Chereads / BUKU SIHIR SANG RAJA ELF / Chapter 19 - Perkampungan Tengah Hutan

Chapter 19 - Perkampungan Tengah Hutan

Ren dan Wedden menoleh kearah datangnya anak panah dengan seketika, mereka mempunyai pikiran yang sama. Mungkinkah para peri lembah menyelamatkan mereka?

Tetapi tidak ada tanda-tanda apapun, tidak ada seorangpun yang muncul dari balik pepohonan. Dan itu semakin membuat pimpinan Gnome semakin murka. Anak panah itu terlihat asing bagi pangeran Soutra, warnanya yang hitam sudah jelas sekali kalau itu bukan milik bangsa peri.

Tiba-tiba saja segerombolan pria dengan jubah hitam mereka menyerbu kawanan gnome dengan melepaskan puluhan anak panah mereka. Pasukan yang sudah begitu ahli memanah itu segera melenyapkan semua Gnome hanya dalam hitungan detik. Hingga akhirnya, satu lawan satu antara seorang pria berjubah hitam dengan pimpinan Gnome. Pria yang mengenakan jubah hitam itu sedikit memberikan senyumnya sebelum dia melepaskan anak panahnya dan mengenai kepala dari pimpinan Gnome tersebbut.

"Kerja bagus, Nig. Tidak salah Pemimpin memilihmu sebagai prajurit terbaik kerajaan," ujar salah seorang pria yang menepuk bahu pria yang tadi memanah pimpinan Gnome.

"Ayo, kita kembali." Pria yang bernama Nig itu mengajak pasukan kecilnya untuk kembali kedalam hutan.

"Emmm permisi, bisakah kalian mengeluarkan kami dari sini?" suara Wedden membuat para pria berjubah hitam itu kembali berbalik dan memandang kearahnya.

Salah seorang anggota pasukan berbisik kepada Nig yang sepertinya adalah piimpinan mereka, "Mungkin mereka adalah teman dari pria perkampungan tadi," bisiknya.

"Siapa kalian? Dan kenapa kalian bisa berada diatas sana?" tanya Nig kepada kedua pria Utara yang masih berada di dalam sangkar diatas kuali besar yang masih mendidih.

"Jika kalian menyelamatkan kami, maka kami akan menceritakan semuanya. Jika kalian mau," sahut Ren yang sangat tidak menyukai basa-basi.

Secepatnya, Nig melepaskan dua anak panahnya sekaligus dan mengenai tali pengikat di sangkar tempat kedua pria Utara berada. Ren dan Wedden yang tidak siap dengan tindakan pria berjubah hitam itu langsung saja berayun kearah yang aman. Dan mereka berduapun terjatuh diatas tumpukan bahan-bahan makanan para Gnome yang menjijikan.

Sang pangeran Soutra menyumpah kepada Nig yang hampir saja membuat dirinya dan Wedden mati tercebur kedalam kuali yang mendidih.

Para rombongan pria berjubah itu langsung menghampiri kedua pria yang masih membersihkan diri. Mereka segera memegang tangan keduanya dan berniat untuk menjadikannya tawanan.

Pria yang berambut merah muda dan berponi memberontak dengan kuat, dia segera meraih pedang peraknya yang tergeletak di dekat sebuah gerobak yang berisi berbagai macam benda milik para Gnome. Dia juga memungut belati milik Wedden, dan mahkota raja yang sepertinya milik Ser entah itu barang curian ataupun memang miliknya.

Para pria berjubah hitam tidak keberatan dengan barang-barang yang dibawa Ren, hanya saja mereka ingin tau bagaimana mahkota kebesaran raja Timest itu bisa berada ditangan kedua pria ini.

Pangeran Soutra bersama dengan pria Vitran Wedden berjalan mengikuti langkah Nig dengan diiringi oleh beberapa pria berjubah hitam lainnya. Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam dan saling pandang. Mereka tidak merasa seperti tawanan hanya saja mereka merasa seperti anggota pasukan yang terabaikan karena tidak ada satu pria pun yang mengajak mereka untuk bercakap.

