Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Ar-Rahman

🇮🇩FathMubs
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.5k
Views
Synopsis
Dia Qorfath. Anak remaja laki-laki berambut acak-acakkan dari sekolah 'SMK DUA SAUDARA 05'. Naksir cewek beda kelas, namanya Lidya Salsabila. Dia cantik, dan dia akan pindah sekolah demi masuk ke pondok pesantren 'Al-Mubin Akbar - Jombang'. Sebelum mengetahui kabar kepindahan Lidya, Qorfath memberanikan diri untuk menembaknya didepan umum - ditengah lapangan sekolah kala para guru melakukan rapat dadakan, maka Qorfath memanfaatkan hal tersebut untuk menyatakan cinta terpendamnya. Lidya yang mengetahui bahwa dia diumpan ditengah lapangan untuk menemui Qorfath, akan membalasnya dengan jawaban tak terduga. Hingga tiba perpisahan antara keduanya, pengejaran Qorfath pun diambang sia-sia. Qorfath mendapatkan selembar kertas bertuliskan "Ar-Rahman" pemberian Lidya. Apa maksud Lidya? Akankah Qorfath mempertahankan cintanya? Akankah doa mempertemukan mereka kembali? dan apa maksud Lidya dengan kertas lipatan bertuliskan "Ar-Rahman" tersebut? Yuk, baca kisahnya. Kisah cinta dalam doa, menguak emosi, penasaran, dan memahami arti perjuangan kedua belah pihak. Takdir adalah penentunya. Inilah story buatan Mubin, Ar-Rahman siap disuguhkan kepada pembaca.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 : Gagal!

=======[Ar-Rahman_اَلرَّحۡمٰنُۙ]=======

           ‹‹‹«««Limited Story»»»›››

•Eps. 01•

•Judul : Gagal!•

- Sabtu, 22 Mei 1999 -

[[Pukul 09.22]]

Cuiit

   Cuitt~

Tirai buram menunjuk suatu dahan berkelok beberapa tangkai dengan sedikit dedaunan. Umum hal narator menulis, permulaan tanpa kicauan adalah hal canggung. Obrolan antar burung yang hinggap atas dahan tersebut. Hangat paparan cahaya, membias samar bayang-bayang daun tertembus oleh dedaunan lebat puncak pohon, membawa suasana rindang.

Terus membiarkan laju sorotan, mengarah depan melewati kedua burung Parrot berhias indah. Hamparan biru langit, tepat tengah jelas terlihat suatu bangunan besar memiliki banyak atap bertautan. Suatu bangunan, dinding tinggi berjejeran kaca-kaca mengkilap pelangi, sebagian putih terpantul matahari. Sampai depan gerbang tertutup, memperlihatkan papan arah atas bertuliskan "SMK DUA SAUDARA 05".

   Sebentar saja,

          Buram meleburkan segala hal.

   "Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!" 

Gemuruh seruan terdengar tatkala pergantian slide pada langit biru pagi. Beberapa burung tampak santai terbang melintasi langit.

Area lapangan besar sekolah dekat gerbang masuk tentunya, penuh oleh sekumpulan siswa-siswi SMK berbaju putih abu-abu, dari posisi bawah hingga lantai atas gedung sekolah. Sedangkan lantai atas, beberapa murid tersebut menyenderi pembatas, menyaksikan pemandangan bawah. Tiada perbedaan antara posisi mereka selain sorakan demi sorakan, menyeru antusias. 

      Kepada siapa?

Tengah lapangan, terdapat kedua murid remaja laki-laki dan perempuan saling berhadapan, bertaut jarak seantara 4 busur panah. Mudah ditebak bahwa murid lain menyaksikan momen romantis tersebut bagi mereka. Momen dimana seorang remaja laki-laki yang berdiri tegang sambil menyelipkan setangkai bunga dibelakang punggung.

"Udah buruan!!! Sebelum guru-guru selesai rapat!" Diantara banyaknya murid kelas, salah satu menyeru 'melolongkan suara.

Alasan kenapa lapangan bisa sepenuh itu, sedangkan seluruh guru sedang rapat besar bersama kepala sekolah diruang aula. 

"Saya laporin guru kalian loh ya!!!" Satpam gerbang tengah menyeru ketika dia dijebak oleh gerombolan murid laki-laki. Bisa dibilang terkepung. 

Bagaimana tidak?

