Chereads / Istri Kejam Sang CEO / Chapter 5 - Pertemuan Kembali

Chapter 5 - Pertemuan Kembali

"Hmmm…. Ayah, istri, dan anaknya sedang keluar," Balas Renessa. Daniel adalah salah satu orang yang ia kabari tentang kepulangannya. Sebenarnya hanya tiga orang yang dikabarinya akan kepulangannya kembali ke negara itu, yakni Om Jefri, Tante Lucia, dan Daniel. Alasannya mengatakan kepada ketiga orang itu tentu saja karena mereka bertiga adalah orang yang sering mengunjunginya setahun terakhir setelah mengetahui di mana Rudi menelantarkannya.

"Apa semua baik-baik saja? Kamu tidak apa-apa kan sayang?" Suara lembut Daniel membuatnya tersenyum. Perasaan sesak dan kecewa yang dirasakan sedikit berkurang setelah mendengar suara pria itu. Ia sangat menyukai perhatian kecil yang diberikan kekasihnya.

"Aku baik-baik saja. Bagimana dengan pekerjaanmu?"

"Semuanya berjalan lancar. Aku sebenarnya lupa mengatakan ini padamu tapi aku akan sibuk beberapa minggu ke depan. Aku mengikuti tur gabungan dengan beberapa rekan musisi lain untuk melakukan diskusi dan konser kecil dengan artis-artis lokal di beberapa daerah," Daniel menjelaskan. Renesa bisa mendengar dari nada suara pria itu bahwa ia sedang kelelahan namun bahagia dengan apa yang dikerjakannya.

"Wow… ide siapa nih?" Goda Renessa. Ia tahu ini pasti adalah ide kekasihnya yang berjiwa bebas ini. Daniel sudah beberapa kali menceritakan keinginannya berkolaborasi dengan musisi dari daerah dan kegiatan seperti ini adalah usahanya untuk menumbuhkan ketertarikan remaja pada musisi local yang sebenarnya memiliki kemampuan yang tak kalah dengan artis luar. Daniel bahkan sering memuji beberapa musisi yang bertalenta namun sayangnya tidak dapatkan eksposure yang cukup.

"Siapa lagi kalau bukan kekasihmu ini, sayang," Kata Daniel bangga. Renessa tertawa mendengar bualan Daniel yang berlebihan.

"Sponsornya oke?" Tanya Renessa lagi. Tidak seperti Daniel yang memandang segalanya dengan positif, cara Renessa memandang segala sesuatunya sangat bertentangan dengan pria itu. Ia ragu ada yang mau mensponsori event yang cukup beresiko seperti ini.

"Oke. Semuany sudah fix dari jauh-jauh hari malahan," Jawab Daniel santai. Renessa menghela napas pelan mendengar tanggapan Daniel. Ia tidak ingin pria itu tahu ia sedikit mengkhawatirkan tur yang akan dilakukan pria itu.

"Great. Sukses ya, sayang. Jaga Kesehatan di sana. I will miss you so much, baby," Renessa berkata dengan nada manja. Renessa terkadang geli sendiri ketika menginggat sikap sok imutnya ini, namun Daniel pernah berkata bahwa capeknya akan hilang Ketika melihat Renessa yang selalu serius melakukan hal menggemaskan. Sejak saat itu, setiap kali ia melihat ataupun mendengar suara lelah pria itu ia akan bersikap manja.

"Sayang, turnya baru dimulai hari ini, jangan buat aku makin kangen sama kamu," Daniel mengerang pelan. Renessa tertawa senang Ketika Daniel mulai bereaksi seperti ini. Jika Daniel berada di dekatnya, biasanya pria itu langsung mendekapnya dan menghujaninya dengan ciuman.

Keduanya berbincang untuk beberapa saat sampai suara lembut seorang gadis yang diyakini Renessa sebagai Gitya, manager Daniel, terdengar. Sepertinya ia memanggil Daniel untuk berkumpul.

"Sayang, sudah dulu, ya, nanti aku telepon lagi, bye," Daniel berkata cepat dan langsung memutuskan panggilan telepon. Ia bahkan tidak menunggu Renessa membalas salamnya. Wajah Renessa berubah suram. Ia tidak menyukai wanita itu. Insting wanitanya mengatakan bahwa Gitya memiliki perasaan khusus pada Daniel.

Renessa pernah bertanya mengapa Daniel memilih Gitya dan bukan seorang pria yang dapat membawakan barangnya, menjadi sopirnya dan bahkan dapat menjadi bodyguard Daniel. Ia merasa memiliki seorang manajer tambahan untuk membawakan barang, seorang sopir, dan bodyguard hanya membuang-buang pengeluaran, terlebih jika ia bisa mendapatkan semua kriteria itu pada satu atau mungkin dua orang berpengalaman.

Renessa ingat ia menjadi sedikit cemburu ketika Daniel menjawab dengan defensive bahwa Gitya adalah salah satu teman baiknya sejak SMA. Bullshit. Ia tidak percaya Gitya hanya menginginkan persahabatan dari Daniel. Renessa beberapa kali menemukan kilat penuh damba yang terpancar dari mata Gitya ketike menatap Daniel.

Renessa bangkit dari Kasur dan bergerak ke kamar mandi. Ia mungkin perlu menyegarkan dirinya sebelum melakukan aktivitas lainnya.

Setelah mandi, Renessa sudah kembali segar dan memutuskan untuk berkeliling. Fisiknya yang sudah cukup terlatih di sekolah asrama membuatnya tidak mudah lelah.

