"Kenapa ayah tidak bertanya dulu padaku sebelum berteriak-teriak seperti itu?" Renessa bertanya sambil menatap ayahnya dengan berani.
"Kau memang pembuat onar! Aku tidak perlu bertanya untuk mengetahui hal seperti itu!" Rudi membalas dengan wajah yang memerah karena berteriak.
"Karena ayah lebih mempercayai pelayan itu dibandingkan aku, putrimu sendiri, aku akan menelepon polisi atas dugaan percobaan pembunuhan! Biar polisi yang membuktikan bahwa aku adalah korban dalam masalah ini!" Renessa berkata dengan tenang sambil mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam, mereka tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Percobaan pembunuhan? Lelucon macam apa ini?
Lala yang sejak tadi hanya menundukan kepalanya mulai menyadari bahwa kebohongannya akan terbongkar jika Renessa terus berbicara. Ia kemudian mulai berteriak nyaring sambil menangis, "Aku tidak melakukannya, tuan, nyonya, dia berbohong! Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu!"
Lala kemudian mulai menatap dengan tatapan memohon pada Mary membuat Mary menangis semakin keras dan berbalik ke arah ibunya. Ia memegang lengan ibunya dan berkata di sela tangisannya, "Ibu… Lala tidak mungkin… hic…melakukannya…. Kakak …hic… pasti… berbohong…. Dia hanya… hic….iri karena Lala….hic…. sangat peduli padaku…."
"Dasar pembohong! Tidak mungkin Lala melakukan hal sekeji itu, dia adalah orang yang selama ini merawat Mary!" Suara Laura mengelegar. Ia tidak tahan melihat putri semata wayangnya menangis hingga sesuggukan seperti itu. Ia takut kondisi Mary akan memburuk jika terus menangis.
"Karena kita memiliki pendapat yang berbeda, kita sebaiknya memanggil polisi. Aku memiliki bukti bahwa Lala berniat membahayakanku kemarin," Renessa tetap tenang menghadapi semua orang di situasi yang cukup kacau itu.
"Bukti? Mana buktinya?" Raungan Rudi kembali memenuhi aula. Renessa merasa heran mengapa orang-orang ini suka sekali berteriak. Ia masih bisa mendengarkan omong kosong mereka walaupun mereka berbicara dengan tenang.
"Aku memiliki rekaman dari kamera CCTV ketika Lala sedang melakukan aksinya dan berniat melukaiku kemarin," Renessa mengayunkan ponselnya di depan semua orang.
"Sebaiknya kita menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum karena pelaku tidak mau mengakui perbuatannya," Renessa terlihat tenang dan mulai menekan beberapa angka yang adalah nomor darurat kepolisisan.
Lala yang melihat hal ini menjadi semakin panic, ia hanya menambahkan satu sendok garam di dalam sop dan air dalam makanan yang diantarkannya pada Renessa. Ia tidak menyangka Renessa akan memanggil polisi untuk hal sesepeleh ini.
Perkataan Renessa tentang CCTV menyadarkan Lala bahwa ia tidak terlalu mempedulikan posisinya ketika melakukan kejahatan yang dilakukannya. Selama ini tidak ada yang pernah berniat untuk memeriksa rekaman CCTV karena Tuan Rudi dan Nyonya Laura selalu mempercayai semua perkataannya dan membelanya. Jadi, ada atau tidaknya rekaman CCTV sebenarnya tidak mempengaruhinya sama sekali.
Namun kali ini ia terlalu percaya diri dan menggali lubang kuburnya sendiri. Nyonya Laura dan Tuan Rudi mungkin membelanya, tapi tidak dengan pihak kepolisian. Ia akan diseret paksa ke dalam bui jika tindakannya terbukti benar. Bahkan ia tidak dapat berbuat apa pun jika Renessa membayar para polisi itu untuk menahannya.
Tubuh Lala berkeringat saat ia mengingat kembali kejadian kemarin. Ia tidak melaukan apa pun yang dapat membahayakan keselamatan Nona Renessa namun ia juga tidak dapat mengatakan bahwa ia sepenuhnya tidak bersalah. Ia sudah meludahi, memasukan garam, dan menumpahkan minuman pada Renessa. Jika ia berhong dan mengatakan sesuatu yang lain, maka ia akan tamat.