Setiap sang satpam hendak melangkah, murid lain menghadang memamerkan ekspresi bangga.

"Mau kemana pak!"

   "Sini aja pak!"

"Main monopoli dulu pak!"

Begitulah cerocos sebagian murid nakal 'berandalan turut memenuhi lobby depan dekat gerbang, tempat dimana pak satpam berpusat.

   Lalu...

Kembali pada pusat perhatian, dengan nametag bernama "Qorfath", yaitu seorang remaja laki-laki berambut acak-acakan, berperawakan tinggi sedang. Masih sama, menyelipkan setangkai mawar untuk seseorang didepannya.

Bagaimana dengan Lidya Salsabila? Jangan tanya siapa, tentu dia termasuk remaja siswi yang kini menjadi pusat perhatian. Berpenampilan sebagaimana umum memakai seragam. Berambut short hair dengan jepit depan tersibak kanan. Memang cantik, tapi tampak dia celingak-celinguk, sesekali menunduk gugup. Dalam psikologi, ini adalah hal terhebat baginya. Entah senang atau tidak, ekspresi Lidya tampak 'bete membiarkan bibir mencureng 'bisu. Terlebih sedekap kedua tangan tanda dia tak bisa lebih lama menunggu.

"Lid..." Selangkah sang gentleman Qorfath maju.

  "Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!"

Sekali melangkah, sorak girang kerumunan mengheningkan mereka berdua yang tersorok menengadah setiap sumber suara.

"Lid! Terima Lid!"

Sedangkan para sahabat siswi, dekat tiang bendera, menyuarakan persetujuan.

Sempat menoleh mereka, kemudian Lidya berpaling depan. -"Apaan sih mereka..." Melirihkan suara.

Dalam hati Lidya berkata "Gue udah tau kalau bakal kayak gini jadinya... Tapi, gue juga harus bersikap tegas. Harus nurut ortu kalau gak boleh pacaran, apalagi bentar lagi gue pindah dan disuruh mondok di pesantren." Pandangan tertuju lawan jenis.

Tap... Tap... Tap...

Tingkat kepercayaan diri tinggi, Qorfath mengibaskan tangan, memperlihatkan tangan kanan bersama segenggam tangkai mawar segar diikuti detik langkah kian dekat.

"Lidya... Lid... Lidya Salsabila." Rada' gugup membuat Qorfath mengelusi atas rambut. 

"Jujur, gue... Walaupun beda kelas, pas awal lihat lu, gue udah jatuh hati. Gue suka sama lu..."

   "Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!"

Sekali lagi sorakan antusias para murid.

"Ehem!" Sengaja Qorfath berdeham. -"Tenang semua..." Melambai-lambai dan sempat mendesis bermaksud menenangkan.

Ekspresi Lidya tampak jijik melihat kepercayaan diri lelaki sok-sokan tersebut. Namun, desakan sahabat-sahabat menyebalkannya membuat dia terjebak situasi demikian saat ini.

"Lid..." Kali ini ekspresi Qorfath serius, hendak melanjutkan ungkapan.

"Hari ini gue rela traktir beberapa murid disini karena udah bantu gue supaya bisa sepercaya diri seperti ini. Kata mereka gue cocok sama lu, gue ganteng dan gentle. Ehem! Hehe." Sedikit cengengesan akibat memuji diri.

"Hari ini... Detik ini! Saat ini! Dunia menjadi saksi keberanian gue. Mau gak lu jadi pacar abadi gue? Gue janji bakal setia sama lu, dan terima lu apa adanya."

   "Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!"

Kompak menyeru kebanyakan diantara siswa-siswi sebagai penonton.

Senyum lebar Qorfath penuh harapan, terlebih sorakan barusan selalu membuat dia salting, bahkan gugup.

"Terima cinta gue Lid!" Tangan kanan Qorfath menjulur, menyerahkan setangkai mawar dalam keadaan duduk tersimpuh.

  "Uwwwwwwuuuuu!!!"

"Cieeeee!"

    "Fiuiiit!" 10x (Siulan spam)

Tentu, kian heran bagi Lidya. Sudah terpojok, menjadi tontonan banyak orang lagi. Sebel dong pasti? Sebel-lah masa nggak😜

"Emmm..." Sejenak berpikir, kemudian Lidya mengulurkan tangan, berniat mengambil bunga mawar barusan.

"Eits!"

  "Diem! Diem!"

"Ssstt!"

