Chereads / Kompilasi {Empat Novel BL althafjr} / Chapter 5 - Comfortable

Chapter 5 - Comfortable

Waktu dini hari membuat udara di kota Bandung yang sejuk, terasa semakin dingin. Siapa-pun pasti akan merasa enggan, untuk beranjak dari hangatnya selimut yang membungkus tubuh mereka. Dini hari adalah waktu dimana orang-orang ingin menarik selimutnya kembali, meski mata terkadaang sudah terbuka, dan fikiran sudah tersadar. Begitu-pun dengan Redo dan Yohan yang malam itu sedang tidur bersama. Di rumah Yohan.

Mereka berdua tidur bersama untuk pertamakali, pada saat perasaan aneh dan canggung itu mulai muncul. Karena biasanya keudanya tidur berasama, namu belum pernah sekali-pun merasakan perasaan yang tidak biasa itu.

Dengan mata yang masih terpejam, tangan Redo merabah-rabah untuk mencari selimut yang sudah tersingkir dari tubuhnya.

Redo harus membuka matanya perlahan, karena sulit menemukan selimut yang Ia cari. Kemudian Ia duduk untuk memudah menemukan selimut itu. Pada saat Ia sudah duduk, matanya melihat selimut yang ternyata menggulung menjadi satu membalut tubuh Yohan yang sedang meringkuk. Meski suasana kamar remang-ramang, namun Ia bisa melihat Yohan sedang nyaman menikmatai hangatnya selimut itu sendirian.

Perlahan tangan Redo memegang tubuh Yohan yang sedang meringkuk membelakanginya. Ia mencoba menggerakan perlahan tubuh Yohan, untuk membangunkannya.

"Yoh...Yohan..Yoh..." Suara Redo terdengar serak karena masih mengantuk "Bagi selimut Yoh," Ucap Redo kembali yang masih terus menggerak-gerakan tubuh Yohan.

"Eem.." Yohan hanya menggeliat, dan semakin erat memegang selimutnya.

Merasa sulit membangunkan Yohan, sehingga Redo terpaksa menyelip masuk kedalam selimut yang membalut tubuh Yohan. Hingga keduanya kini berada di dalam satu gulungan selimut.

Suasana yang dingin membuat Redo merasa sulit untuk kemabali memejamkan matanya. Ia merapatkan tubuhnya pada Yohan, tidur meringkuk sambil memeluk erat Yohan, untuk menciptakan kehangatan.

Apa yang dilakukan Redo membuat Yohan terusik, dan menggeliat memutar tubuhnya menghadap ke arah Redo. Tanpa sadar Yohan mengangkat tangannya, lalu menjatuhkan ke tubuh Redo, memeluknya erat. Hawa dingin membuat Yohan juga ingin mencari kehangatan.

Pelukan Yohan yang tiba-tiba tentu saja membuat Redo terkejut, begitu juga dengan Yohan, setelah membuka matanya ia nampak terkejut saat menyadari bahwa dirinya tengah memeluk erat Redo.

Jarak wajah mereka begitu dekat, hidung mereka hampir bersentuhan, bola mata keduanya saling tatap dan tidak berkedip. Tiba-tiba saja jantung mereka berdua berdetak lebih kencang. Sangat sulit diajak berkompromi agar bisa berdetak secara normal.

Senyum simpul, terbit dari bibir keduanya, secara reflek tangan mereka saling menarik tubuh masing-masing, guna mengeratkan pelukkan.

"Dingin," ucap Redo reflek.

"Iya..." balas Yohan.

Dengan jarak wajah yang begitu dekat, membuat mereka merasakan hembusan nafas yang memburu. Entah setan apa yang sudah merasuki Redo, hingga ia tiba-tiba, secara perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Yohan, sehingga membuat hidung mereka saling bersentuhan.

Deg...!

Jantung Yohan seperti akan loncat dari tempatnya, saat bibir Redo menempel di bibirnya.

Beberapa detik berlalu, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang, mereka hanya saling menikmati bibir yang masih saling bersentuhan tanpa ada reaksi. Hembusan napas pun semakin memburu.

