Chereads / Istri Kejam Sang CEO / Chapter 6 - Pertemuan Kembali (2)

Chapter 6 - Pertemuan Kembali (2)

Renessa berkata dengan santai sambil melewati tubuh ayahnya yang mematung. Rudi tidak menduga Renessa sudah bertemu dengan kepala pelayan dan mempersilahkan dirinya untuk tinggal di salah satu kamar di mansion itu.

Belum selesai keterkejutan Rudi, ia kembali mendengar suara Renessa, "Oh ya, Mary, tante Laura, tolong jangan sungkan-sungkan dan anggap saja tempat ini sebagai rumah kalian sendiri."

Suara Renessa terdengar tulus namun Rudi sadar bahwa anak kurang ajar itu sedang mengejeknya dan orang-orang yang dicintainya. Renessa baru menaiki dua anak tangga ketika suara teriakan Rudi yang menggelegar memenuhi seluruh sudut rumah, "Perempuan sialan! Ini bukan lagi rumahmu! Keluar dari sini sekarang juga!"

Wajah Rudi kini semerah tomat, perkataan Renessa bagaikan tamparan keras di depan istri dan anaknya.

Laura yang menyadari emosi suaminya semakin memburuk mendekati pria itu dan mengelus dadanya. Mencoba menenangkan Rudi. Tindakan Laura sepertinya membuahkan hasil karena sekarang pria menatap wanita itu dengan penuh perhatian membuat Renessa merasa mual.

Renessa sadar Laura menatapnya sejak tadi dan menikmati situasi di mana ayahnya mencacinya habis-habisan, dan entah mengapa ia membenci wanita itu walaupun mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu. Wanita itu tidak mengatakan apapun yang menganggu ketentraman hatinya, namun Renessa menangkap beberapa cengiran dan tatapan merendahkan wanita itu yang mengirimkan signal berbahaya ke dalam pikirannya.

Istri baru Rudi ini sepertinya mencemoh Renessa karena ia bisa merebut semua perhatian dan kasih sayang Rudi untuknya dan anak perempuannya.

"Aku sudah berbicara dengan Om Jefri, Ayah," Suara pelan Renessa bagaikan petir di siang bolong di telinga Rudi. Suasana yang baru saja sedikit mereda kini menjadi lebih menegangkan.

Rudi sepertinya mengetahui ke mana arah pembicaraan mereka.

"Aku tahu semua kekayaan ibu diwariskan untukku, termasuk rumah ini," Renessa berkata dengan perlahan sembari menatap wajah Rudi yang semakin memucat.

Renessa menatap wajah Laura dan menemukan wanita itu sedang memandangnya dengan kebencian yang semakin dalam.

Renessa tersenyum geli setelah mendapatkan penegasan dari wajah wanita itu. Laura juga membencinya, namun wanita itu dengan tidak tahu malunya tinggal di dalam rumahnya dan menikmati harta yang ditinggalkan ibunya untuknya.

"Jadi, jika ayah merasa istri dan anak ayah tidak nyaman tinggal di tempat ini, Ayah bisa membawa mereka untuk tinggal di suatu tempat karena aku tidak akan keluar dari rumah ini. Mereka tidak mungkin setidak-tahu-malu itu kan, mengusir sang pemilik rumah yang sah," Renessa berkata dengan nada sarkastik dalam suaranya.

Wajah Laura dengan cepat mulai menunjukan rona merah. Ia pasti sangat malu karena anak bau kencur seperti Renessa menghinanya seperti itu.

"Oh ya, Mary sayang, aku sudah memindahkan semua barang-barangmu ke dalam kamar di samping kamarku. Tapi kau tidak perlu khawatir karena aku sudah meminta pelayan untuk mengaturnya dengan rapi, semoga kau menyukai kamar barumu," Renessa berpamitan dan dengan tenang berjalan menuju kamarnya. Kali ini ia tidak lagi berhenti ataupun menoleh ke belakang.

Di belakangnya, Renessa bisa mendengar isakkan Mary dan suara lembut Laura yang sepertinya berusaha menenangkan putrinya.

Setelah bayangan Renessa menghilang, Laura segera menoleh pada suaminya dan menatap pria itu sengit.

"Kau bilang dia tidak akan kembali lagi?" Suara Laura yang tertahan dipenuhi dengan kekecewaan. Wanita itu menatap suaminya dengan kesal. Pria itu pernah berjanji bahwa Renessa tidak akan lagi menginjakan kakinya di rumah yang mereka tempati dan menganggu kehidupan mereka.