Setiap murid dari kelas 'Sabang dan lantai 'Merauke meminta semua diam karena detik-detik jawaban Lidya akan terungkap.

Set! Benar sesuai dugaan, Lidya mengambil setangkai mawar tersebut. Membiarkan kedua tangan bersedekap, sejenak memperhatikan pemberian Qorfath.

Bagi Qorfath, insting stonks mengatakan bahwa Lidya akan menerima cintanya. Sedangkan, Lidya pun turut senyum-senyum. Pertanda terbawa suasana? Apakah dia benar-benar menerima cinta remaja kepedean tersebut?

"Gue..." Sepatah kata Lidya terlontar. Terjeda sejenak tatkala menoleh kanan kiri.

  "Ayo Lid!"

"Cks! Lid!!! Terima!"

Menoleh belakang berimbas kejengkelan melihat geng sahabatnya malah mendukung.

Nafas berat Lidya terhembus, menoleh depan memasang ekspresi jutek. 

"Maaf..." Seketika Lidya melemparkan setangkai mawar dari sebelah kanan.

"Loh!" Saking terkejutnya Qorfath hingga terbelalak.

"Wooooooooooooooooo!!!"

Keseluruhan penonton melotot tajam tidak menyangka.

"Gue gak bisa." Ekspresi Lidya cukup serius.

"Lid..." Hanya melongo penuh tanda tanya, begitulah keadaan Qorfath.

"Wahhh..."

"Cabut! Cabut!"

"Yaaaa, kasihan!"

Kekecewaan mengitari beberapa murid cowok/cewek. Sebagian langsung beranjak pergi mengetahui ending membagongkan.

"Lid!!!" 

"Lah? Kok ditolak sih?!"

Sama seperti yang lain, geng sahabat dan teman-teman sekelas Lidya kecewa berat plus bingung saling bertatapan.

"Maaf!" Usai membenahi helaian rambut, mulailah Lidya berbalik.

"Tunggu!" Kali ini Qorfath berdiri. -"Apa alasan lo nolak gue?!"

Terpaksa langkah Lidya terhenti membelakangi. -"Lo bakal tau." Cukup singkat menjawab, tiada menoleh.

Semakin bingung Qorfath dibuatnya. Agak sebal, alhasil pilihan Qorfath antara gengsi dan mengacak-acak rambut.

Kembali melanjutkan langkah, mengetahui Lidya melewati kerumunan, maka mereka merenggangkan jarak, memisahkan diri membiarkan cewek short hair itu lewat. Meski tak luput dari gibahan serta bisikan sejauh Lidya berlalu, sejauh mata memandang.

"Yaahhh..."

"Cabut! Cabut!"

    "Gak seru!"

Satu persatu murid pergi meninggalkan area pusat perhatian. Kebanyakan memasuki kelas masing-masing.

  "Woy!"

Tiba-tiba seseorang dari lantai atas memanggil.

"Apaan?!" ketus Qorfath menoleh 'menengadah.

"Jadi ditraktir gak?!" Sosok remaja cowok bertubuh gempal bersama keempat geng tinggi besar bergender serupa.

"Diam lu! Bapak kau traktir! Gak jadi! Pergi-pergi!" Tangan kanan Qorfath terkibas-kibas, benar-benar kesal.

"Hahahahahahahaha! Miskin sih sok-sokan traktir! Ditolak lagi sama cewek idaman seluruh kelas!" Remaja bertubuh gempal blak-blakan meledek.

"Crgh!" Qorfath berpaling kesal.

  "Hahahahahahahaha!"

Kelima geng berandal tertawa meledek sebelum beranjak memilih pergi.

"Ancur dah harga diri gue! Argh!" Ekspresi geram Qorfath terpampang.

•••

[[Gelap]] 

Semenjak kejadian itu...

Walaupun sulit dilupakan, dan menjadi momen memalukan bagi Qorfath. 

   Hari-hari panjang berlalu...

Berharap keadaan maupun suasana hati membaik.

Hingga...

•••

   ---

       ---

Aktivitas sekolah berjalan biasa...

Namun, ada yang tak biasa...

Qorfath...

           Maupun Lidya 

Beberapa Minggu ini setiap berpapasan hanya berpaling, membuang muka. Saling berdiam diri sesaat masuk sekolah, sekaligus pulang sekolah. Kelas mereka berdua memang berdekatan, tak sampai melewati tangga lantai atas. Jadi wajar, jika langkah demi langkah kerap menyamakan arah tujuan. Yakni, masing-masing kelas.

