Sementara Renessa hidup dalam kekurangan, Rudi menggunakan seluruh uang warisan almarhum istrinya untuk memanjakan Laura dan Marry.
"Ya sudah. Aku akan menghentikan semua kucuran dana dari uang peninggalan ibu sampai ayah mau mengatakan di mana letak makam ibu," Renesa berkata dengan sengit sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan Rudi sendirian.
Rudi melemparkan ornament kaca yang tersisa di mejanya pada pintu yang tertutup. Perbincangan mereka ini benar-benar telah melukai harga dirinya. Ia memang menggunakan uang Renessa untuk bersenang-senang dengan Laura dan Mary dan walaupun ia dengan bangga membual tentang omset restoran dan gajinya sebagai CEO, nominal dari kedua pekerjaannya itu tidak sebanding dengan harta peninggalan keluarga Claudia.
Rudi harus mengatakan bahwa ia benar-benar terkejut dengan jumlah yang diberikan istrinya untuk kebutuhan Renessa setiap bulannya. Namun ia menjadi murka setelah menyadari bahwa istrinya tidak meninggalkan uang sepeserpun padanya walaupun ia memiliki kekayaan yang tidak akan habis bahkan setelah turunan ke delapan atau sepuluh.
Rudi tersenyum licik, Claudia tidak tahu bahwa setelah kematiannya, ayahnya tersayang akan jatuh sakit dan tidak dpat mengurus keuangan Renessa jadi ia berani meninggalkan uang sebanyak itu. Jika ia tahu keadaan bahwa Rudi mengirimkan jumlah yang sangat kecil pada Renessa tiap bulannya, ia yakin wanita itu tidak akan beristirahat dengan tenang di alam sana.
Rudi menarik napas menenangkan dirinya. Ia bisa bertahan sedikit lagi. Empat tahun lagi, gadis itu akan berusia dua puluh lima tahun, ia harus bersabar dan menunggu ketika saat itu tiba untuk menyingkirkan Renessa.
Wasiat milik Claudia hanya bisa melindungi Renessa sampai anak itu berumur 25 tahun. Dan setelahnya, ia akan mengambil alih keuangan Renessa dan melemparkan Renessa ke jalanan. Gadis itu harus bersyukur ia hanya membuangnya di jalan dan tidak membunuhnya.
**
Wajah Lala memucat ketika Liam menemuinya untuk mengantarkan gajinya. Liam juga mengatakan pada Lala untuk segera meninggalkan rumah itu tanpa diketahui Nona Mary. Kaki Lala terasa lemas dan ia hanya bisa mersosot ke lantai. Ia tidak menyangka ia akhirnya kan diusir dari rumah keluarga Santoso. Ia tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini.
Lala menangis sesugukan di lantai kamarnya, meratapi nasip tragisnya.
Liam menatap Lala dengan tenang. Ia sudah menduga ini akan terjadi cepat atau lambat. Lala terlalu percaya diri dan terkadang melupakan statusnya sebagai seorang pelayan hanya karena ia diistimewakan Nona Mary.
"Nyonya Laura juga berpesan untuk tidak lagi berusaha mendekati Nona Mary atau dia akan melaporkanmu atas tuduhan percobaan pembunuhan. Nyonya juga ingin agar kamu tidak membicarakan omong kosong apa-pun di luar sana tentang keluarga Santoso sesuai dengan kontrak awal yang kamu tandatangani ketika bekerja di sini," Liam kembali berkata setelah teringat akan pesan Nyonya Laura.
"Liam, kalau begitu bisakah kamu membiarkanku menemui Nona Renessa. Aku tidak akan lama. Aku hanya ingin meminta maaf atas perbuatanku," Lala menangis sesuggukan. Ia sangat menyesali perbuatannya. Ia tidak menyangka Tuan Rudi dan Nyonya Laura akhirnya mencampakannya setelah semua yang telah dilakukannya untuk Nona Mary.
"Kamu tahu tidak ada gunanya menemui Nona Renessa lagi, kan? Seharusnya kamu meminta maaf sejak pertama kali ia mengusirmu dan mengancam akan melaporkanmu pada pihak kepolisian, tapi kamu malah menemui Nona Mary. Kamu tahu tidak ada gunanya lagi menemui Nona Renessa sekarang," Liam memberi saran.