Para pria berjubah hitam memiliki aroma tubuh yang aneh bagi kedua pria Selatan itu. Mereka berbau seperti buah berry yang matang, wangi manis dan segar. Si keriting Wedden mengamati dengan lekat jubah hitam yang sekilas sama dengan jubah lusuh miliknya. Tetapi ini berbeda, jubah itu bukan dari serat kapas ataupun kulit harimau seperti milik pangeran Soutra. Seperti serat kayu, tetapi terlalu lembut.

"Jauhkan tanganmu, kawan!"

Wedden tersentak oleh suara salah seorang pria berjuubah hitam, dan dia segera menyadari bahwa tangan kanannya tengah menyentuh jubah pria itu dibagian pinggulnya. Pria keriting tersebut hanya menunduk merasa bersalah, dia sedikit melirik kepada Ren yang memandanginya dengan tanpa ekspresi.

Sekelompok pria berjubah hitam itu masih berjalan terus berrsama dengan dua orang Utara yang terabaikan. Mereka semakin masuk kedalam hutan yang begitu lebat dan sudah semakin gelap di setiap langkahnya. Cahaya matahari hanya sebagian kecil yang dapat menyusup di celah-celah dedaunan dan pepohonan. Angin hutan bertiup dengan lembut dengan tanpa adanya suara nyanyian burung hutan.

Hari telah menjadi semakin gelap karena awan yang mulai berubah warna menjadi kelabu ketika sekelompok pria berjubah hitam bersama dua orang dari Utara telah tiba di sebuah perkampungan kecil yang lebih tampak seperti perkemahan.

Rumah-rumah kecil yang berbentuk seperti cangkang kura-kura berjajar rapi berbentuk melingkar. Beberapa pria yang berada di luar rumah tengah mengumpulkan beberapa kayu dan bahan-bahan untuk membuat api unggun, beberapa yang lainnya tengah menempa besi untuk membuat senjata.

Pandangan wedden terarah pada sekelompok pria yang menempa besi. Mereka sama sekali tidak terlihat ramah. Seorang diantaranya menatap Wedden dan Ren baru saja memasuki kawasan perkampungan itu.

Wedden dan Ren dikumpulkan dengan seorang yang lain yang terlebihdulu ditangkap oleh mereka di dekat tumpukan kayu yang akan digunakan untuk membuat api unggun. Wedden tidak banyak bertanya, dia tahu kalau Ser memang sebelumnya sempat melarikan diri.

Ren memandangi Ser yang terdengar merintih, kedua kakinya terluka karena saat terjatuh dari sangkar para gnome, dia menabrak batu besar dan terpaksa harus berlari kencang sehingga membuatnya semakin memar.

Para pria berjubah hitam tidak mengatakan apapun pada para tahanan. Mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Wedden, Ren dan Ser juga tidak ingin mengatakan apapun. Mereka hanya sedang menikmati waktu duduk mereka yang bisa dianggap sebagai istirahat.

Seorang pria yang dipanggil 'Nig', menghampiri mereka bertiga dengan membawakan sebuah wadah air minum. Dia menyuruh ketiganya untuk minum tanpa mengucapkan kata apapun.

Ren masih dengan pedangnya, dia juga masih bersama mahkota raja yang diletakkan di dekat tubuhnya. Namun firasatnya mengatakan kalau dirinya sedang tidak membutuhkan pedang untuk saat ini, padahal semua orang berjubah hitam di sekitarnya tidak seperti orang yang akan membiarkan mereka hidup.

Nig meminta Wedden, Ren dan Ser untuk sedikit menjauh karena api unggun akan segera dinyalakan.

Nig mengambil mahkota yang mewah itu. Dia dapat melihat Ser menggeleng menahannya, namun dia tidak peduli.

"Siapa yang telah berani mencuri mahkota kebesaran Raja Timest ini?" suara berat Nig cukup mengejutkan Wedden dan kedua rekannya.

Ren seketika menoleh pada Ser yang masih menahan nyeri di kakinya. Pemuda itu tidak mengatakan apapun, hanya menunduk dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Dia adalah pencurinya," ujar Ren yang masih menatap Ser.

Wedden cukup terkejut dengan itu, dia yang merasakan aura mengerikan dari para pria berjubah hitam itu merasa kalau jawaban Ren itu dapat membuat mereka celaka.

***