Sering beberapa momen mendekatkan mereka berdua, satu diantaranya...

Momen Qorfath makan bersama teman-temannya dikantin sekolah, tak luput dari perhatian dimana Lidya bersama sahabat-sahabatnya melewati meja tempat mereka makan dan duduk tak jauh dari jajaran kursi nan meja. Jelas terlihat, Lidya melirik sinis, berpura-pura tak mengenal atau tak melihat apapun. Namun, tetap saja kecantikan Lidya selalu menghilangkan fokus Qorfath dalam beberapa keadaan. Bahkan, momen makan tiba-tiba hambar ketika Qorfath memilih mengaduk-aduk kuah bakso dengan ekspresi melamun cukup lama.

Begitupun Lidya, mengetahui tak bisa lepas dari momen pernyataan cinta Qorfath beberapa Minggu sebelumnya. Agak memalukan, berkali-kali Lidya pergi dari kantin karena kurang nyaman jika setiap dia makan, ada sosok remaja kepedean tersebut didekatnya. Tentu ini membingungkan geng sahabatnya. Demikian keadaan yang terjadi.

  Terus berlalu... Beberapa hari...

•••

[[Pukul 09.30]]

Keadaan sekolah "SMK DUA SAUDARA 05"

  Tepat jam istirahat...

Menyorot ruangan berpintu tertutup, antara sisi kanan maupun kiri terhias kaca tebal kedap suara. Atas kedua pintu kayu terdapat papan tanda bertuliskan "Perpustakaan". Sisi depan perpustakaan terbilang besar, maka bukan kebetulan jika isi ruangan sangat luas dengan banyak lemari dan rak berisi beribu-ribu buku menarik memenuhi setiap sisi.

Pojok ruangan, dekat tempat administrasi. Tempat pelayanan terpadu bagi murid-murid yang hendak meminjam serta mengembalikan buku-buku pilihan. Tidak begitu banyak, beberapa geng siswi berkumpul membicarakan sesuatu sambil terus memeluk erat buku. Sedangkan, siswi lain tertib berbaris untuk keperluan tertera 'tujuan administrasi.

"Eh? Denger-denger Lidya mau pindah sekolah ya?" 

   "Beneran? Cerius?"

"Infonya dia bakal pindah buat mondok... Gak tau deh, mondok dimana."

"Eh, disini aja Lidya disukai banyak murid, gimana nanti pas mondok?"

"Hahahahahahahaha!" Cengengesan bareng.

"Ssst! Jangan berisik!"

"Enak dong kalau Lidya pindah, gue bisa jadi target idaman murid-murid cowok seluruh kelas." 

"Kalau gak jadi pindah?"

"Gue dapat infonya dari temen sekelasnya, katanya dia mau pindah gitu. Ke pesantren."

Lalu...

   Bruk!

Deretan buku almari, satu tarikan menjatuhkan sebuah buku novel dari seorang remaja laki-laki dihadapannya. Hal ini langsung membisukan geng gibah tadi, terperangah kejut.

  "Eh itu Qorfath kan ya?"

"Eh iya!"

"Yang pernah nembak Lidya tapi ditolak."

  "Ya, kasihan banget sih. Wkwk."

Siswi-siswi tersebut melanjutkan bisikan usai mengetahui ada Qorfath didalam ruangan perpustakaan.

"Lidya mau pindah?" Ekspresi Qorfath menyeruak. Sejenak menunduk untuk mengambil buku novel yang terjatuh.

Lalu, Qorfath berdiri tegak. Sekelebat cepat gerakan membuka buku dan membolak-balikkan halaman.

Dep! Menutup buku.

"Gue harus tau nih ada apaan!" Memilih melangkah menuju tempat duduk khusus-pembaca.

•••

Sekali lagi...

Hari demi hari berlalu...

Selang 7 hari-an...

Entah kenapa Qorfath suka duduk melamun di Gazebo pojok lapangan sekolah, menghadap kelas seseorang yang pernah menjadi target cintanya. 

Namun...

