Chereads / Istri Kejam Sang CEO / Chapter 8 - Claudia (2)

Chapter 8 - Claudia (2)

Renessa menahan air matanya yang akan tumpah sewaktu-waktu saat tadi menatap lahan yang dulu pernah menjadi makam ibunya.

Renessa menenangkan dirinya dan mengatur napasnya. Ia tidak boleh menangis lagi. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan ayahnya dan keluarga barunya. Ia tidak boleh kalah.

Renessa sedikit menyesal dengan tindakannya yang gegabah namun ia tidak bisa menahan emosinya ketika melihat semua bukti ketidakadilan ayahnya.

Renessa sadar dengan melakukan tidankan seperti itu ayahnya akan semakin mewaspadainya namun ketika mendengar bahwa istri baru ayahnya membuang semua benda peninggalan ibunya, Renessa tiba-tiba saja menjadi gelap mata dan yang ada di dalam pikirannya hanyalah membalas apa yang telah dilakukan ibu dan adik tirinya.

Ia seharusnya berpura-pura lemah dan mencoba mendekati ayahnya namun ia tahu prosesnya akan memakan waktu yang sangat lama.

Pukul 8 malam, seorang pelayan datang ke kamarnya untuk mengatarkan makanan padanya. Makanan yang sederhana itu terlihat cukup menggugah selera Renessa yang sejak siang tadi belum mengkonsumsi apa pun.

"Ini makanannya!" Si pelayan wanita berkata dengan ketus sambil mendorong baki berisi makan dengan kasar pada Renessa. Karena Gerakan pelayan yang tiba-tiba itu, gelas air di atasnya terjatuh dan airmya membasahi baju Renessa.

Renessa terkejut dan bergerak mundur, namun semuanya sudah terlambat karena pakaiannya sudah basah.

Si pelayan terlihat tidak terkejut dengan kejadian itu dan hanya tersenyum sinis pada Renessa. Ia memang sengaja melakukannya. Tidak sampai di situ saja, pelayan itu menatapnya sengit sebelum mencemoh pelan, "Dasar tidak tahu malu. Kau pasti merebut kamar Nona Mary untuk melampiaskan amarahmu karena Tuan Rudi lebih mencintai Nona Mari dibandingkan perempuan kumal sepertimu, kan?"

Renessa mengernyitkan matanya menatap si pelayan. Tebakan si pelayan hampir mendekati kebenaran karena Renessa memang melampiaskan amarahnya dengan merebut kembali kamarnya, namun alasannya adalah karena Laura membuang semua album foto ibunya.

Merasakan tatapan tajam Renessa, si pelayan bergerak mundur dengan sedikit ketakutan, "kau tidak bisa mengelak perkataanku, kan? Dasar gadis tidak tahu diri."

Setelah mencaci Renessa, sang pelayan berbalik dan terlihat seperti akan kabur setelah melakukan kejahatannya.

"Berhenti! Kembali kemari!" Perintah Renessa dengan nada tegasnya. Tubuh si pelayan membeku sebelum ia berbalik menatap Renessa.

Renessa cukup terkejut dengan sikap pelayan yang sangat berani ini. Ia cukup setia membela tuannya namun ia tidak seharusnya merendahkan Renesa seperti itu.

Renessa sadar bahwa kehadirannya yang tiba-tiba mengejutkan banyak pelayan, apalagi para pelayan baru yang tidak mengetahui apa pun tentang dirinya. Kemunculannya yang tiba-tiba dan tindakannya merebut kamar Mary membuatnya menjadi tokoh antagonis dalam kehidupan Keluarga Santoso.

Terlebih lagi jika dibandingkan dengan sikap Mary yang lemah lembut, manis, dan polos, ia seperti penyihir keji dalam dongeng yang tiba-tiba saja muncul dan menghancurkan kebahagiaan sang putri.

"Kau mau apa?" Pelayan itu bertanya dengan nada angkuh.

Sikap pelayan itu membuat Renessa bertanya-tanya mungkinkah penampilannya yang kumal dan lemah ini membuatnya terlihat seperti seekor tikus di hadapan elang?

Renessa tertawa sinis mendengar pertanyaan pelayan yang sedikit tidak sopan.

"Kemari!" Renessa memerintah sambil melambaikan tangannya, meminta pelayan itu untuk mendekat. Mendengar nada dingin Renessa, pelayan itu tiba-tiba sedikit menyesali semua perbuatannya.

Lala baru saja pulang bersama Mary, Laura, dan Rudi. Ia adalah pelayan favorit Mary yang merawat Mary sejak gadis itu pindah ke rumah ini. Laura bahkan sangat mempercayai Lala dan menyerahkan semua urusan yang berhubungan dengan Mary padanya. Jadi, ketika Mary harus bepergian ke suatu tempat, Lala akan selalu mengikuti keluarga itu dari belakang karena ia yang paling mengetaui kebutuhan Marry.