Beberapa saat kemudian, terlihat Yohan membuka bibirnya, lalu dengan lembut melumat bibir bawah milik Redo. Tanpa dikomandoi, bibir Redo juga reflek melumat bibir atas milik Yohan. Keduanya melakukan dengan sangat lembut, penuh dengan rasa takut, yang membuat debaran jantung mereka semakin tidak karuan.

Udara yang dingin membuat keduanya, semakin mengeratkan pelukan.

Dengan bibir yang masih saling melumat, tangan Redo menarik selimut, lalu menutup seluruh anggota tubuh mereka. Di situ dalam selimut itu, mereka saling bergulat, saling memeluk, dan ciuman pun semakin bertambah agresif.

Beberapa menit berlalu, Redo dan Yohan mulai berani menempelkan alat vital meraka yang masih berada di dalam celana. Tapi, meski masih di dalam celana keduanya dapat merasakan benjolan keras pada pangkal selangkangan masing-masing. Menandakan bahwa milik mereka sedang dalam keadaan on, atau ereksi.

Dengan posisi, masih di dalam selimut, dan tubuh mereka yang masih memakai pakaian lengkap, keduanya mulai menggerakan pinggul, menggoyangkan pantat, mengadu benjolan keras pada pangkal selangkangannya masing-masing

Pelukan semakin erat, ciuman semakin agresif, goyangan pun semakin kuat. Hingga akhirnya, keduanya terdiam, dan terkulai lemas.

"Yoh...punyaku basah, keluar," aku Redo.

Yohan mengerutkan kening, mulutnya tersenyum nyengir, "Iya sama..." ucapnya.

Hal itu membuat keduanya menjadi tersipu. Lalu secara perlahan mereka melepaskan pelukkannya masing-masing, memutar tubuh, tidur miring, dan saling memunggungi.

Entahlah, mereka melakukan itu hanya karena hasrat atau gejolak remaja yang tidak terbendung karena terbawa suasan. Atau mungkin hanya sekedar hilaf,  yang jelas mereka terlihat sangat menikmati, meresapi dan meresakan, dari awal hingga sampai pada klimaksnya.

Tidak lama setelah itu, Redo dan Yohan kembali tertidur pulas.

***

Pagi itu di hari berbeda, Redo sudah berdiri menyandar pada motornya, di pinggir jalan di depan Rumah Yohan. Kedua tangan Redo nampak sedang memeluk helem, dan wajahnya terlihat sangat ceria. Redo sedang menunggu Yohan, untuk pergi berangkat ke sekolah seperti biasanya.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Redo mengembang-kan senyum saat bola matanya melihat Yohan, tengah berjalan cepat mendekat padanya.

"Udah, dari tadi?" Tanya Yohan saat Ia sudah berada di depan Redo.

"Belum," Jawab Redo singkat, seraya kedua tangannya menyodorkan helem yang sedang Ia peluk. "Yuk," ajak Redo, kemudian Ia segera naik di atas motornya.

Disusul Yohan, ia juga naik ke atas motor, setelah memakai helem dari Redo.

Tidak seperti biasanya, kali ini Redo tidak menarik gas secara mendadak. Sehingga tidak sampai membuat Yohan terjengkang.

Setelah motor yang dikendarai Redo melaju, seperti biasa kedua tangan Yohan melingkar pada pinggang Redo. Namun kali ini Yohan tidak memeluknya erat. Pelukan Yohan kali ini terlihat penuh dengan perasan, pelukan mesara yang membuat Redo merasakan tersenyum nyengir.

Yohan meletakan dagunyan di pundak Redo.

Terlihat Redo melepaskan telapak tangan kirinya dari stang motor, secara perlahan ia menempalkan telapak tangannya, diatas telapak tangan Yohan yang masih berada di atas perutnya.

Yohan tersenyum simpul, saat merasakan tangannya disuap-usap dengan lembut oleh Redo.

Entahlah, meski belum ada ungkapan sayang yang keluar dari mulut mereka. Namun keduanya bisa merasakan, jika mereka merasa saling menyayangi. Perasaan canggung mereka juga perlahan menghilang, berubah menjadi nyaman.

Semenjak kejadian malam itu, mereka merasa senang jika sedang berduaan saja.