Beberapa hari berlalu sejak rumor kepindahan Lidya. Terbilang benar, memang info kepindahan itu benar. Bagaimana Qorfath tau? Yups, banyak sumber terpercaya, terutama dari sahabat-sahabatnya dan dari teman sekelas Lidya. Hanya saja, sudah berlalu 2 hari, Lidya tidak terlihat disekolah. Bahkan, tidak lagi terlihat dikantin. Meski sekalipun terlihat, tetap saja Qorfath mulai cuek. Namun, masalah hati tidak pernah berbohong. Jika harus jujur, Qorfath masih menyukai Lidya. Itulah alasan dia memilih memperhatikan Lidya dari waktu ke waktu meskipun tanpa sepatah kata sapaan.

"Haaahh..." Mulailah turun.

Ekspresi murung Qorfath terpampang. -"Lid... Pindah beneran lu?" Tatapan tertuju kelas Lidya.

"Untungnya..." Menghadapkan genggaman tangan kanan. Perlahan membukanya, terlihat secarik kertas sobekan merenggang usai terlipat.

"Beruntung gue dapetin alamat lu dari sahabat sekelas lu. Jadi besok lu mulai pindah ke pesantren ya Lid? Infonya sih jam 7 an pagi. Mumpung besok hari Minggu, gue bisa ada kesempatan mampir jam 6 an." Membatin, kembali menggenggam secarik sobekan kertas berisi alamat lengkap.

Membuat Qorfath mengangguk-angguk yakin. 

[[Gelap]]

•••

Cuitt...

    Cuitt...

Pasangan burung merpati bergelandungan kesana-kemari bersama, meliuk-liuk mengitari langit biru segar.

[[Pukul 06.47]]

"Udah! Udah bang! Berhenti disini!" 

Jelas menyorot keadaan atas sebelum berpindah fokus kian dekat. Seorang pengendara dengan motor jadul-nya terpaksa berhenti ditepian jalan usai desakan tepukan penumpang remaja laki-laki dibelakangnya.

Ketika beranjak turun dari arah kiri, sang penumpang melepaskan helm, lalu mulai memberikannya kepada sang pengendara yang tiada lain supir ojek.

"Nih ya bang..." Yups, si rambut acak-acakan alias Qorfath menyerahkan ricikan senilai 500 rupiah.

Nggeeeeenggg!

"Okay! Makasih dek..." Tanpa berlama-lama, tukang ojek segera menyalakan mesin dan berputar balik.

"Untung ada ojek tadi. Mana gua bangun telat lagi." Pandangan Qorfath masih tertuju arah kepergian supir ojek.

Mulailah celingak-celinguk, tertuju pos tanda suatu kompleks tak jauh dari posisi Qorfath berdiri.

"Ini bener ya kompleks-nya disini? Dari alamatnya sih udah bener... Beberapa meter lagi itu rumah Lidya dekat warung. Emmm warung? Eh iya itu ada warung! Berarti setelah 3 rumah itu rumah si Lidya yang infonya selalu ada mobil silver parkir dekat tepian pagar." 

  "Eh?" Tatapan terpicing.

"Nah kan! Bener! Itu ada mobil silver! Tapi kok..." Raut ekspresi girang Qorfath memudar.

Arah pandangan Qorfath masih tertuju pada mobil silver beberapa meter dari posisi dia sekarang. Memang mobil itu jelas terlihat, hanya saja ada hal mengherankan. Bisa dibilang iring-iringan keluarga berganti memasuki mobil. Seseorang cewek berambut short hair memasuki mobil paling akhir sebelum dia menutup pintu belakang.

"Loh?! Itu Lidya kan?!" kejut Qorfath menunjuk.

Brrmmmm!!!

Suara mesin mobil menyala tatkala pak supir menyusul memasuki mobil.

  "Loh!!!" Lebih terkejut lagi Qorfath.

Ngggeng...

Perlahan 'lambat laju kecepatan mobil menuju depan.

"Tunggu!!! Sialan gue telat!!!"

Sebelum jauh tertinggal, selagi merasa sempat dan berpeluang mengejar, maka Qorfath berlari mengambil jurus langkah seribu.

•••

   Nggeenggggg!!!

Kecepatan laju mobil sedikit demi sedikit bertambah.

Terfokus keadaan Lidya yang melamun menyenderi kaca mobil bagian kanan. Lalu...

  "Tunggu! Lid!"

Pantulan samar suara terdengar.

"Eh?" Lidya menoleh sehabis tersentak, memperhatikan situasi belakang.

"Tunggu!!!" 

Terlihat seseorang berjaket berlari cukup kencang, terengah-engah seraya terus mencoba memanggil.