Saat ini ia hanya bisa kembali berharap pada keberuntunggannya.
"Nona, aku bersumpah aku tidak melakukan apa pun yang membahayakan nona Renessa," buliran halus mulai kembali membasahi wajah Lala saat ia bersujud dan mulai memeluk kaki Mary. Kali ini air mata yang tumpah bukan lagi sebuah sandiwara karena ia benar-benar ketakutan.
Jika perempuan sialan itu memanggil polisi kemari dan menuntutnya bahkan dengan hukuman ringan, namanya bisa tercoreng. Tidak ada yang akan mempekerjakannya bahkan walaupun ia terbukti tidak bersalah nantinya.
"Ibu…. Hic,,,, bantu Lala," Mary menangis tersedu-sedu.
"Kita tidak perlu memperpanjang masalah ini. Lala akan meminta maaf padamu dan masalah ini akan selesai," Laura berkata dengan nada final. Ia ingin segera menyelesaikan masalah ini dan pergi berkunjung ke salah satu butik teman soialitanya.
"Aku tidak bisa melakukannya. Aku hanya berniat melindungi keluarga kita. Jika dia tidak diberi hukuman atas perbuatannya, dia akan kembali melakukan kesalahan yang sama. Kita tidak pernah bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran seseorang. Dia bisa saja melakukan hal yang lebih berbahaya bahkan pada Mary ketika pada akhirnya dia merasa kesal pada Mary, atau bahkan padamu atau ayah," Renessa mulai menghasut. Sebenarnya ia jarang menggunakan cara dan trik licik seperti ini. Namun ketika ia memiliki orang yang mau menjatuhkannya di asrama tempatnya tinggal dulu, dia akan mulai menghasut beberapa orang-orang dan menghancurkan mereka dari dalam.
Laura sedikit tertegun mendengar perkataan Renessa. Walaupun kemungkinannya kecil, namun hal itu bukan sesuatu yang mustahil. Ia dan Rudi selama ini selalu mendapatkan keluhan tentang sikap buruk Lala namun mereka menutup mata atas semua yang dilakukan wanita itu karena mereka merasa Lala cukup berjasa dalam membersarkan Mary.
Namun ketika kembali memilikirkan apa yang dapat dilakukan Lala pada putrinya, tubuh Laura sedikit menegang. Jika ia berada di posisi Lala, ia sebenarnya memiliki beberapa keuntungan karena ia mengetahui semua aktivitas, kebiasaan, hingga alergi ataupun obat yang tidak dapat dikonsumsi Mary, Menghabisi anaknya bukan hal yang sulit bagi Lala. Bagaimana jika kondisi Lala selama ini adalah hasil dari campur tangannya?
"Sudahlah, sebaiknya kita hentikan semua omong kosong ini!" Rudi masih akan berceloteh panjang lebar namun ketika melihat Laura mengangkat tangannya, ia kembali terdiam.
Melihat keraguan mulai terbentuk di mata Laura, Renessa tahu ia sudah semakin dekat dengan kemenangannya.
"Nyonya, tuan, saya melakukan ini demi nona Mary, saya hanya ingin memberikan Nona Renessa pelajaran karena sudah merebut kamar Nona Mary," Lala mulai berteriak histeris saat menyadari bahwa Laura sudah mulai termakan omongan Renessa.
Laura menatap Lala sekilas sebelum menatap Renessa dengan sedikit kesal, "tunjukan buktinya padaku." Laura akan memutuskan apa yang akan dilakukannya pada Lala setelah melihat video yang dimaksud Renessa.
"Jangan, bu…. Bantu Lala," Isak Mary sambil menguncang lengan Laura. Ia tidak tahan melihat Lala berlutut dan menangis seperti itu. Ibunya juga terlihat semakin goyah dengan hasutan Renessa.
"Nyonya, saya melakukan ini untuk nona Mary," Lala ikut menangis menambah keriuhan di dalam ruangan. Renessa mendengus pelan menonton sandiwara di hadapannya. Telinganya sudah sakit walaupun ia baru berada di sana kurang dari 30 menit.