Lala sangat terkejut ketika ia kembali dan mendengar cerita beberapa pelayan tentang kemunculan kakak tiri Mary. Ia bahkan menjadi semakin terkejut ketika para pelayan itu mengatakan bahwa gadis yang baru muncul itu mengancam akan menghancurkan seluruh perabotan di dalam kamar Mary jika mereka tidak mau memindahkan semua barang itu ke kamar tamu.

Amarah Lala meluap ketika mendengar hal tersebut. Kamar Mary adalah kamar terbaik di mansion itu selain kamar utama. Tentu saja gadis kurang ajar itu menginginkan kamar terbaik untuk dirinya sendiri. Lala awalnya sedikit khawatir tuan Rudi mulai mengabaikan Mary setelah kedatangan nona baru ini, namun suara teriakan Tuan Rudi sore tadi memperlihatkan realitas menyedihkan bahwa gadis bodoh itu tidak diterima di tempat ini.

Ketika akan mengantarkan makanan ke kamar Nona besar mereka ini, Lala segera mangajukan diri. Ketika membawa makanan itu ia dengan sengaja meludahi sop yang ada di sana. Ia akan memberi sedikit peringatan pada Nona muda ini untuk tidak besar kepala. Ia yakin tidak ada yang akan terjadi kepadanya karena ia adalah pelayan kesayangan Nona Mary.

Prang

Baki berisi makanan, pecahan kaca dari gelas, dan beberapa piring di atas baki berhamburan di sekitar kaki Lala, menyadarkan Lala dari lamunanya.

Tubuhnya membeku ketika menyadari bahwa Nona muda yang berjarak tak jauh darinya itu baru saja melemparkan baki makanan yang diberikannya di dekat kakinya.

"Bersihkan itu dalam lima menit dan bawakan makananku secepatnya," Renessa berkata kemudian berbalik dan menutup pintu dengan bantingan keras.

Lala terpaku untuk beberapa saat sebelum mulai memaki nona itu di dalam hatinya. Bagaimana mungkin Pak Rudi memiliki anak sekasar dan sebar-bar ini? Apakah ini alasan ia lebih menyukai Nona Mary yang lembut bak malaikat di banding anaknya yang sifatnya seperti jelmaan setan ini.

Lala dengan cepat membesihkan semua sampah yang berserakan dan kembali mempersiapkan makanan Renessa dengan kesal. Namun ia masih belum puas dan menambahkan sesendok garam pada sop dan air untuk Renessa.

Lala terkikik geli membayangkan Renessa yang merasa keasinan kemudian meraih segelas air hanya untuk menemukan bahwa air itu juga telah dicampurkan dengan garam. Lala kemudian memanggil seorang pelayan baru dan meminta pelayan itu untuk mengantarkan makanan special yang disiapkannya untuk Nona Renessa.

Si pelayan baru terlihat kebinggungan namun ia tidak dapat membantah perkataan Lala. Lala cukup disegani oleh para pelayan lainnya karena ia adalah merupakan pelayan kesayangan Mary.

Renessa sedang membaca buku yang diambilnya dari perpustakaan ketika suara ketukan kembali terdengar.

Ia berdiri dan membukakan pintu. Seorang pelayan berbeda terlihat membawakannya makanannya, "Nona, saya mengantarkan makan malam anda."

"Di mana pelayan yang sebelumnya mengantarkan makanan ini padaku?" Renessa bertanya sambil tersenyum.

"Dia meminta saya membawakan makanan untuk anda. Mungkin dia memiliki keperluan lain," Pelayan itu menjawab sambil tersenyum. Tidak seperti yang digosipkan para pelayan, ia merasa nona mereka ini cukup ramah. Sejak siang tadi, Nona baru mereka ini tidak bersikap seenaknya dan memarahi mereka untuk kesalahan-kesalahan kecil. Ia bahkan tidak meninggikan suaranya ketika memerintahkan mereka.

"Tolong bawakan ke dalam, terima kasih," Renessa mempersilahkan pelayan itu masuk untuk meletakkan baki berisi makanan di atas meja.

Pelayan itu keluar setelah menunduk singkat pada Renessa.

Renessa menghela napas setelah pelayan itu pergi. Ia cukup lapar karena belum makan sejak pagi tadi. Ia hanya mengkonsumsi beberapa snack sepanjang perjalanan pulang dan meneguk minuman yang dibawanya.

Ia sebenarnya merasa sedikit menyesal membuang baki berisi makanan pada pelayan sebelumnya namun ia merasa jika ia tidak bersikap tegas dan memposisikan dirinya sebagai tuan rumah, akan ada pelayan kurang ajar lain yang meremahkannya dan sengaja mengerjainya.