"Itu... Qorfath kan?" Betapa terkejutnya Lidya. 

"Lid!!!" Kali ini Qorfath mengeraskan suara sambil melambai-lambai. Kecepatan lari hampir sebanding laju mobil.

Refleks Lidya menekan tombol, membuka kaca jendela.

"Ada apa Lid?"

Seseorang berjilbab dengan busana gamis merah muda penuh pernak-pernik, memangku sebuah tas cangklotan coklat. Berada tepat sebelah Lidya.

"Gak mah! Cuman..." Sengaja Lidya menahan penjelasan teruntuk sang mama. Memilih menengadah keluar dari kaca jendela yang setengah terbuka.

Disaat bersamaan, posisi Qorfath sudah sedekat dengan kaca dimana terlihat Lidya menoleh bertatap heran.

"Lid!!!" Suara Qorfath mengejutkan anggota keluarga dalam mobil. Faktor kaca terbuka.

"Kenapa lu ngejar gue?!" Blak-blakan Lidya bertanya.

"Lu mau kemana?!" Pertanyaan Qorfath terlontar.

"Pergi dari tempat ini! Maafin gue!" Seruhan Lidya.

"Kasih tau gue dimana tempatnya!!!"

"Jauh! Lu gak bakal bisa ngejar gue!"

"Gue bakal terus ngejar lu!!!"

Setiap kecepatan laju bertambah, beberapa langkah Qorfath tertinggal, namun tak mematahkan semangatnya untuk melangkah lebih cepat agar bisa menyusul kecepatan 'walau terulang-ulang demikian.

Sejenak diam lama menatap lawan jenis, raut ekspresi Lidya tertekuk.

"Lid?! Hah... Hah... Hah!" Rasa lelah menyelimuti Qorfath.

"Yakin lu ngejar gue?" Penuh perhatian Lidya bertanya.

Dengahan nafas terengah-engah, anggukan terimbuh serius ekspresi Qorfath. Memandang yakin.

Nafas berat Lidya terhembus, menunduk beberapa detik. Lalu, mengulurkan tangan kanan yang tampak menggenggam sesuatu.

Awal tersentak, membagi pandangan Qorfath. Mengetahui Lidya memberikan sesuatu, maka turut mengulurkan tangannya untuk meraih.

"Maaf!" Segera Lidya masuk kembali dari kaca mobil. Sengaja membuang lipatan kertas sebelum diraih oleh Qorfath.

  "Lid!!!" Tentu Qorfath terkejut.

Dep! Grep! Lipatan kertas tertepa angin, hampir terbang lebih tinggi. Beruntung Qorfath melompat, langsung erat menggenggam pemberian Lidya barusan.

Bersamaan gejolak lelah memaksa langkah pengejaran Qorfath melambat, berujung berhenti tengah-tengah jalan.

  Brrmmmmmm!!!

Alhasil, mobil melaju begitu cepat.

"Hah... Hah... Hah... Hah..." Hanya berdiri terengah-engah penuh tetesan keringat. Begitulah keadaan Qorfath melihat mobil kian menjauh.

"Tuhan tau mana yang terbaik..." batin Lidya tak bisa memandang lama arah belakang. Terlebih kaca mobil sudah tertutup rapat.

"Siapa tadi Lid? Pacar kamu ya?!" tanya sang supir.

"Bukan pah! Gak, namanya Qorfath. Dia temen biasa..." Berpaling tatkala Lidya menjawab pertanyaan sang supir, tiada lain papa kandungnya sendiri.

"Owwhh... Bagus kalau bukan. Kirain tadi pacar. Sengaja papah gak hentikan mobil biar dia gak bisa lagi deketin kamu," cerocos supir-papa. 

•••

Posisi kediaman sama, yakni tengah jalan. Memperlihatkan Qorfath menunduk dengan kedua tangan memegang sekaligus membuka lipatan kertas berukuran kotak.

"Ar-Rahman?" Betapa herannya Qorfath membaca tulisan singkat pada kertas.

Membuat Qorfath menganga, menatap lama arah depan. -"Maksud lu apa Lid?" Bertanya-tanya sambil punggung tangan kiri mengusapi tetesan keringat dahi.

Kali ini sorotan berganti belakang, kian mundur menjauh.

"Gue gagal ngejar lu... Ingat gue terus Lid! Gue bakal inget lu terus, sebagaimana lu ngasih gue kertas ini."

[[Gelap]]

Bersambung...