Ia berkeliling rumah dan membiasakan dirinya dengan keadaan di sekitarnya. Banyak hal di rumah itu yang sudah sangat berbeda. Mengingatkannya bahwa banyak waktu telah berlalu setelah kepergiannnya.

Renessa berkeliling hingga hari mulai cukup gelap dan memutuskan untuk duduk bersantai di ruang tengah sambil membaca buku yang diambilnya dari perpustakaan. Sepuluh menit sebelum pukul tujuh, beberapa suara nyaring terdengar dari pintu depan.

"Kamu membuat ayah bangga, nak. Keluarga Santoso akan sangat senang mendengar pencapaianmu," gelegar suara Rudi membuat Renessa tertegun.

Ayahnya terdengar sangat bahagia dan bangga dengan pencapaian putrinya, adik tirinya. Renessa tidak dapat menahan persaan iri yang mulai tumbuh di dalam benaknya. Ia juga adalah putri ayahnya, putri kandung Rudi Santoso. Namun ia tidak pernah mendapatkan perlakuan sebaik itu sejak ia kecil. Jangankan pujian Ayahnya sepertinya akan meledak ketika melihat bayangannya.

"Ayah," Renessa menyapa ayahnya ketika akhirnya melihat sosok pria itu melewati ruang tengah dengan santai.

Senyum di wajah Rudi membeku. Wajanya pias ketika ia menoleh ke tempat di mana Renessa duduk dan menatap gadis itu dengan tatapan sengit.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan ketus Rudi membuat Renessa mengerutkan keningnya. Ayahnya belum berubah. Pria itu masih membenci Renessa hingga ke tulang-tulangnya.

"Aku pulang, yah. Kupikir Shinta sudah mengatakan pada ayah bahwa aku akan pulang." Renessa berkata masih dengan senyum manis namun perasaannya bercampur aduk.

"Pulang? Tempat ini bukan rumah untuk anak pembawa sial sepertimu! Jangan pernah panggil aku dengan sebutan Ayah, aku tidak sudi memiliki anak sepertimu!" Rudi mengeram dan mengumpat kasar membuat alis Renessa sedikit berkerut. Namun ia kembali tersenyum dengan riang setelahnya, menyembunyikan kekecewaannya rapat-rapat.

Ia benar-benar tidak mengerti apa saja yang sudah diperbuatnya yang membuatnya mendapatkan panggilan dan perlakuan kasar dari ayahnya.

Rudi semakin marah ketika melihat wajah Renessa yang tidak terlihat sedih ataupun tersinggung dengan perkataannya, "Keluar dari rumah ini sekarang! Aku tidak sudi memiliki anak sepertimu!"

Amarah Rudi selalu menimbulkan tanda tanya baru dalam benak Renessa. Ia sama sekali tidak melakukan apa pun dan hanya tersenyum. Kenapa ayahnya bersikap seolah ia adalah seorang criminal yang mengancam keselamatannya?

Renessa kemudian menangkap dua sosok wanita yang berdiri di belakang ayahnya. Tentu saja ia mengenali mereka, ia melihat foto keluarga bahagia itu di beberapa sudut rumah. Gadis bergaun putih itu pasti adik tirinya yang bernama Mary dan wanita di samping gadis itu adalah istri baru ayahnya Laura.

Tidak, wanita itu adalah istri lama yang baru diketahuinya ssetahun belakangan. Wanita itu terlihat sedikit arogan dan ia membalas tatapan Renessa dengan sengiran kemenangan di wajahnya.

Sayangnya Renessa sama sekali tidak mempedulikan senyum kemenangan wanita itu karena ia sedang berusaha menahan luapan rasa takjub ketika memandang kecantikan Laura. Wanita itu masih terlihat seperti seorang gadis yang berusia dua puluh tahun. Tubuhnya masih ramping dan montok yang membuatnya terlihat seperti kakak Mary dibanding ibunya. Pantas saja ayahnya tergila-gila padanya.

Menyadari bahwa Renessa sedang memperhatikan dua wanita di belakangnya, Rudi dengan cepat bergerak dan menghalangi pandangan Renessa pada kedua wanita itu dengan protektif. Renessa ingin tertawa melihat tingkah lucu ayahnya. Ayahnya bersikap seolah ia bisa melukai keluarga barunya hanya dengan tatapannya. Maksudnya keluarga lama yang baru diketahui Renessa.

"Berhenti menatap mereka!" Rudi membentak menyadarkan Renessa dari lamunannya.

"Apa mereka ibu dan dan adik tiriku yang lupa kau kenalkan padaku, ayah?" Renessa bertanya dengan suara antusias palsu. Ia sama sekali tidak mengubris perkataan Rudi untuk berhenti memanggil pria itu dengan sebutan 'ayah'.

Mary yang sejak tadi menunduk terlihat bergerak mendekati ibunya untuk mencari perlindungan ketika mendengar perkataan Renessa.

Renessa mendengus tidak percaya menatap raksi berlebihan gadis itu. Apakah ia terlihat seperti seorang pembunuh brutal atau wanita gila sehinga adik tirinya bersikap seperti itu?

"Hentikan omong kosongmu dan keluar dari tempat ini sekarang!" Rudi meraung dan mulai bergerak mendekati Renessa dengan agresif.

Namun Renessa tetap terlihat tenang,tubuhnya bergeming menatap ayahnya yang berjalan mendekat. Ia kemudian berdiri ketika ayahnya sudah berada tepat di hadapannya, membuat pria itu harus kembali melangkah mudur.

"Sepertinya kita tidak bisa melakukan pembicaran yang tenang malam ini, ayah. Kita akan bicara besok setelah ayah tidak terlalu lelah. Tolong katakan pada Liam untuk mengantarkan makan malamku ke kamar,"