada diri sendiri
"hmm... kapan pangeranku akan muncul dan membawaku pergi??" tanya Claire
Yahh terlalu banyak membaca komik mungkin membuatnya sedikit halu dan berkhayal. Tapi tak apa lah yang penting ia bisa sedikit lebih rileks dan tak merasa tertekan soal tuntutan ayahnya agar ia memenangkan lomba yang adiadakan. Ia mungkin bisa sedikit berkhayal tentang pangeran yang nanti akan membawanya pergi jauh dari istana penjaran ini, membawanya berpetualang dan pergi kemana saja ia mau. Ah walaupun itu semua hanya jagalan Calire tapi rasanya semua itu seperti nyata, semoga saja apa ganyia banyaknya benar benar bis aterjadi.