Dan begitulah kami, selalu bersama. Waktu berlalu dan akhirnya kami menduduki bangku kelas 3 SMP. Beruntungnya aku, aku dan Ayase satu sekolah, dan bahkan sekelas di kelas 3-1. Sudah sejak masuk SMP, Ayase semakin populer. Dia juga seorang model dan net idol*. Tapi dia tetap tidak berubah, dia tetap baik dan ramah kepada siapapun juga. Sifatnya yang ceria dan supel menyebabkannya memiliki banyak teman dan disukai banyak orang. Dia bahkan masuk peringkat 3 besar di kelas. Berbeda denganku yang hanya masuk 10 besar. Itupun dengan bantuan Ayase.
Saat itu, setelah jam pulang sekolah. Aku bersantai sendirian di atas gedung sekolah. Lalu Ayase datang, suaranya mengagetkan diriku,
"Seito-kun, kenapa sendirian disini?".
"Oh, ternyata kau, Aya-chan".
Ayase sering mengajakku pulang dan pergi sekolah bersama. Ya, tentu saja karena kami sahabat dan rumah kami berdekatan.
"Ayo kita pulang, Seito-kun".
Lalu saat di perjalanan pulang, tidak sengaja kami bertemu dengan si cewek rese, murid kelas 3-3, Tachibana Akiko, teman Ayase dan pastinya juga temanku. Seperti biasanya, dia selalu usil dan ngomong macam-macam, "Yo, Kusaka-kun, Ayase-chan. Kalian pulang bersama lagi ya?".
Ayase menjawab, "iya, kami akan pulang bersama". Dan firasatku yang buruk ternyata menjadi kenyataan. Tachibana menggoda kami, "eeehh? Kalian selalu pulang bersama ya? Atau jangan-jangan, kalian sedang berkencan? Kalian pacaran ya?". Sialan nih cewek. Benar-benar ga bisa gitu kalau sehari saja tidak mengganggu kami. "Ya enggak lah!! Jangan sok tahu." Kataku. Tapi bukannya berhenti dia malah semakin menjadi, "benarkah? Jangan bohong." Dan anehnya, Ayase mengahadapinya dengan tenang dan tetap tersenyum, "tidak kok, kami tidak pacaran. Kami ini sudah dekat dari kecil." Tapi memang begitulah Tachibana, tidak bisa dihadapi begitu saja, "oh begitu ya? Jadi kalian sudah pacaran sejak kecil yaa? Wah Kusaka-kun beruntung sekali." Katanya sambil tertawa. Anak ini benar-benar menguji kesabaranku, "kalo masih ngomong juga gue jotos lu nanti." Seperti yang diharapkan dia pergi dan berhenti mengganggu kami, "wah, serem banget. Baiklah, kalau begitu aku duluan yaa. Aku tidak mengganggu kencan kalian. Sampai jumpa Ayase-chan, Kusaka-kun." Katanya sambil tertawa dan berjalan pergi. Tachibana!!! dasar anak nakal!! Ayase berkata sambil tersenyum, "tidak usah terlalu dipikirkan, ya. Akiko memang begitu, suka bercanda."
"iya tapi becandanya ga ngotak dulu." Kataku.
Aku dan Ayase melanjutkan perjalanan pulang.
Lalu besoknya, saat aku mengajak Ayase pulang bersama, Ayase berkata bahwa dia tidak bisa pulang bersama hari ini, "maaf ya, Seito-kun. Hari ini aku tidak bisa langsung pulang. Aku masih ada jadwal pemotretan. Kamu pulang saja duluan, ya." Tidak ada pilihan lain selain pulang sendiri hari ini.
Saat aku akan pulang, tiba-tiba saja Tachibana menghampiriku,
"yo, sepertinya ada yang murung karena tidak bisa pulang bersama pacarnya, nih." Tachibana memang selalu membuatku kesal, tapi aku tahu sebenarnya dia orang yang baik. Tachibana bahkan mengajakku pulang bersama, "Yosh, karena Ayase-chan tidak bisa pulang bersamamu, bagaimana kalau aku yang pulang bersamamu?" tidak ada pilihan, daripada pulang sendiri lebih baik aku pulang bersamanya saja.
Kami tidak banyak mengobrol, tepatnya aku hanya mendengar ocehan isengnya saja tanpa berkomentar. Lalu satu perkataannya yang mengejutkanku, "Hei, Kusaka-kun. Jangan menunda terus. Sebaiknya kau cepat sebelum terlambat." Aku tidak mengerti sama sekali ucapannya pada awalnya, "apa maksudmu?" lalu dia kembali menyinggung soal itu, "masih tidak mengerti? Kau memiliki perasaan terhadap Ayase-chan bukan? Cepatlah ungkapkan sebelum terlambat. Dia itu populer, bisa-bisa kau nanti didahului orang lain." Kenapa dia selalu berbicara seperti itu?
"sudah aku bilang aku tidak memiliki perasaan seperti itu."
"ya, kau punya." Bantahnya, "aku mengetahuinya."
Kenapa sih dia ini ngotot banget? Memangnya dia bisa tahu isi hati orang lain?
"kau memilikinya, kau hanya belum menyadarinya. Suatu saat rasa itu akan mulai tumbuh dan kau akan menyadarinya." Katanya.
Aku terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "kau ini, memangnya kau bisa melihat masa depan?". Dan dia berkata, "tidak, ini hanya firasatku saja". Sialan, jadi dia hanya menebak?
"jadi kau hanya menebak saja? Tapi kenapa kau begitu yakin?" tanyaku. "Aku... Aku tidak tahu. Aku hanya percaya saja kalau itu akan terjadi." Jawabnya. Jadi, dia yakin tanpa ada alasan apapun? Sungguh jawaban klasik.
"Dan bagaimana jika tebakanmu itu tidak benar-benar terjadi?".
"Ya kalau itu.... itu derita lu sendiri, apa urusannya denganku?" katanya sambil tertawa terbahak-bahak. Kampret, jadi nih bocah dari tadi hanya bercanda saja? Dan aku malah ikut terjebak dalam pembicaraan ini. Dia masih tertawa dan aku hanya terdiam sepanjang perjalanan dan mendengarkan tawanya.
"baiklah, kita berpisah disini. Aku lewat sini. Duluan, ya!!" katanya sambil berjalan pergi ke jalan yang lain. "ya, sampai jumpa besok, Tachibana."
"Kusaka-kun, kau memanggil Ayase dengan nama depannya, tapi kau memanggilku Tachibana." Kenapa dia membicarakan ini?
"tidak adil kau memanggilku dengan nama belakang dan Ayase dengan nama depan." Aku sudah bisa menduga ini, "lalu apa? Kau ingin aku memanggilmu dengan nama depan?"
"Ya benar. Mulai sekarang panggil aku Akiko dan aku akan memanggilmu Seito, ya." Tidak masalah sih bagiku, "ya, terserah kau saja. sampai jumpa, Akiko."
"Iya, sampai jumpa besok, Seito." Lalu dia berjalan pergi dan aku melanjutkan perjalanan pulang sendiri.
*net idol: idola internet