Renessa mengambil sendok dan mulai mencicipi kuah ketika ia merasakan rasa asin yang memenuhi seluruh dinding mulutnya. Ia mengerutkan alisnya dan dengan cepat meraih air di atas baki. Namun ia langsung menyemburkan semua air di dalam mulutnya ketika mencicipi air yang sangat asin.
Renessa memandang baki makanan di hadapannya dengan kesal. Ia menyesal telah membuang baki makanan pertama. Mungkin ini adalah pelajaran agar lain kali ia tidak mebuang-buang makanan. Seharusnya ia hanya menegur pelayan itu dan tidak membuang makananya, sekarang ia terlalu lapar jika harus menunggu makan lain diantarkan.
Renessa terdiam untuk beberapa saat sebelum memutuskan untuk mencicipi masakan lain di sana. Untungnya selain air dan sop, makanan lain masih terasa lezat di mulut Renessa. Renessa kemudian berdoa singkat dan sehera melahap semua makanan di hadapannya.
Setelah sudah cukup kenyang, Renessa membersihkan semuanya dan berjalan menuju dapur dengan membawa baki makanannya. Beberapa pelayan terkejut melihat kemunculan Renessa di dapur. Tuan Rudi, Nyonya Laura, dan Nona Mary jarang menginjakan kaki ke tempat itu. Mereka biasanya meminta pelayan ataupun Liam untuk mengambilkan sesuatu dari sana.
Karena saat itu adalah jam makan malam para pelayan, hampir semua pelayan di rumah itu sedang berada di sana. Mereka duduk mengelilingi dua meja panjang yang berada di sudut ruangan. Beberapa pelayan yang sedang makan berhenti untuk beberapa saat ketika melihat kemunculan Renessa. Renessa tidak merasa canggung sama sekali dan meletakan baki makanan itu di wastafel dapur dan berdiri di sana memperhatikan para pelayan satu persatu.
"Nona seharusnya meminta pelayan mengambilnya dari kamar anda," seorang pelayan mencoba mencairkan suasana.
"Tidak apa. Aku berniat berkeliling sebentar," Renessa menjawab dengan ramah. Beberapa pelayan yang awalnya terlihat sedikit tegang dengan kemunculan Renessa terlihat lega mendengar keramahannya.
Lala yang juga berada di antara para pelayan sama sekali tidak merasa takut atau canggung. Ia tahu majikannya akan melindunginya karena ia sudah merawat Nona Mary sejak sepuluh tahun yang lalu.
Sikap ketergantungan Mary pada dirinya juga terkadang menyelamatkannya dari berbagai masalah yang ditimbulkannya di tempat itu. Para pelayan lain hanya bisa pasrah ketika ia membuat masalah karena ia tidak akan dihukum untuk kesalahannya. Lala terkadang merasa bahwa ia adalah salah satu dari keluarga Santoso karena perlakuan special yang didapatkannya.
Renessa berjalan keluar tidak lama setelahnya setelah ia berbicara dengan beberapa pelayan.
Renesa kembali berjalan memasuki dapur lima belas menit kemudian. Beberapa pelayan yang sudah menyelesaikan makan mereka sudah meninggalkan dapur namun Renessa tidak peduli karena targetnya masih berada di sana.
"Kau, siapa namamu?" Renessa bertanya sambil menunjuk Lala.
"Nama saya Lala, pelayan Nona Mary," Lala berkata dengan percaya diri. Beberapa pelayan di dapur sudah mulai menduga bahwa Lala sedang membuat masalah dan beberapa di antara mereka menatap Renesse dengan khawatir.
Mereka tahu bahwa selama ini Lala tidak pernah dihukum ketika ia melakukan kesalahan. Hampir semua orang seolah tutup mata dengan sikap semena-mena Lala sehingga membuat wanita itu terkadang menjadi besar kepala.
Renessa sedikit jengah melihat tingkah sok berkuasa yang ditunjukan Lala. Sekarang setelah Lala membalas ucapannya dengan tidak sopan ia harus menunjukan kekuasaannya sebagai salah satu penghuni rumah itu.
"Kemasi barang-barangmu dan keluar dari rumah ini atau aku akan melaporkanmu pada polisi jika aku masih melihat bayanganmu besok," Renessa berkata dengan santai sebelum berbalik dan meninggalkan dapur.