"Aku t-tidak tahu dia akan kembali secepat ini, seharusnya dia tidak kembali lagi kemari lagi," Rudi mencari alasan. Bukannya tidak tahu, ia sama sekali tidak peduli pada gadis yang seharusnya adalah anaknya itu. Sepertinya ia mendapatkan undangan elektronik kelulusan putrinya, tapi ia tidak membacanya dan langsung menghapus email itu tanpa membacanya.

Saat itu ia berpikir bahwa putrinya akan mencari pekerjaan di sana dan tidak akan pernah kembali ke tanah air. Pikirannya tiba-tiba dipenuhi dengan wajah Tante Shinta, kerabat jauh yang selama ini membantunya menyingkirkan Renessa dari hidupnya. Wanita itu memang mencoba menghubunginya beberapa kali sebulan yang lalu namun karena ia sibuk, ia tidak mengangkat panggilan itu atau kembali menelepon. Pada akhirnya wanita itu benar-benar berhenti mencoba menghubunginya.

Kesibukannya mengurus audisi internasional pertama Mary saat itu membuat Rudi benar-benar melupakan Renessa, anak sialan dari pernikahan pertamanya.

Rudi sebenarnya ingin meminta Tante Shinta untuk menahan gadis itu di sana bagaimanapun caranya. Bila perlu ia ingin Renessa tidak kembali lagi dan menganggu kebahagiaan keluarganya. Namun sebelum ia sempat mengutarakan keinginannya, Renessa kembali. Kemunculan Renessa di rumah ini adalah akibat dari keteledorannya.

"Bagaimana mungkin kau tidak tahu! Dia anakmu! Dia pasti mengatakan sesuatu padamu! Kau dengar apa yang dikatakannya padaku, anakmu yang kurang ajar itu sudah berani mencemohku setelah melihatku kurang dari satu jam!" Amuk Laura dengan tatapan sengit.

Rudi hanya menunduk dan tidak mengatakan apa pun. Ia tidak dapat membela diri karena semua itu adalah akibat keteledorannya. Ia terlalu meremehkan putri sialannya itu.

"Ibu, gadis itu bilang dia sudah memindahkan semua barang-barangku ke kamar tamu di samping kamarnya," Suara Mary dengan isak tertahan terdengar di samping Laura.

"Tidak apa-apa sayang, ayahmu akan menyelesaikan masalah ini besok, tidurlah di kamar lain untuk malam ini, kamar itu pasti sedikit berantakan," Laura berkata lembut pada anaknya. Ia benar-benar tidak ingin putrinya tidur di samping kamar Renessa. Siapa yang dapat menebak apa yang sedang direncakan gadis itu?

"Dia membenciku, bu. Dia pasti berpikir aku sudah merebut ayahnya dan tempatnya di rumah ini," Mary mulai terisak dan menyandarkan kepalanya di pundak Laura.

Laura berbalik dan memeluk putri kesayangannya, "kau tidak pernah merebut ayahnya, ayahnya sekarang adalah ayahmu. Kamu juga berhak untuk tinggal di rumah ini karena ini juga adalah rumah ayahmu."

"Ayah akan tetap menyayangiku setelah kakak kembali, kan?" Tanya Mary sambil memandang ayahnya dengan tatapan memilukan.

"Kamu tidak perlu memanggil gadis kurang ajar itu dengan panggilan kakak. Dia tidak pantas menjadi kakakmu. Kamu tidak perlu khawatir dia akan merebut kasih sayangku darimu, sayang, Hanya kamu putriku satu-satunya," Rudi berkata sambil mengelus rambut putrinya dengan lembut.

"Terima kasih, ayah," Mary melepaskan diri dari ibunya dan memeluk Rudi.

Rudi memeluk putrinya dengan sayang. Putrinya terlalu baik hati dan polos. Walaupun Mary seumuran Renessa tapi sikap mereka sangat bertolak belakang. Mary sangat polos dan lembut sedangkan Renessa sangat kasar dan kurang ajar.

Renessa dulu sangat patuh dan selalu mendengarkan perkataannya. Gadis kecil itu dulu akan menunduk dan tidak akan mengeluarkan sepatah katapun ketika ia mulai meninggikan suaranya. Wanita yang muncul di hadapannya hari ini sangat berbeda dengan gadis penakut yang dulu diketahuinya.

Renessa sudah sangat berubah. Sepertinya mengurung gadis itu di asrama membuatnya tumbuh menjadi seorang pembangkang ulung.

Mata Rudi berubah gelap saat mengingat perkataan Renessa. Gadis itu sepertinya sudah mengetahui bahwa semua harta warisan ibunya adalah miliknya. Wanita jalang bernama Claudia itu bahkan tidak meninggalkan Rudi sepeserpun yang membuat kebencian Rudi pada Claudia dan putrinya semakin membara.