Pada akhirnya Lala hanya bisa meratapi nasibnya dan berjalan meninggalkan rumah keluarga Santoso. Tidak ada gunanya menyesali perbuatannya. Ia tidak memiliki keluarga di kota itu dan ia benar-benar harus memulai semuanya dari awal.
Kabar dipecatnya Lala menjadi berita hangat di rumah keluarga Santoso. Tidak ada yang menduga bahwa Lala akan bernasib tragis seperti itu. Beberapa mengatakan bahwa keberuntungannya sudah habis setelah ia menggunakannya bertahun-tahun. Beberapa pelayan yang pernah menjadi korban Lala merasa senang karena akhirnya Lala mendapatkan pelajaran berharga dari masalah ini.
Sejak saat itu para pelayan mulai segan dan bersikap hormat pada Renessa. Mereka tahu bahwa walaupun kehadirannya tidak diterima dengan baik oleh Tuan Rudi dan Nyonya Laura namun Renessa dapat mempengaruhi keputusan tuan dan nyonya mereka. Para pelayan yang semula meremehkannya dan mengutuknya di belakangnya bersama Lala hanya bisa bungkam setelah kepergian Lala. Mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama dengan Lala. Mereka membutuhkan pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga mereka.
**
"Om Jeff!" Renessa berlari menghampiri pria tua itu dan memeluknya, "Sudah dari tadi?" Renessa bertanya sambil duduk di depan pria paruh baya itu.
Beberapa hari sudah berlalu sejak kejadian itu dan mendengar kabar bahwa Om Jefri akan pulang sebentar, Renssa dengan cepat mengajak pria itu untuk makan siang. Om Jefri cukup sibuk melakukan kegiatan amal di beberapa daerah pinggiran ia memiliki sebuah Yayasan untuk anak-anak terlantar yang membutuhkan pertolongan.
"Om baru saja sampai. Bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu sambil tersenyum menatap Renessa.
"Tidak terlalu baik. Om sendiri? Kupikir Om tidak akan pulang untuk bukan ini," Renessa berkata sambil menarik menu yang berada di sudut meja dan mulai membukanya.
"Om sengaja pulang demi kamu loh. Om sudah sangat penasaran dengan perbincanganmu dan ayahmu tapi kamu malah bilang kamu hanya mau menceritakannya ketika kita bertemu," goda pria tua itu.
Renessa tertawa pelan mendengar perkataan pria yang dipenuhi dengan aura wibawa. Ia tidak terlalu menyukai perbincangan lewat telepon dan juga ia belum melakukan progress yang berarti sehingga ia masih mau menunggu sebentar lagi.
"Ayah tidak mau mengatakannya. Dia bilang dia tidak membutuhkan uang warisan ibu untuk bertahan hidup," Renessa mengusap wajahnya lelah.
"Memangnya kamu bilang apa? Bukankah om pernah bilang jangan terlalu mendesak ayahmu?" tanya Jefri khawatir.
Renessa meringis sebelum menceritakan apa yang terjadi dua hari yang lalu. Ia menceritakan konfrontasinya dengan Rudi dengan gamblang, membuat Jefri hanya dapat menghembuskan napas dengan berat.
Jefri sadar ia seharusnya tidak bersikap gegabah dan menceritakan masalah tentang Rudi dengan terlalu mendetail namun ia juga tidak tahu gadis pemalu yang dulu dikenalinya sekarang sudah benar-benar berubah.
Jefri sudah memperingatkan Renesa berkali-kali untuk menghadapi ayahnya dengan kepala dingin namun dari cerita Renessa, gadis itu hanya berpura-pura berkepala dingin namun hatinya dipenuhi dengan amarah yang membakar seluruh sudut hatinya.
"Kamu seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu pada Rudi, Nesa. Pria itu masih ayahmu. Dia tidak benar-benar meninggalkanmu dan masih mengirimkan uang untuk biaya kebutuhan sekolahmu saat kamu tinggal di asrama, kan?" Jefri berkata sambil menggelengkan kepalanya.
Jefri masih belum bisa mempercayai apa yang diceritakan Renessa. Gadis yang dulu selalu haus akan kasih sayang ayahnya kini berubah menjadi gadis yang tujuan hidupnya hanya ingin membuat ayahnya mati terkena stroke.