Semua pelayan terpaku mendengar perkataan Renessa. Ketika Renessa akhirnya meninggalkan dapur, mereka mulai berbisik dan mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi.
Beberapa pelayan terlihat tidak peduli, beberapa terlihat berbisik sambil menunjuk Lala, dan beberapa mendekati Lala untuk mencari tahu apa kejadian tang sebenarnya.
Lala tidak terlihat khawatir dan menanggapi perkataan beberapa pelayan dengan mengatakan bahwa Renessa membencinya karena ia adalah pelayan kesayangan Mary.
Mendengar hal tersebut, beberapa pelayan mulai ikut menghujat Renessa. Mereka tidak menyukai majikan yang seenaknya seperti itu.
Rosalin yang kebetulan berada di tempat itu segera berlari mengikuti Renessa.
"Nona, apa yang terjadi?" Rosalin bertanya dengan khawatir.
"Dia mengerjaiku. Dia bersikap kasar padaku dengan menumpakan air pada bajuku dan bersikap tidak sopan. Dia juga mencampurkan garam yang sangat banyak pada sop dan air di gelasku," Renessa menjawab sambil mengerutkan keningnya. Setelah ia keluar dari dapur tadi, ia langsung menuju ruang sekuriti. Karena ada beberapa tempat di rumah itu yang dipasang kamera pengawas, ia ingin mengetahui apakah ada kejadian yang terekam oleh kamera CCTV.
Kenyataannya cukup mengejutkan karena Lala melakukannya di tempat di mana tindakannya dapat terekam jelas oleh kamera. Tindakannya meludahi sop Renessa dan mencampurkan garam di dalam makanan dan air yang akn diantarkannya pada Renessa membuat Renessa mematung untuk beberapa saat.
Renessa bergidik ngerik ketika ia melihat semua kejadian itu. Ia tidak menyangka tindakan semena-menanya dengan membuang baki makanan pertama membuatnya terhindar dari sop yang diludahi si pelayan.
"Nona, mungkin sebaiknya anda mengurunkan niat anda untuk berurusan dengan Lala. Dia adalah pelayan kesayangan Nona Mary. Selama ini dia akan selalu lolos dari setiap masalah dan tidak pernah dihukum atas kesalahannya," Rosalin mencoba menjelaskan.
"Kenapa?" Renessa terlihat binggung. Pikiran tentang seorang pelayan yang lebih berkuasa dan menindas pelayan lain dengan kekuatannya sedikit menganggunya. Ia tidak akan terlalu peduli jika pelayan itu tidak membuat masalah dengannya, namun pelayan ini benar-benar meremehkannya dan berani berbicara padanya seperti itu, apa lagi sampai mengerjainya.
"Dia selalu memanfaatkan perasaan kasihan Nona Mary dan selalu meminta gadis itu membantunya. Dia pernah beberapa kali hampir dipecat namun setelah melihat Mary yang terus-terusan menangis Tuan Rudi dan Nona Laura tidak tega dan kembali memperkerjakan Marry," Rosalin menjelaskan dengan khawatir.
"Nona, sebaiknya Anda memikirkan lagi masalah ini karena mungkin ini bisa memperburuk hubungan anda dengan tuan Rudi," Rosalin kembali membujuk ketika Renessa tidak mengatakan apa pun.
"Bibi Rosalin harus mengetahui beberapa hal, pertama, tidak ada yang bisa diperbaiki antara hubunganku dan ayah, karena ayah memang selalu bersikap seperti ini dalam ingatanku. Jadi apapun yang kulakukan ayah tetap akan membenciku. Kedua, Aku tidak akan pulang jika aku tidak memiliki senjata untuk melindungi diriku, bibi," Renessa menjawab dengan santai.
Rosalin masih ragu semuanya akan baik-baik saja. Renessa baru berusia 20 tahun. Dibandingkan Rudi Santoso yang sudah seperti nakodha berpengalaman, Renessa seperti seorang yang baru mengarungi lautan untuk pertama kali. Ada banyak hal yang tidak diketahuinya tentang dunia. Apa yang bisa dilakukan seorang gadis berusia 20 tahun pada ayahnya yang kejam?